Kesempatan Besar dalam Segmen Sempit
Faktor minat dan kerelaan penggemar musik membayar tiket hingga pergeseran pola konsumsi dan artis yang ditampilkan merupakan kunci utama suksesnya konser musik. Serta ada keuntungan tambahan dari ekonomi kerumunan yaitu multiplier effect besar bagi UMKM, transportasi, hotel, hingga konten digital.
Jika dilihat dari perspektif bisnis hal itu cukup menjanjikan, sebuah kesempatan besar tapi dalam segmen yang sempit. Alasan mendasarnya adalah segmen ini terdiri dari kelas menengah atas perkotaan, bukan masyarakat luas. Banyak konser terlihat ramai karena fanatisme dan daya beli segmen sempit, bukan karena seluruh masyarakat mampu beli.
Hal ini tidak mengherankan, karena konser memang bukan termasuk kebutuhan utama. Bagi masyarakat yang ekonominya pas-pasan, jangankan beli tiket konser untuk biaya hidup sehari-hari saja ruang gerak keuangan mereka sudah sangat sempit.
Survei Tunaiku (2025) menunjukkan bahwa hanya 53,5% masyarakat yang menyisihkan uang untuk konser --- artinya hampir setengahnya tidak punya kapasitas itu. Data tersebut menguatkan asumsi, konser musik ditujukan bagi kalangan berduit, kecuali untuk ajang musik yang diselenggarakan di acara hiburan rakyat secara gratis.
Perlu dicermati juga, konser musik tak lepas dari risiko gagal dan berujung kerugian. Berdasarkan hasil Survei Industri Event Nasional 2024--2025 (IVENDO dkk), sampai 11 Februari 2025, terjadi 638 pembatalan event di 32 provinsi senilai kehilangan bisnis sebesar Rp429,23 miliar.
Alasan kegagalannya adalah beberapa konser lokal dengan artis tier menengah gagal menjual setengah kapasitas venue, bahkan setelah diskon besar. Belum lagi konser batal karena alasan teknis, perizinan atau hal lainnya.
Harus diingat juga, konser bukanlah industri yang kebal dari kaum rombongan jarang beli (rojali) dan rombongan hanya nanya (rohana), karena faktanya di lokasi sekitar arena konser banyak juga para penggemar tidak bertiket hadir hanya demi merasakan suasana atmosfer kemeriahan acara. Suasana ramai tapi belum tentu diimbangi keuntungan sepadan.
Guna mengakali sepi penonton, promotor juga bisa menempuh cara banting harga dan menawarkan promosi, supaya tiket konser tetap laku dibeli. Bagaimana pun promotor paling tidak harus balik modal, karena biaya mengundang artis selain perlu modal besar, sang artis kadang sulit diajak negosiasi terkait riders dan jadwal.