Ketika Maroon 5 diumumkan akan manggung di Jakarta, antusiasme dari para penggemarnya langsung terlihat dengan terjualnya  32.055 tiket hanya kurang dari setengah jam, padahal euphoria itu terjadi ketika ekonomi tengah lesu. Padahal harga tiketnya termasuk mahal.
Begitu pula dengan konser Ed Sheeran, ketika tampil di JIS pada 2 Maret 2024, promotor berhasil mengantongi uang total sejumlah Rp90 miliar. Sementara Coldplay waktu manggung November 2023 lalu berhasil menjual seluruh tiketnya dengan pencapaian Rp200 miliar.
Ini baru catatan dari konser para musisi kelas dunia, belum lagi uang dari hasil panggung yang skalanya lebih kecil. Artinya konser musik merupakan ladang usaha yang masih memiliki peluang di tengah perekonomian yang serba tidak pasti sekalipun.
Anomali dan Alasan Pasar Konser Musik Menjanjikan
Ketika ekonomi melambat diiringi prospek suram akibat ketidakpastian, ternyata para penggemar musik malah rela berkerumun melihat idolanya tampil di atas panggung, membeli tiket yang harga merentang dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah, sepertinya ini sebuah anomali, namun ada alasannya.
Setiap penggemar pasti berharap bisa menyaksikan penampilan secara langsung musisi idolanya. Bersenang-senang bernyanyi melantunkan lagu-lagu hits sang idola beramai-ramai. Itu adalah sebuah momen berharga bagi mereka, sebuah pengalaman yang akan menjadi kenangan manis. Itulah alasan mendasar mengapa di masa ekonomi kurang bergairah pun, konser musik masih saja ramai peminat.
Bagi penggemar yang memiliki penghasilan tetap dan cukup mapan, mereka sudah mencadangkan penghasilannya untuk anggaran hiburan, dari pos inilah mereka membeli tiket. Sehingga konser musik merupakan wujud pergeseran pola belanja di kalangan menengah ke atas dari membeli barang menjadi transaksi pengalaman, motivasinya adalah self reward.
Sosialemosional drive tinggi, konser merupakan arena hiburan, melepas lelah dan kejenuhan dari kondisi tekanan ekonomi yang tidak pasti. Masyarakat setiap saat dijejali berita penurunan kinerja ekonomi, berita konflik, korupsi, akhirnya melirik konser sebagai wadah melepas stress.
Dan sudah pasti, konser merupakan cara bagi seseorang mencari identitas status sosial, karena dengan menghadiri acara musik, bisa menjadi semacam validasi status penggemar idolanya, kemudian dipasang konten di media sosial, memperlihatkan keberadaannya di tengah keramaian.