Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Ketika Produk Lokal dan Merek Tradisional Hadapi Persaingan Modern

22 Agustus 2018   11:14 Diperbarui: 22 Agustus 2018   17:22 3013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: beritadaerah.co.id

Perjalanan menyusuri Purwokerto di provinsi Jawa Tengah akhirnya menyisakan rasa lelah serta lapar, dan nampaknya roti merupakan salah satu pilihan terbaik untuk mengenyahkan rasa lapar. 

Di tengah jantung kota Purwokerto berdiri sebuah toko roti dengan menyajikan berbagai varian roti, namanya adalah Toko Roti GO. Didorong oleh rasa lapar dan penasaran, maka akhirnya Toko Roti GO menjadi destinasi yang memikat. Beberapa potong roti serta kue dapat dipilih untuk dimakan dan dijadikan sebagai oleh-oleh. Terasa nikmat.

Konon Toko Roti GO di Purwokerto merupakan toko roti pertama sekaligus tertua di Indonesia, berdiri sejak tahun 1898, lebih dari satu abad silam, sampai saat ini masih berdiri dengan kokoh dan sangat digemari warga Purwokerto dan juga para wisatawan. 

Gaya roti tradisional dengan sentuhan klasik menjadi andalan, di samping nama toko roti ini juga telah melekat dengan publik Purwokerto. Jika anda berkunjung ke Purwokerto, selain membawa getuk goreng sebagai oleh-oleh dan mencicipi tempe mendoan, roti dari Toko Roti GO dapat menjadi alternatif yang tidak kalah lezat.

Setiap daerah pasti memiliki ciri khas dan menjadi ikon lokal, entah berupa  makanan maupun produk lain yang membedakan dengan daerah lainnya. Dari aspek potensi wisata, keberadaan produk daerah dapat menjadi daya tarik untuk menggaet para turis berkunjung ke daerah tersebut. Dari aspek usaha kecil dan menengah, hal ini juga menjadi peluang usaha bagi para warga lokal untuk menggairahkan perekonomian daerah.

Ilustrasi: foody.id
Ilustrasi: foody.id
Jika kita berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta, rasanya tak lengkap jika tidak membawa bakpia sebagai oleh-oleh. Di Yogyakarta saat ini bakpia begitu mudah ditemui, sangat banyak produsen bakpia yang menawarkan kue bulat tersebut dengan berbagai merek dan rasa. Bahkan warga Yogyakarta sendiri pun terkadang bingung jika ditanya bakpia mana yang paling enak? 

Memang semua tergantung selera dan harga. Bagaimana pun bakpia telah menjelma sebagai salah satu ikon kuliner Yogyakarta. Tentunya jika ditinjau dari aspek bisnis, produk-produk lokal adalah sesuatu hal menarik, bagaimana produk tersebut dijadikan sebagai barang unggulan serta bersaing satu sama lain.

Produk Daerah dan Merek Tradisional Tetap Bertahan
Kecap manis adalah contoh bagaimana kayanya potensi produk daerah di Indonesia memiliki daya saing dan daya jual menjanjikan. Kecap Bango adalah salah satu merek kecap tradisional yang akhirnya diambil alih raksasa Unilever. 

Di Indonesia, uniknya hampir setiap daerah memiliki kecap manisnya sendiri. Seperti halnya di Semarang, kecap manis yang biasa digunakan adalah Kecap Mirama, di daerah Tangerang ada Kecap Benteng, dan masih banyak lagi.

Produk daerah dengan menggunakan merek tradisional adalah kekayaan Indonesia serta merupakan potensi sektor usaha kecil dan menengah yang semestinya dapat dioptimalkan menjadi penggerak sektor ekonomi mikro. Biasanya para produsen dari produk daerah telah beroperasi selama puluhan tahun dan lintas generasi, serta dikenal di suatu daerah. 

Namun di era modern keberadaan mereka dihadapkan pada persaingan sengit dari para pesaing baik sesama produk daerah atau produk dari perusahaan besar.

 Produk daerah yang telah dikenal dana mengakar secara tradisional memang memiliki penggemar tersendiri, seperti kecap manis, roti atau bakpia. Ada beberapa hal yang menjadi dasar sehingga produk tersebut tetap digemari:

1. Nilai budaya dan historis
Produk roti dijadikan sebagai contoh agar lebih mudah membahas poin ini, kembali ke Toko Roti GO di Purwokerto, Toko Roti GO telah menjual roti selama kurang lebih 120 tahun. 

Usia tersebut sudah sangat lama bagi sebuah merek untuk tetap bertahan di Indonesia, terlebih merek ini tidak berekspansi di luar wilayah Purwokerto. Tetapi yang terjadi adalah Toko Roti GO menjadi legenda hidup untuk produk roti, setidaknya roti-roti tersebut telah disantap oleh tiga atau bahkan empat generasi di Purwokerto. 

Sebagai sebuah merek Toko Roti GO sudah menjadi bagian dari budaya kuliner dan banyak masyarakat yang memiliki kenangan dengan Toko Roti GO. Budaya serta historis yang sudah melekat, sehingga produk ini menjadi bisa bertahan dan tetap digemari, walaupun sebetulnya persaingan di bisnis roti saat ini juga tidak mudah.

Ilustrasi: dokumentasi pribadi
Ilustrasi: dokumentasi pribadi
Masyarakat di suatu daerah sudah sangat akrab dengan produk dengan merek tradisional seperti halnya Toko Roti GO, aktivitas konsumsi terhadap produk tersebut menjadi rutinitas dan terjadi secara terus-menerus, maka akhirnya masyarakat sebagai konsumen menjadi tidak terpisahkan dengan produk itu. 

Terlebih produk tersebut sudah dikonsumsi secara turun temurun, sehingga memiliki nilai historis bagi konsumen. Dengan demikian produk lokal akan dengan mudah dikenali dan diingat, dalam konteks konsumsi roti di Purwokerto, masyarakat akan dengan cepat menawarkan Toko Roti GO.

Berbagai produk dari kompetitor bisa saja ditawarkan kepada konsumen lokal, namun butuh proses dan waktu agar produk tersebut dapat diterima. Karena konsumen lokal biasanya sudah nyaman dan loyal terhadap suatu merek tradisional. Dan biasanya konsumen di daerah memiliki karakter loyal terhadap produknya, karena keberadaan produk tersebut sudah mengakar. 

Nilai budaya dan historis mungkin tidak disadari secara langsung oleh para pengusaha dari produk lokal tersebut menjadi sebuah nilai tambah yang akhirnya menjadikan produk mereka lebih mudah diterima. 

Nilai tersebut tidak bisa diukur secara finansial karena menjadi bagian dari pola hidup masyarakat, dan juga menjadi tantangan bagi pesaing untuk merebut perhatian konsumen.

2. Selera masyarakat

Selera merupakan hal unik, karena berhubungan dengan gaya seseorang satu dengan yang lainnya. Jadi untuk urusan selera pada dasarnya bisa berbeda. 

Tetapi dalam perkara produk lokal, biasanya cita rasa dan nilai dari produk tersebut sudah sangat membumi dan sesuai dengan selera masyarakat. Mengapa? Jawabannya adalah masyarakat telah mengenal dan mengkonsumsi produk tersebut sejak lama, sehingga keberadaan produk tersebut menjelma menjadi kiblat selera umum dari sebuah demografi atau kelompok masyarakat.

 Menarik untuk disimak mengenai urusan selera masyarakat dalam mengkonsumsi kecap manis. Produk kecap manis khususnya kecap skala daerah dikenal memiliki penggemar fanatik. Ada beberapa orang yang sangat menggandrungi kecap manis merek tertentu, bahkan bagi mereka terkesan tabu untuk mengganti kecap. 

ika kecap manis yang tersedia bukan merek yang biasa mereka konsumsi, maka lebih baik tidak menggunakan kecap tersebut. Perilaku konsumen seperti ini memang terjadi karena sudah menyangkut ranah selera. Hal ini terbentuk dari perilaku atau kebiasaan mengkonsumsi suatu merek tertentu dan akhirnya tidak dapat pindah ke merek lain.

Ilustrasi: traveltodayindonesia.com
Ilustrasi: traveltodayindonesia.com
Di luar urusan kuliner, perilaku konsumen seperti ini juga ditemui dalam hal bidang busana, sebut saja motif batik. Sudah pasti Indonesia memiliki banyak motif batik mulai dari motif Pekalongan, Yogyakarta atau Lasem. Semua memiliki penggemar. 

Terkadang rasa kedaerahan konsumen bertransformasi menjadi selera untuk menentukan pilihan motif batik. Ternyata Indonesia memang diberi karunia budaya yang berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Menghadapi Persaingan Modern
Zaman telah berubah, saat ini persaingan usaha berlangsung dengan sangat ketat. Di tengah era modern, keberadaan produk lokal dan merek tradisional menghadapi situasi sulit. 

Bukan perkara mudah ketika suatu produk dari skala usaha kecil harus bersaing secara langsung dengan produk dari produsen skala besar. Produk dari produsen skala besar telah dirancang melalui proses riset dan dipasarkan dengan dukungan modal yang cukup besar. Sudah pasti kondisi ini adalah ancaman nyata.

Dan nyatanya sudah banyak produk lokal yang diambil alih para pemain besar, atau jika menolak menjual mereknya, produk lokal hanya bisa bertahan di ruang lingkup sangat terbatas. Lebih miris lagi ada juga produk yang menyerah karena tidak mampu bersaing.

1. Menjaga nilai dan kualitas
Produk lokal sudah dikenal dan memiliki nilai budaya bagi masyarakat, hal ini adalah menjadi modal utama agar produk tersebut bisa bertahan. Nilai budaya dan historis dapat dijadikan sebagai identitas yang membedakan produk lokal dengan produk dari produsen besar. 

Produk-produk baru merupakan produk yang baru saja dirilis dan konsumen belum mengenal bagaimana rasanya menggunakan produk tersebut. Sedangkan produk lokal sudah terlanjur memiliki hubungan emosional dengan pelanggannya, bagaimana pun hal ini harus dijaga.

Ilustrasi: fashionmodelku.com
Ilustrasi: fashionmodelku.com
Untuk urusan kualitas, ini hal penting dan harus dijaga. Cita rasa produk harus tetap dijaga mulai dari komposisi bahan baku sampai dengan pengolahan. 

Tidak mengherankan jika produsen kecap manis di daerah masih menggunakan bahan baku kedelai dari daerah tertentu dan memasak kecap dengan kayu bakar. Hal ini dilakukan untuk menjaga rasa dan kualitas agar tidak dapat ditemui pada produk pesaing lainnya.

2. Berinovasi dan menjangkau konsumen generasi baru
Mempertahankan cita rasa klasik sebagai produk asli adalah hal yang perlu dipertahankan, namun untuk memberikan pilihan serta daya tarik bagi konsumen, terutama bagi konsumen generasi baru, rasanya perlu juga melakukan inovasi rasa dan kemasan. Dalam hal ini konsumen akan diberikan pilihan klasik dan modern.

Generasi muda di era milenial merupakan kelompok masyarakat yang mudah bosan dan mudah tertarik dengan hal baru, jadi untuk menarik minat mereka diperlukan kreasi dalam menawarkan produk. Contoh menarik adalah munculnya bakpia dengan rasa modern seperti cappuccino atau tiramisu. Dan juga menggunakan kemasan lebih menarik.

Ilustrasi: makankeliling.com
Ilustrasi: makankeliling.com
Hal penting lainnya adalah mengupayakan adanya komunikasi pemasaran dengan cara modern. Manfaatkan internet dan media sosial untuk mengkomunikasikan produk. Sehingga keberadaan produk lokal akan dikenal secara luas dan dapat diakses dengan lebih mudah.

***

Memang tidak mudah menghadapi persaingan tetapi untuk bertahan diperlukan upaya keras dan cerdas. Produk lokal dan merek tradisional semestinya dapat menjadi stimulus untuk menggerakan perekonomian daerah dan bermuara menjadi penopang ekonomi nasional secara luas. Dan sepatutnya kita semua harus bangga terhadap produk-produk lokal serta tidak selalu terpaku kepada produk dari luar negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun