* Jejak kaki menuju hutan menunjukkan mereka berjalan tenang, bukan berlari, meski hampir tanpa pakaian.
* Dua mayat pertama ditemukan di bawah sebuah pohon besar, dekat sisa api unggun dan cabang-cabang patah, tanda usaha putus asa untuk bertahan hidup.
* Mayat lainnya tersebar antara tenda dan hutan.
* Empat korban terakhir baru ditemukan dua bulan kemudian, terkubur salju di sebuah jurang kecil.
Yang paling mengejutkan, beberapa korban mengalami cedera parah: tulang dada patah, tengkorak retak, bahkan ada yang kehilangan lidah dan mata. Namun anehnya, hampir tidak ada luka luar yang sesuai dengan tingkat kerusakan tersebut.
Teori Ilmiah: Kekuatan Alam yang Tak Terduga
Banyak ilmuwan mencoba mencari penjelasan alami untuk tragedi ini. Beberapa teori yang paling masuk akal antara lain:
1. Longsoran Salju (Slab Avalanche)
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa tenda mereka berada di lereng yang rawan longsoran salju slab, yaitu salju yang padat dan berat. Longsoran jenis ini bisa menekan tubuh dengan kekuatan besar, menyebabkan cedera internal mirip tabrakan mobil—tanpa luka luar yang berarti.
2. Angin Katabatik
Fenomena angin katabatik, yaitu aliran udara dingin yang turun dari pegunungan dengan kecepatan ekstrem, bisa membuat suhu turun drastis hingga −30°C. Angin ini bisa merobohkan tenda dan memaksa para pendaki keluar untuk mencari perlindungan.
3. Infrasound