Penjaga Warisan: Imam dan Komunitas Lokal
Gereja ini dijaga oleh imam-imam lokal, salah satunya adalah Pastor Assefa, yang telah mengabdi lebih dari lima dekade. Bagi para imam, menjaga gereja tidak hanya berarti memimpin ibadah, tetapi juga merawat warisan budaya, seni, dan tradisi yang tak ternilai.
Di sekitar gereja juga terdapat makam para imam dan tokoh spiritual, yang membuat tempat ini semakin suci. Bagi masyarakat setempat, Abuna Yemata Guh bukan hanya tempat berdoa, tetapi juga ruang pertemuan dengan leluhur dan jejak sejarah komunitas mereka.
Pengaruh Budaya dan Diplomasi Spiritual
Walau belum resmi diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, Abuna Yemata Guh telah mendapat perhatian internasional. Para peneliti, wisatawan, hingga pembuat dokumenter menjadikannya sebagai destinasi unik yang memperlihatkan bagaimana arsitektur dan iman bisa menyatu dengan alam.
Kehadiran gereja ini memperkuat posisi Ethiopia sebagai salah satu negara dengan tradisi Kristen kuno yang autentik dan berakar dalam. Lebih dari itu, Abuna Yemata Guh membuka ruang dialog lintas budaya dan agama, sekaligus mengingatkan dunia tentang pentingnya pelestarian warisan spiritual.
Kondisi Terkini: Kokoh, Sakral, dan Tetap Hidup
Meski sudah berusia lebih dari seribu tahun, struktur Abuna Yemata Guh tetap kokoh. Lukisan dinding masih mempesona, dan tradisi ibadah terus dijalankan. Jalur pendakian yang berbahaya tidak membuat gereja ini sepi, justru menambah daya tariknya sebagai simbol keteguhan iman.
Para peziarah percaya bahwa mendaki ke gereja ini bukanlah sekadar perjalanan fisik, tetapi perjalanan rohani. Rasa takut bercampur kagum yang dialami selama perjalanan justru menjadi pengingat akan kerentanan manusia sekaligus kekuatan iman.
Refleksi: Ketika Tebing Menjadi Tempat Doa
Abuna Yemata Guh bukan sekadar gereja di tebing curam Ethiopia. Ia adalah bukti ketekunan, iman, dan seni yang melampaui ruang dan waktu. Tebing yang biasanya dianggap sebagai penghalang, di tangan orang-orang beriman berubah menjadi jembatan menuju surga.