Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lucifer: Pembawa Cahaya atau Pemberontak? Cerita yang Lebih Dalam dari Sekedar Iblis

10 September 2025   07:00 Diperbarui: 10 September 2025   01:37 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Edit image, resize image, crop pictures and appply effect to your images (artpictures.club)

Melek Taus pernah menolak bersujud kepada Adam ketika diperintahkan oleh Tuhan. Bagi orang luar, penolakannya itu dianggap sebagai tanda keangkuhan, mirip dengan kisah Lucifer. Namun bagi orang Yazidi, alasannya sungguh berbeda: Melek Taus menolak bukan karena merasa lebih hebat, namun karena ia percaya bahwa hanya Tuhan-lah yang patut disembah.

Bukannya jatuh atau dihukum, Melek Taus justru dimuliakan dan dipercaya sebagai pelindung umat manusia. Kisah ini menunjukkan betapa tafsir tentang “pemberontakan” bisa sangat berbeda tergantung pada sudut pandang budaya dan kepercayaan.

Lucifer dalam Psikologi dan Spiritualitas

Kisah Lucifer tidak hanya hidup dalam agama atau mitologi. Dalam dunia psikologi, terutama dalam pemikiran Carl Jung, Lucifer dilihat sebagai simbol dari “bayangan diri” (shadow self). Bayangan ini merupakan bagian dari jiwa kita yang sering kita sembunyikan, sisi gelap yang menakutkan, tapi sebenarnya perlu kita kenali agar dapat tumbuh menjadi pribadi yang utuh.

Lucifer juga hadir dalam tradisi esoterik dan spiritualitas modern sebagai simbol pencerahan. Ia adalah sosok pembawa cahaya ke tempat gelap, menyingkap tabir kebenaran yang tersembunyi. Bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk membebaskan manusia dari ketidaktahuan.

Dalam makna ini, Lucifer tidak lagi dilihat sebagai musuh, melainkan sebagai tantangan. Sebagai  pengingat agar kita berani menghadapi sisi gelap di dalam diri, supaya kita dapat menjadi versi terbaik dari diri kita.

Apa Kata Berbagai Budaya?

Kalau kita bandingkan lintas tradisi, terlihat bahwa tokoh-tokoh “pemberontak” ini punya banyak kesamaan. Berikut gambaran singkatnya:

| Tradisi                 | Tokoh                 | Cerita Utama                                        | Akhir Cerita

| Ibrani/Kristen    | Helel/Lucifer    | Jatuh karena kesombongan              | Dibuang dari surga

| Yunani                 | Prometheus      | Mencuri api demi manusia                | Disiksa, tapi dihormati

| Yazidi                   | Melek Taus       | Menolak tunduk demi kesetiaan       | Dimuliakan sebagai pelindung

| Esoterik               | Lucifer               | Simbol bayangan dan pencerahan   | Transformasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun