Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tangkalaluk: Ular Raksasa Penjaga Hutan Kalimantan dan Makna Sakral di Baliknya

29 Agustus 2025   07:00 Diperbarui: 29 Agustus 2025   04:18 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Titanoboa, monstrous prehistoric snake, replica on display at Smithsonian (wjla.com)

Di tengah hutan Kalimantan yang lebat, tersimpan  legenda yang membuat siapa pun yang mendengarnya merasa takjub sekaligus waspada. Legenda itu adalah tentang Tangkalaluk, ular raksasa yang dipercaya sebagai penjaga hutan dan sungai. Bagi masyarakat Dayak dan Kutai, Tangkalaluk bukanlah sekadar cerita pengantar tidur, melainkan bagian dari warisan budaya dan spiritual yang sarat makna. Kisah tangkalaluk diwariskan turun temurun seolah menjadi pengingat bahwa hutan bukan hanya tempat berburu atau mencari hasil alam, tetapi juga ruang sakral yang dijaga oleh kekuatan gaib.

Keberadaan Tangkalaluk sering digambarkan sebagai simbol keseimbangan alam. Ia muncul dalam cerita ketika manusia mulai serakah atau melanggar aturan tak tertulis tentang bagaimana seharusnya berhubungan dengan hutan. Karena itu, legenda ini tidak hanya menjadi bagian dari mitologi, tetapi juga mengandung pesan ekologis yang relevan hingga hari ini. Tangkalaluk mengajarkan bahwa menjaga hutan berarti menjaga kehidupan itu sendiri.

Siapa Tangkalaluk?

Tangkalaluk sering digambarkan sebagai ular raksasa dengan panjang puluhan meter, bahkan ada cerita yang mengatakan bahwa kepalanya berada di Tenggarong sementara ekornya menjulur hingga Samarinda. Tubuhnya sebesar drum minyak, dengan kekuatan yang mampu merobohkan pohon besar dalam sekali lilitan.

Namun, berbeda dengan ular pada umumnya, Tangkalaluk tidak dilihat sebagai predator menakutkan. Dalam kepercayaan masyarakat Dayak, ia adalah roh penjaga rimba, makhluk yang muncul hanya ketika keseimbangan alam terganggu. Kehadirannya dianggap sebagai peringatan agar manusia kembali hidup selaras dengan hutan dan sungai.

Bagi orang-orang yang mempercayainya, Tangkalaluk bukanlah sekadar makhluk mitos, melainkan bagian dari sistem spiritual yang menjaga harmoni alam. Ia menjadi simbol bahwa hutan bukan hanya kumpulan pepohonan, melainkan rumah bagi kekuatan gaib yang harus dihormati.

Makhluk Sakral dan Penjaga Keseimbangan Alam

Dalam kosmologi masyarakat Dayak dan Kutai, Tangkalaluk menempati posisi spiritual yang penting. Ia dipercaya sebagai:

* Penjaga wilayah sakral: Hutan dan sungai tempat ia tinggal dianggap keramat. Siapa pun yang memasukinya harus menjaga sikap dan tidak boleh merusak.

* Simbol keseimbangan kosmis: Kehadirannya menegaskan bahwa alam memiliki pertahanan, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara spiritual.

* Entitas dua dunia: Ia diyakini hidup di antara dunia nyata dan dunia roh, menjadi penghubung manusia dengan kekuatan alam yang tak terlihat.

Karena itulah, cerita tentang Tangkalaluk menjadi sarana untuk menanamkan rasa hormat terhadap alam sejak kecil. Orang tua menceritakan legenda ini bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk menanamkan pemahaman bahwa hutan bukanlah tempat yang bisa dieksploitasi semaunya.

Penampakan dan Narasi Ekologis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun