Terpesona oleh keberanian dan keahlian lawannya, Benkei tidak merasa dendam, justru sebaliknya, ia langsung bersumpah setia kepada Yoshitsune dan bersedia menjadi pengikutnya seumur hidup. Janji setia ini bukan hanya kata-kata kosong, tetapi menjadi ikatan spiritual dan moral yang tidak pernah ia langgar, bahkan sampai kematiannya.
Dari titik inilah, dimulailah ikatan yang sangat kuat antara dua tokoh besar ini. Mereka menjadi sahabat sekaligus rekan seperjuangan dalam banyak pertempuran penting di Jepang. Kedekatan mereka tidak hanya terbentuk dalam pertempuran, tetapi juga dalam perjalanan panjang yang sarat dengan pengkhianatan, penderitaan, dan pengorbanan.
Kesetiaan Benkei: Simbol Keteguhan yang Luar Biasa
Setelah bergabung dengan Yoshitsune, Benkei tidak hanya menjadi pengawal pribadi, tetapi juga teman seperjuangan yang tangguh dan cerdas. Ia ikut serta dalam berbagai pertempuran, termasuk dalam Perang Genpei, konflik besar antara klan Taira dan Minamoto yang menentukan arah sejarah Jepang.
Dalam banyak situasi sulit, Benkei sering berperan sebagai penyelamat. Salah satu contoh yang terkenal adalah ketika mereka dikejar oleh pasukan Minamoto no Yoritomo, kakak kandung Yoshitsune yang merasa terancam oleh popularitas dan keberhasilan adiknya sendiri.Â
Dalam pelarian panjang dari Kyoto menuju wilayah utara Jepang, Benkei menggunakan penyamaran sebagai biksu, kebijaksanaan, dan taktik cerdik untuk menghindari pengejaran dan menyelamatkan tuannya.
Namun, puncak dari kesetiaannya terjadi ketika Yoshitsune terjebak di Benteng Koromogawa. Dikelilingi oleh pasukan musuh dan tak memiliki jalan keluar, Benkei berdiri di gerbang benteng untuk mempertahankan waktu bagi Yoshitsune. Ia bertempur sendirian dan menjadi tameng terakhir. Ia dihujani anak panah dan tombak, namun tetap berdiri tegak hingga detik terakhir hidupnya.Â
Bahkan dikisahkan bahwa ia wafat dalam posisi berdiri, tubuhnya yang penuh luka tetap tidak roboh sampai musuh mendekat dan menyadari bahwa ia telah gugur. Kisah kepahlawanannya  ini dikenal sebagaii "Kematian Berdiri Benkei" atau "Benkei no Tachi j".
Kematian Benkei yang dramatis dan penuh pengorbanan ini menjadikannya simbol mutlak kesetiaan dan keteguhan hati dalam budaya Jepang. Ia tidak hanya berjuang demi tugas, tetapi juga demi cinta dan hormat kepada sosok yang ia anggap pemimpin sejati.
Pengaruh Benkei dalam Budaya Jepang
Kisah Benkei tidak tenggelam dalam waktu. Ia terus hidup dan dikenang dalam berbagai bentuk karya seni dan budaya:
* Kabuki dan Noh: Tokoh Benkei sering ditampilkan dalam drama tradisional Jepang, seperti Kanjinch, yang menceritakan penyamaran cerdiknya untuk menyelamatkan Yoshitsune dari pengejaran. Penonton dapat merasakan ketegangan, kecerdikan, dan keberanian melalui akting yang ekspresif dan tata panggung yang dramatis.
* Ukiyo-e:Â Lukisan kayu era Edo yang banyak menggambarkan adegan pertarungan Benkei dengan Yoshitsune di Jembatan Goj atau pertarungan terakhirnya di gerbang benteng. Lukisan-lukisan ini tidak hanya menunjukkan kekuatan fisik Benkei, tetapi juga ekspresi emosional yang memperkuat pesan moral kisahnya.