Dengan kekebalan ini, Hiranyakashipu menjadi sangat sombong dan menganggap dirinya lebih hebat dari para dewa. Ia melarang penyembahan terhadap dewa-dewa lain, khususnya Wishnu, dan memaksakan dominasinya di seluruh dunia. Ia menindas mereka yang menolak untuk tunduk kepadanya, serta menganggap dirinya sebagai satu-satunya penguasa yang layak untuk disembah. Kesombongannya inilah yang pada akhirnya menjadi sumber kehancurannya.
Kisah Pengabdian Prahlada
Ironisnya, putra Hiranyakashipu, Prahlada, justru menjadi penyembah setia Wishnu. Sejak kecil, Prahlada menunjukkan pengabdian yang luar biasa kepada Wishnu, meskipun ayahnya mencoba menghentikannya dengan berbagai cara. Hiranyakashipu bahkan mencoba membunuh Prahlada dengan cara:
- Melemparkannya ke dalam api,
- Menenggelamkannya ke laut,
- Memberinya racun,
- Menyerang dengan gajah liar.
Namun, setiap kali Prahlada selamat berkat perlindungan Wishnu. Keteguhan iman Prahlada menjadi bukti bahwa kebaikan dan kesetiaan kepada Tuhan akan selalu mendapatkan perlindungan. Bahkan ketika dihadapkan pada ancaman kematian, Prahlada tidak pernah goyah dalam keyakinannya. Ia tetap teguh dalam imannya kepada Wishnu dan tidak terpengaruh oleh tekanan atau ancaman dari ayahnya sendiri.
Kemunculan Narasimha
Puncak dari kisah ini terjadi ketika Hiranyakashipu, dalam kemarahannya, menantang Prahlada dengan bertanya, "Jika Wishnu ada di mana-mana, apakah ia juga ada di dalam pilar ini?" Dengan yakin, Prahlada menjawab, "Ya, Wishnu ada di mana-mana."
Merasa ditantang, Hiranyakashipu menghancurkan pilar tersebut, dan seketika, dari dalam pilar itu muncul Narasimha dengan wujud yang mengerikan. Dengan amarah yang tak terbendung, Narasimha menyerang Hiranyakashipu dan mengalahkannya dengan cara yang tidak melanggar anugerah Brahma:
-Â Ia muncul saat senja, bukan siang atau malam,
- Ia membunuh Hiranyakashipu di ambang pintu, bukan di dalam atau di luar rumah,