Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suku Sentinel: Suku Asli yang Hidup Terisolasi di Pulau Terpencil

17 September 2023   07:00 Diperbarui: 17 September 2023   07:02 1541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: postoast.com

Ada beberapa upaya untuk mempelajari bahasa dan budaya suku Sentinel, tetapi semuanya menghadapi tantangan dan hambatan yang besar. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya tersebut:

- Pada tahun 1880, seorang perwira angkatan laut Inggris bernama Maurice Vidal Portman mencoba melakukan kontak dengan suku Sentinel dengan cara menculik beberapa anggota suku, termasuk pasangan orang dewasa dan empat anak. 

Dia membawa mereka ke Port Blair, ibu kota Andaman, dan berharap bisa berteman dengan mereka. Namun, orang dewasa yang diculik jatuh sakit dan meninggal, sedangkan anak-anak yang dikembalikan ke pulau tidak mau berbicara dengan Portman. Upaya ini dianggap sebagai kegagalan dan berakhir dengan trauma bagi suku Sentinel.

- Pada tahun 1967, seorang antropolog India bernama T.N. Pandit memimpin sebuah ekspedisi untuk mengunjungi Pulau Sentinel Utara. Dia membawa hadiah berupa pisang, kelapa, dan barang-barang lainnya untuk diberikan kepada suku Sentinel. Namun, setiap kali dia mendekati pulau, dia disambut dengan panah dan tombak yang dilemparkan oleh suku Sentinel. Pandit tidak pernah bisa berkomunikasi atau berinteraksi dengan mereka secara langsung.

- Pada tahun 1991, seorang antropolog wanita India bernama Madhumala Chattopadhyay berhasil membuat kontak damai dengan suku Sentinel untuk pertama kalinya. 

Dia adalah bagian dari tim Anthropological Survey of India (AnSI) yang melakukan penelitian tentang suku-suku pedalaman di Kepulauan Andaman dan Nikobar. Dia membawa kelapa sebagai hadiah dan melemparkannya ke arah suku Sentinel dari perahu. 


Untuk kejutan timnya, suku Sentinel menerima kelapa tersebut dan bahkan mengundang Chattopadhyay untuk turun ke pantai. Chattopadhyay berani mengambil risiko dan turun ke pantai bersama seorang koleganya. Dia duduk di pasir dan menyapa suku Sentinel dengan cara duduk di pangkuan mereka dan menampar punggung mereka sendiri, seperti yang dia lihat dari jarak jauh. Suku Sentinel tampak senang dan ramah dengan Chattopadhyay. 

Mereka bahkan membiarkan dia memegang bayi mereka. Chattopadhyay mencoba mempelajari bahasa mereka dengan menunjuk benda-benda dan mengulangi kata-kata yang mereka ucapkan. Namun, dia tidak bisa mengerti arti atau makna dari kata-kata tersebut. Dia juga tidak bisa mengetahui nama atau asal-usul mereka. Dia hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa tubuh dan ekspresi wajah.

Dari beberapa upaya tersebut, dapat disimpulkan bahwa mempelajari bahasa dan budaya suku Sentinel sangat sulit dan berbahaya. Suku Sentinel sangat terisolasi dan tidak mau berhubungan dengan orang luar. Mereka menolak segala bentuk peradaban modern dan hidup dengan cara primitif. Mereka sangat agresif dan kejam terhadap orang asing yang mencoba mendekati atau masuk ke pulau mereka. Bahasa dan tradisi mereka masih menjadi misteri bagi dunia luar.

Mengapa Suku Sentinel Penting untuk Diketahui?

Suku Sentinel penting untuk diketahui karena mereka adalah salah satu suku asli yang sangat unik dan misterius di dunia. Mereka adalah salah satu contoh suku yang masih bertahan hidup dengan cara primitif di tengah kemajuan zaman. Mereka juga adalah salah satu contoh suku yang sangat menjaga kemerdekaan dan kedaulatan mereka dari pengaruh orang luar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun