Mohon tunggu...
Andri Samudra Siahaan
Andri Samudra Siahaan Mohon Tunggu... Petani - Menulis salah satu metode perjuangan.

Petani dan Peternak, Alumni Teknologi Hasil Pertanian andrishn85@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pak Anshari Tambunan! Hati-hati Konflik Horizontal Bisa Terjadi di Deliserdang!

1 Mei 2020   22:48 Diperbarui: 2 Mei 2020   15:29 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Video penyerangan 8 orang kesebuah lapo   di daerah batang kuis sepertinya sudah menarik perhatian publik diseluruh penjuru negri. 

Kita pasti sepakat jika apa yang terjadi di lapo tuak Batangkuis merupakan tindakan persekusi yang dilakukan kepada seorang ibu, dan itu merupakan tindakan kriminal yang harus segera disikapi. 


Dari video yang beredar kita dapat melihat bagaimana seorang pria melempar seorang ibu  sembari mengucapkan bahasa kotor kemudian ada terjadi aksi Pengerusakan terhadap warung ibu  tersebut. kita juga bisa melihat bagaimana ibu tersebut  menjelaskan bahwa ia telah menutupi warung  tersebut dan hanya membuka sedikit pintu untuk menghormati umat muslim yang berpuasa.  Kelompok tersebut tidak peduli dan tetap memaki-maki serta melakukan perusakan walau mereka sedang puasa.

Suarasumut.com
Suarasumut.com

Sikap arogan yang dilakukan FPI di Deliserdang bukan kali ini saja terjadi. Kita tentu masih ingat dengan kejadian demonstrasi mereka yang meminta penutupan BPK Tesalonila di Lubuk pakam. Hal yang menimbulkan kemarahan masyarakat batak karo karena mencampuri permasalahan makanan khas mereka yang diakui kenikmatannya oleh dunia terbukti dengan adanya cabang tesalonika di luar negri.

Apa yang terjadi pada inang Manullang sebenarnya adalah sebuah bentuk kriminal, karena terjadi tindakan persekusi dan pengerusakan di warungnya dan itu melanggar hukum . Tapi pada kenyataannya tidak sesederhana itu, FPI sepertinya tidak menghormati adanya perbedaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Deliserdang. Itu sangat menyakiti banyak kelompok diluar mereka.

Dan sepertinya bupati Deliserdang belum menangkap permasalahan  ini. Hingga saat ini kita tidak  melihat sebuah tindakan nyata yang dilakukan pemerintah daerah untuk meredam permasalahan ini.

Hadirnya  kelompok Pemuda Batak Bersatu yang  melakukan pendampingan hukum tentu menjadi sebuah hal yang positif bagi ibu yang teraniaya tersebut. Sebuah langkah yang strategis untuk menyelesaikan masalah kriminal ini dipengadilan.

Akan tetapi  muncul sebuah stigma yang terbentuk dimasyarakat dan harus diwaspadai. Sebuah  pandangan bahwa FPI melakukan penodaan terhadap harga diri sebuah suku bangsa yaitu suku Batak.  Hal ini tentu sangat berbahaya apabila tidak diantisipasi, karena akan menimbulkan konflik Horizontal di antara masyarakat Deliserdang.

Hal tersebut mungkin terjadi, mengingat FPI sudah 2 kali melakukan tindakan arogansi kepada golongan masyarakat Batak di Deliserdang dengan  mengatasnamakan agama.

1. Melakukan aksi demonstrasi  penutupan BPK Tesalonika pada tahun 2016 di Lubuk Pakam dengan mengancam akan melakukan tindakan sendiri apabila tidak dipenuhi. (https://suarasumut.com/arsip/rumah-makan-bpk-fpi-tutup-atau-kami-bertindak/)

2. Melakukan Aksi pengerusakan warung Tuak yang tentu saja menimbulkan banyak empati dimasyarakat batak sumatera utara. Lapo tuak merupakan lambang persahabatan dan pertemanan di Sumut, karena disini berbagai kalangan batak bisa berkumpul dan bercerita tampa memandang status sosial mereka.

Seruan-seruan pengecaman terhadap fpi terus bergema hingga saat ini. Media sosial dan group wa dipenuhi kecaman, artikel dan video yang membahas tindakan anarki FPI terhadap seorang ibu yang meraung-raung "bisa kalian kasih  makan aku?". Dan ini sangat berbahaya jika tidak diredam, Karena Akan timbul gerakan-gerakan senyap di akar rumput. 

Kita coba berkaca pada gerakan #savebabi yang terjadi dibulan Februari lalu, gerakan senyap terjadi  diawali oleh keresahan masyarakat akan penyebaran virus ASF, kemudian diperparah oleh    timbulnya stigma dimasyarakat bahwa seluruh babi akan dimusnahkan oleh Gubernur (padahal maksudnya memusnahkan babi yang sakit saja). Saya melihat bagaimana punguan-punguan dan stm melakukan pembahasan untuk mengikuti aksi demonstrasi yang akhirnya dihadiri lebih dari 5000 orang di kantor DPRD Sumut.

Bupati kami memang tidak seperti Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo, ataupun ibu Risma yang langsung bergerak cepat melihat isu yang berkembang,tetapi paling tidak turunkanlah staf-staf anda untuk meredam keresahan yang terjadi dimasyarakat. Bangun pandangan bahwa ini adalah permasalahan kriminal dan bukan permasalah suku Bangsa. 

Jika tidak diantisipasi secepatnya maka akan terjadi gerakan aksi demonstrasi yang cukup besar yang bukan hanya dari Deliserdang Saja tetapi dari seluruh penjuru sumatera utara seperti aksi #savebabi. Yang bisa saja dibalas FPI dengan mengumpulkan masa untuk melakukan aksi tandingan, mungkin pada akhirnya dapat menimbulkan konflik besar di depan kantor Bupati Deliserdang.

Penangkapan 8 oknum pelaku perusakan harus segera dilakukan. Hal ini penting untuk meredam keresahan yang terjadi dimasyarakat. Perlambatan tindakan hukum hanya akan menjadi sebuah bom waktu yang  pasti akan meledak. Kapolres Deliserdang harus segera bertindak cepat untuk mencegah hal ini.

Pak Anshari T juga harus berani untuk mengerahkan teamnya merangkul para tokoh adat dan marga jika perlu mengajak para tokoh agama, Karena ditangan merekalah kunci untuk meredam stigma yang terus berkembang dimasyarakat. Yakinkan mereka bahwa ini adalah kasus kriminal murni dan jauh dari isu ras suku bangsa. 

Evaluasi terhadap organisasi yang meresahkan tentu harus dilakukan  oleh pak Anshari T, segala tindakan yang berbau intoleransi harus dihapuskan di wilayah deliserdang. Ruang diskusi untuk kerukunan umat beragama dibuka kembali sehingga segala tindakan yang bersifat provokatif tidak terjadi dibumi Deliserdang. 

Tanggung jawab kerukunan beragama di Sumatera Utara adalah tanggungjawab Pak Anshari T, mengingat Deliserdang adalah wilayah terbesar kedua jumlah penduduknya di Sumatera Utara setelah Kota Medan.

Kita lihat saja, Apakah penegak hukum dan pemerintah daerah punya kekuatan untuk menyelesaikan masalah yang mengancam disintegrasi bangsa di Deliserdang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun