Mohon tunggu...
Andri Imam Fauzi
Andri Imam Fauzi Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Traveler

Explore the outdoor

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Membidik Baduy Dalam dengan Mata Tanpa Lensa

13 Desember 2018   15:38 Diperbarui: 13 Desember 2018   17:05 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumah mereka unik. Saat baru msuk rumah, yang kami lihat pertama itu dapur yang ada di sebelah pintu masuk rumah. Rumah berbentuk persegi panjang dengan satu ruang utama, dan satu kamar tidur. Rumah mereka sederhana. Gak ada barang-barang modern yang jadi pajangannya. 

Penerangan seadanya yang terbuat dari bahan alam, entah dari getah karet atau apa. Cuma ada dua cahaya di rumah itu, satu di dapur yang terus mengepul dengan asap masak, dan satu lagi di kamar mereka. Kami, para wisatawan diijinkan buat tidur di ruang utama mereka, yang mungkin kalo di rumah modern kita sebut sebagai ruang keluarga.

Makan malam udah disiapkan oleh si punya rumah. Mereka menjamu kami kayak kita menjamu tamu yang datang ke rumah kita. Mereka makan apa yang kita makan, dan mereka makan di waktu yang sama saat kami makan. gak ada perbedaan di antara kami. Kami menyatu. Makan malam yang disuguhkan ke kami sama kayak makanan di kota, ada mie instan, ayam goreng, dan nasi. 

Jangan pikir kalo kita ke sana bakal diberi makan yang aneh-aneh ya, sama kok. Makan usai, malam makin larut, udara dingin hutan mulai masuk dari celah-celah bilik rumah. Gak terasa kami terlelap.

Pagi datang. Sekarang gantian, cahaya pagi matahari yang masuk dari celah-celah bilik. Itu adalah alarm kami buat bangun. Sayang rasanya, kalo ninggalin momen pagi di Baduy Dalam cuma tidur-tiduran aja. Kami beranjak melihat sekitar. Udara pagi sejuk yang gak pernah dirasain di perkotaan, bisa kita rasain di sini. Baduy, kau begitu asri. Berkeliling ke rumah-rumah lain, menyapa warga sekitar, dan melihat kesibukan wisatawan lain yang juga mencoba apa yang kami lakuin. Berkeliling. Sama, semua sama.

 Sampe di satu titik, saya melihat lapangan berumput luas, dengan jalan setapak yang masih terbuat dari bebatuan sungai. Di ujung lapangan, saya melihat satu rumah dengan pekarangan rumput, pohon, dan bunga yang bermekaran di pekarangannya. Rumah yang salah satu sisinya ada di tebing. Rumah dengan pagar tertutup dari bambu. Itu rumah kepala desa. Kami, para wisatawan gak bisa memasuki atau mendekat ke rumah itu. Entah apa alasanya, tapi kami tetap mengikuti peraturan setempat buat gak mendekat ke sana.

Oh, iya, di rumah mereka gak ada toilet atau kakus. Kalo mau mandi, atau buang air, warga Baduy, bahkan kami para wisatawan harus jalan ke sungai yang adanya di belakang pemukiman. Jangan khawatir, antara wanita dan pria dipisah kok areanya, dan jaraknya bejauhan. 

Buat buang air sendiri, ada lagi tempatnya, gak searea sama tempat mandi. Jadi, aman. Buat kami yang datang dari luar, awalnya ngerasa sungkan buat ngelakuin hal itu di alam terbuka, tapi kondisi menutut, dan ego harus dikalahkan. Rasanya? Gak kebayang sebelumnya, ada sensasinya sendiri, kalo kalian ke sini, mesti coba hal ini. 

Sejuk, dingin, dan seger, itu yang kami rasain setelah mandi dan bersih-bersih di sungai ini. Tambahan, Baduy Dalam ngelarang para wisatawan buat pake sabun, sampo, dan peralatan mandi lainnya yang terbuat dari bahan kimia. Apa bisa? Apa nyaman? Bisa! Mandi tanpa sabun dan sampo di sungai ini, bisa banget, dan tetep seger. Itu pagi kami di Baduy Dalam.

Gak lama, karena tuntutan jadwal, kami harus bergegas pulang. Perjalanan panjang dan serupa kayak pas menuju ke desa Cibeo, harus kami lakuin lagi. kami mulai perjalanan pulang sekitar jam setengah sepuluh pagi. Kami pake jalur yang beda dengan jalur pendakian. 

Saat tengah hari, kami mulai melihat pemukiman modern, suara motor, dan lebar. Tandanya, kami sudah ninggalin wilayah Baduy. Beberapa jam penurunan, kami tetap disuguhin sama pemandangan hijau di kanan-kiri kami, dan suara aliran sungai yang gak ada abisnya menemani kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun