Mohon tunggu...
Andrilla Lukman
Andrilla Lukman Mohon Tunggu... Pelayan Cafe -

Aku adalah cipta. Langkahku adalah karya. Hatiku adalah seni. IG: andrilla_lukman Blog: https://thelittlewriter99.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kompasianer yang Ingin Populer

23 Januari 2018   01:24 Diperbarui: 23 Januari 2018   09:00 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Like dan viewer dan komen di kompasiana, berapa banyak yang berulang kali melihatnya? Siapa yang selalu bolak-balik chek hp atau laptop atau alat-alat lain yang bisa digunakan untuk membuka situs kompasiana sekedar untuk melihat perkembangan, ah bukan perkembangan, tapi penambahan like dan viewer dan komentarnya.

Mungkin ada beberapa yang akan langsung menjawab pertanyaan ini dengan jawaban yang bersifat apologetik. Padahal jawabannya sangat sederhana, seperti, "ya, saya" Atau "saya tidak demikian" Atau bagaimanapun asal sesuai dengan pertanyaan. Bukan salah, hanya saja, siapa juga yang menanyakan alasannya hingga harus menjawab dengan jawaban yang panjang kali lebar.

Apa, sih, tujuan dari menulis? Memang ada berbagai macam jawabannya, namun yang paling utama bukankah sharing pemikiran? Saya fikir itu yang paling tepat, paling bermoral, paling indah, paling romantis. Hehehe. Lalu dari sana munculah berbagai tanggapan, mulai dari setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka dan berbagai tanggapan lain. Sekalipun tidak ada di kolom komentar, atau tidak ada tulisan lain yang muncul untuk menanggapinya, setidaknya tulisan itu ada di fikiran para pembaca. Itu sudah cukup kiranya untuk membuat penulisnya bahagia (seharusnya).

Namun di zaman sekarang popularitas memang selalu menjadi hal yang menarik untuk diikuti. Orang-orang melakukan sesuatu bukan untuk orang lain, tapi untuk kepentingan diri sendiri (agar populer).

Lalu tiba-tiba seseorang datang dan bertanya pada Saya, "Mas, terus saya harus gimana? Saya ngga boleh, ya, mementingkan diri saya sendiri? Saya ngga boleh populer, ya? Maunya sampeyan, apa, sih? Berantem, yok!"

Sayapun ngaplo sesaat memandang wajahnya yang menampilkan ekspresi kemarahan. kemudian Saya menjawab - saya berani-beranikan menjawab -"bukan tidak boleh mementingkan diri sendiri, tapi kalau kepentingannya hanya agar populer, saya rasa tidak perlu repot menulis, Mas. Cari aja tiket jurusan Jakarta. Lalu ke monas sambil bawa bom. Sampeyan bakal populer. Serius! Monas, mas! Monas! Siapa yang bakal bisa lupa sama kejadian monas yang di bom? Sampeyan bakal masuk dalam sejarah Indonesia, mas. Sampeyan bakal populer!"

Kemudian dia diam.

Kemudian saya juga diam. Saya bingung karena ternyata dihadapan saya tidak ada siapapun. Ditambah lagi saya semakin bingung harus memasukan tulisan ini di rubrik apa?

Yah, anggap saja saya telah selesai menulis sindiran untuk diri saya sendiri, dan mas-mas tadi adalah tokoh imaginer saya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun