Selain Neerja, ada satu lagi tokoh yang menarik perhatian dan menjadi inspirasi, yakni Rama Bhanot, Ibu Neerja. Ibunya begitu sayang kepadanya yang dapat dilihat pada awal film ketika mereka mengalami masa-masa kebersamaan. Begitu juga saat ibunya mengenang kembali masa kecil, remaja, hingga dewasa anaknya yang begitu ceria dan riang.
"Jangan bekerja terlalu diforsir, Menunduklah saat berjalan, Urus urusanmu sendiri, Pikirkan kehormatan dan hidupmu, saat dalam bahaya. Bukankah itu yang kita ajarkan pada putri kita?"
"Tak ada penderitaan yang lebih pedih di dunia ini selai kehilangan seorang anak."
Dua kalimat tersebut adalah penggalan dari untaian kalimat yang disampaikan oleh ibunya saat peringatan setahun meninggalnya Neerja Bhanot. Dari kalimat tersebut tampak betapa besar kasih sayang ibunya pada Neerja melalui pesan-pesan kepada Neerja. Hal itu sangat manusiawi mengingat Neerja merupakan putri tunggal dalam keluarga, sehingga ibunya begitu menjaga dan menginginkan yang terbaik untuk putrinya.
Dari kalimat tersebut juga tampak begitu mendalam kesedihan yang dirasakan oleh ibunya saat ia harus kehilangan putri kesayangannya di saat ulang tahun putrinya yang ke-23. Kehilangan itu merupakan penderitaan yang sangat pedih dan tidak bisa digantikan oleh apapun. Selain itu, tampak darinya kepbribadian yang sangat tegar dan ikhlas atas kepergian putri satu-satunya.Â
Film ini sangat menyentuh hati setiap orang yang menontonnya. Film ini layak ditonton oleh semua kalangan terutama di Hari Ibu ini karena mengajarkan arti dan makna keluarga dan memberi arti betapa dalamnya kasih seorang ibu kepada anaknya, antara Rama Bhanot kepada Neerja Bhanot. Begitu juga yang ditunjukkan oleh Neerja yang secara tidak langsung menjadi seorang ibu melindungi anaknya hingga harus merelakan nyawanya.
Selamat Hari Ibu!