Mohon tunggu...
Andrian Habibi
Andrian Habibi Mohon Tunggu... Konsultan - Kemerdekaan Pikiran

Menulis apapun yang aku pikirkan. Dari keresahan atau muncul untuk mengomentari sesuatu. Cek semua akun dengan keynote "Andrian Habibi".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pahlawan Nasional yang Sederhana, Apakah Kadernya Mampu Menirunya?

15 November 2017   13:00 Diperbarui: 15 November 2017   14:51 1936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: nasional.kompas.com

Selain itu, kesederhanaan Lafran dapat dikonfirmasi kepada keluarga, sahabat dan kader yang pernah hidup bersamanya. Anak-anak Lafran pernah "mengibuli" tokoh ini terkait mengganti televisi dari hitam putih menjadi berwarna.

Bagi Lafran, suatu barang (apapun), jika masih bermamfaat dan berguna, tidak ada kata mengganti. Dengan alasan rusak parah, akhirnya Lafran menerima televisi berwarna hadiah dari anaknya sendiri. Begitulah wawancara Hariqo dengan anak-anak Lafran.

Bukan hanya itu, Putra Lafran - Iqbal Pane mengisahkan bahwa tidak satupun dari anak Lafran yang mengetahui bahwa ayahnya (Lafran Pane) adalah tokoh nasional yang mendirikan HMI. Mereka tahu karena saat Latihan Kader mengisahkan materi sejarah perjuangan HMI. Jika tidak, anak-anak Lafran hanya tahu ayahnya seorang dosen di Universitas Negeri Yogyakarta.

Sumber: nasional.kompas.com
Sumber: nasional.kompas.com
Siapa Yang Sanggup Menahan Ujian Kehidupan

Apabila kita melihat para kader-kader Lafran saat ini. Akan muncul pertanyaan, siapakah yang sanggup meneruskan kerasnya pendirian Lafran dalam menjaga keutuhan NKRI, keislaman dan keindonesiaan? Siapakah yang sanggup menjaga semangat untuk mengabdi tanpa ada 'pengganti' berupa fasilitas atas jabatannya? Siapa juga yang mampu hidup sesederhana Lafran?

Kita perlu jujur, mengabdi untuk ummat dan bangsa dalam bingkai keindonesiaan dan keislamaan seperti Lafran bukan lah perkara mudah. Bahkan saya yang menulis artikel ini belum mampu mengerjakan pola hidup seperti ayahanda HMI.


Mari kita merenungi sejenak perangai para penerus Lafran, sebahagian dari mereka adalah pejabat di negeri ini. Tetapi, apakah mereka menolak semua fasilitas yang diberikan negara?

Jangan harap, mereka bukan hanya menerima tetapi enggan untuk mengakhiri apabila jabatan sudah berakhir. Tidak sedikit yang merasa 'sombong' dengan menolak berbagi rezeki berdalih 'kader harus kuat dan kreatif -- tapi kantong sang senior tertutup rapat'.

Atau contoh lainnya, jika HMI adalah rumah perjuangan mahasiswa Islam. Sudah sewajarnya seluruh cabang memiliki sekretariat permanen sebagai fokus perjuangan, pergerakan, pendidikan dan pengabdian.

Namun, dengan berlimpahnya alumni HMI sejak tahun 1947 sampai sekarang, masih banyak cabang HMI yang masih ngontrak atau malah pindah-pindah kontrakan.

Padahal, jika pejabat yang notabene alumni HMI menerapkan sedikit kesederhanaan Lafran. Maka program efisiensi dan efektifitas anggaran pemerintah terlaksana dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun