Sejarah manusia bukan hanya cerita tentang perang dan kekuasaan, tapi juga pertarungan gagasan. Dari semua perdebatan besar yang membentuk dunia modern, tak ada yang lebih menentukan arah abad ke-20 dan sebagian abad ke-21 selain konflik antara dua ideologi besar: kapitalisme dan komunisme.
Kapitalisme dan Lahirnya Dunia Modern
Kapitalisme bukan sekadar sistem ekonomi, melainkan sebuah cara pandang terhadap dunia. Dalam sistem ini, manusia diposisikan sebagai makhluk rasional yang mengejar kepentingannya sendiri. Karena itu, pasar dianggap sebagai mekanisme paling efisien untuk mengatur kehidupan sosial. Namun kapitalisme tidak muncul begitu saja. Ia lahir dari keruntuhan feodalisme Eropa dan tumbuh bersama munculnya kota-kota dagang seperti Amsterdam dan London pada abad ke-16. Sebuah kelas sosial baru terbentuk, yaitu borjuis, yang terdiri dari pedagang, pemilik modal, dan tuan tanah. Mereka bukan bangsawan, tetapi menguasai kekuatan ekonomi yang kian dominan.
Revolusi industri di abad ke-18 mempercepat dominasi kapitalisme. Penemuan mesin, sistem produksi massal, dan urbanisasi menjadikan ekonomi pasar sebagai pusat kehidupan modern. Adam Smith, salah satu pemikir besar kapitalisme, mengemukakan bahwa jika individu bebas mengejar kepentingannya di pasar, hasil akhirnya akan menguntungkan masyarakat secara keseluruhan melalui konsep tangan tak terlihat atau invisible hand.Â
Namun, kapitalisme juga menimbulkan paradoks. Di satu sisi, ia menciptakan kemajuan, inovasi, dan pertumbuhan. Di sisi lain, ia juga melahirkan ketimpangan, krisis berkala, dan eksploitasi. Kelas pekerja atau proletariat muncul sebagai mayoritas yang hidup dari upah rendah, bekerja panjang tanpa perlindungan sosial. Dari ketimpangan inilah muncul kritik tajam dan alternatif pemikiran yang melahirkan sosialisme dan komunisme.
Komunisme: Kritik terhadap Eksploitasi
Komunisme lahir sebagai respons terhadap logika eksploitasi dalam kapitalisme, bukan semata kebencian terhadap kekayaan. Karl Marx dan Friedrich Engels, dalam Manifesto Komunis yang diterbitkan pada 1848, menyatakan bahwa sejarah umat manusia adalah sejarah pertentangan kelas, antara mereka yang memiliki alat produksi dan mereka yang hanya memiliki tenaga untuk dijual.Â
Marx melihat kapitalisme sebagai sistem yang penuh kontradiksi. Pemilik modal mengejar laba dengan menekan biaya tenaga kerja, sementara buruh semakin tereksploitasi. Ia meyakini bahwa pada titik tertentu, proletariat akan menyadari posisi mereka dan merebut kekuasaan produksi dari tangan borjuis.
Revolusi itu, menurut Marx, akan membawa masyarakat menuju sosialisme, yaitu masa transisi di mana alat produksi dikelola kolektif dan kekayaan didistribusikan lebih adil. Tujuan akhirnya adalah komunisme, sebuah masyarakat tanpa kelas, tanpa negara, di mana kerja bukan lagi beban, melainkan ekspresi diri. Prinsip utamanya adalah from each according to his ability, to each according to his needs. Lebih dari sekadar sistem ekonomi, komunisme adalah visi pembebasan manusia dari penindasan struktural dan kompetisi tanpa henti. Ia membayangkan solidaritas menggantikan persaingan, dan kehidupan bersama yang lebih manusiawi.