Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perancis: Islamophobia, Pembunuhan, Kekecewaan, hingga Isu Rasisme

2 Juli 2023   16:00 Diperbarui: 2 Juli 2023   16:43 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Polisi bersenjata mengamankan kota Lyon, Perancis (sumber: Quora/Okta Koulapic)

1. Islamophobia dan Rasisme

Islamophobia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan ketakutan, kebencian, atau prasangka terhadap Islam atau umat Muslim. Ini adalah bentuk diskriminasi atau sikap negatif yang ditujukan kepada individu atau kelompok Muslim berdasarkan agama mereka. Islamophobia dapat muncul dalam berbagai bentuk dan tingkat keparahan, mulai dari prasangka umum hingga tindakan diskriminatif dan kekerasan fisik.

Selain itu, sejarah kasus rasisme di Perancis mencakup berbagai periode dan peristiwa yang menyoroti ketegangan dan diskriminasi rasial yang terjadi di negara tersebut. Berikut adalah gambaran umum tentang sejarah kasus rasisme di Perancis.

  • Kolonialisme: Sejarah kasus rasisme di Perancis sering kali terkait dengan masa kolonialnya. Sebagai salah satu kekuatan kolonial besar, Prancis memiliki jajahan di berbagai wilayah seperti Afrika, Karibia, dan Asia. Pada masa itu, rasisme dan sikap superioritas rasial dipraktikkan terhadap penduduk asli koloni, yang seringkali dianggap sebagai "ras yang rendah" oleh pemerintah kolonial Prancis.
  • Perang Dunia II dan Holokaus: Selama pendudukan Nazi di Perancis pada Perang Dunia II, terjadi penganiayaan dan deportasi massal terhadap Yahudi. Banyak orang Yahudi Prancis yang dibawa ke kamp konsentrasi dan dibunuh selama periode ini. Peristiwa ini menunjukkan adanya antisemitisme yang meluas di negara itu.
  • Imigrasi pasca-perang: Setelah Perang Dunia II, Perancis mengalami gelombang imigrasi yang signifikan dari bekas koloni dan negara-negara lain, terutama dari Afrika Utara dan Karibia. Para imigran ini dan keturunan mereka sering menghadapi diskriminasi dan rasisme di berbagai bidang kehidupan, termasuk di tempat kerja, perumahan, dan pendidikan. Masalah integrasi dan ketegangan antara kelompok etnis menjadi masalah sosial yang signifikan di Perancis.
  • Gerakan Anti-Rasisme: Seiring dengan munculnya masalah rasisme di Perancis, juga muncul gerakan anti-rasisme yang aktif dalam memerangi diskriminasi dan melawan sikap rasialis. Organisasi-organisasi seperti SOS Racisme dan Mouvement Contre le Racisme et pour l'Amitié entre les Peuples (MRAP) telah berjuang untuk kesetaraan dan keadilan bagi semua orang di Perancis.
  • Kasus-kasus Kontemporer: Perancis terus menghadapi kasus-kasus rasisme kontemporer yang mencuat dalam beberapa tahun terakhir. Masalah seperti islamofobia, diskriminasi terhadap komunitas Muslim, ketegangan rasial dalam masyarakat, dan konflik terkait identitas nasionalitas dan imigrasi terus menjadi topik yang diperdebatkan di negara itu.

2. Remaja Aljazair "Nahel"

Potret Nahel, remaja yang ditembak mati kepolisian Perancis (sumber: tribunnews.com)
Potret Nahel, remaja yang ditembak mati kepolisian Perancis (sumber: tribunnews.com)
Kematian Nahel M (17) telah menyebabkan kerusuhan di berbagai kota di seluruh Perancis, termasuk di Nanterre, sebelah barat Paris, tempat dia dibesarkan. Nahel adalah anak tunggal yang diasuh oleh ibunya. Dia bekerja sebagai sopir pengiriman makanan dan juga bermain rugby.

Dia terdaftar di sebuah perguruan tinggi di Suresnes, yang tidak jauh dari tempat tinggalnya, dengan tujuan menjadi seorang ahli kelistrikan. Orang-orang yang mengenalnya mengatakan bahwa Nahel sangat dicintai di Nanterre, di mana dia tinggal bersama ibunya, Mounia, dan tampaknya tidak pernah mengenal ayahnya.

Rekam jejak kehadirannya di perguruan tinggi tidak baik. Meskipun dia tidak memiliki catatan kriminal, dia dikenal oleh polisi. Sebelum pergi bekerja, dia selalu mencium ibunya sambil mengatakan, "Aku mencintaimu, Bu."


Tak lama setelah pukul 09.00 pada Selasa (27/6/2023), dia ditembak di dada dari jarak dekat karena tidak mematuhi perintah polisi untuk menghentikan mobil Mercedes-nya setelah melanggar lalu lintas. 

"Apa yang akan saya lakukan sekarang?" tanya ibunya. 

"Saya memberikan segalanya untuknya. Saya hanya memiliki satu anak, saya tidak punya sepuluh anak. Dia adalah hidup saya, sahabat saya," ujarnya.

3. Keluhan China

Konsulat Jenderal Cina di Marseille mengajukan komplain kepada Prancis setelah sebuah bus yang membawa rombongan wisatawan Cina di kota selatan tersebut mengalami tabrakan dan mengakibatkan pecahnya kaca serta luka ringan pada Minggu, 2 Juli 2023, seperti yang dinyatakan oleh Kantor Urusan Konsuler Cina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun