Mohon tunggu...
Farmpedia Indonesia
Farmpedia Indonesia Mohon Tunggu... Penulis

Belajar bertani mulai dari membaca, memahami, dan mengaplikasikan. Jadilah petani yang beriman, berakal, tangguh dan melek teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka, Bentuk Kesetaraan bagi Siswa IPA dan IPS!

18 Februari 2022   17:50 Diperbarui: 18 Februari 2022   18:08 1985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meme bentuk kesenjangan siswa IPA dan IPS (sumber: yukepo.com)

Pandemi covid-19 belum usai hingga kini, sudah lebih dari satu tahun Indonesia berkutat dengan virus ini. Sejak kemunculannya pada awal tahun 2020 lalu, pandemi covid-19 telah menelan banyak korban jiwa dan berbagai kerugian diberbagai aspek kehidupan, khususnya pendidikan.

Sejak adanya pandemi covid-19 ini, sekolah-sekolah di Indonesia pun menerapkan sistem pembelajaran dari rumah, atau daring. Hal ini dilakukan sebagai upaya pencegahan rantai penularan virus covid-19.

Perubahan sistem pembelajaran ini tentu berdampak pada kurikulum yang dianut oleh sekolah. Kurikulum 2013 (K-13) yang menjadi acuan pendidikan di Indonesia, namun karena pandemi ini, kurikulum tersebut diganti menjadi Kurikulum Prototipe 2022, tidak lama berselang, diganti lagi menjadi Kurikulum Merdeka.

Menteri Pendidikan Indonesia, Nadiem Makarim menyatakan bahwa Kurikulum Merdeka Belajar adalah sebuah pengembangan dan penerapan dari kurikulum darurat yang diluncurkan dalam merespons pandemi covid-19.

Kurikulum merdeka diharapkan dapat mengembangkan skill dan kompetensi para murid ditengah pandemi dan keterbatasan pertemuan tatap muka. Selain kurikulum, ada hal yang cukup perubahan mencolok terjadi di jenjang SMA, yaitu rencana penghapusan peminatan IPA, IPS, dan Bahasa, dengan begitu semua siswa akan menerima mata pelajaran yang sama.

"Sebagai konsultan jurusan dan karier, memang selama ini pembagian jurusan IPA IPS Bahasa di SMA menimbulkan banyak masalah dan tidak sesuai dengan tren karier ke depan," kata Ina selaku pengamat pendidikan saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (12/2/2022).

Memang benar, pembagian peminatan IPA dan IPS nyatanya memberikan suatu kesenjangan sosial di sekolah, streotip buruk kerap melekat pada siswa IPS yang dinilai identik dengan kenakalan, sedangkan siswa IPA adalah anak-anak yang rajin. 

Tentu hal ini merupakan bentuk deskriminasi bagi pelajar IPS. Meski begitu, nyatanya hal tersebut tidak sepenuhnya benar, sebab banyak diluar sana siswa IPS yang sukses, begitupun siswa IPA.

Belum lagi saat memasuki jenjang perguruan tinggi, dimana program studi perkuliahan cenderung lebih banyak pilihan untuk siswa IPA, kadangkala jurusan untuk siswa IPS pun diembat juga. Banyak orang tua di luar sana yang terpengaruh akan anggapan ini, sehingga banyak orang tua yang mendorong anaknya masuk IPA.

Diharapkan dengan adanya pemerataan ini, semua siswa merasakan kesamaan satu sama lain, sehingga dapat dengan bebas mengembangkan kompetensinya masing-masing.

Kendati demikian, yang terpenting bukanlah IPA atau IPS, namun seberapa besar ilmu yang kita dapat dan aplikasi dikehidupan sehari-hari, sehingga memberi manfaat untuk orang lain.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun