Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

RE Martadinata: Sang Komandan Keamanan Laut Indonesia

6 Juli 2021   21:50 Diperbarui: 6 Juli 2021   22:20 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tepat pada 17 Agustus 1945 proklamasi pun dikumandangkan, pasukan pertahanan bahari pimpinan RD. Martadinata langsung bergerak merangsek menggempur kapal-kapal milik Jepang dan melucuti persenjataan mereka.
Kapal Jawatan Pelayaran Jawa Unko Kaisya milik Jepang juga diambil alih oleh KLBBL.

Lautan sudah dianggap sebagai rumahya, ia terkenal sebagai sosokcyang tegas, tangkas bila mengomandoi kapal, selain itu dedikasi sebagai pemimpin pasukan perang tidaklah sembarangan. Beliau menjadi sosok panutan bagi rekan-rekan nya.

Pada 10 September 1945, RD Martadinata dan kawan kelautannya mendirikan Badan Keamanan Rakyat Laut Pusat(BKRLP)  yang menjadi cikal bakal dari TNI Angkatan Laut. Saat itu BKRLP dipimpin oleh M. Pardi yang bermarkas di Jl. Budi Utomo, Jakarta.

Setelah beberapa tahun berlalu, Agresi Militer 1 dan 2 yang terjadi pada tahun 1947-1948 yang dilakukan Belanda membuat RD Martadinata dan kawan-kawannya turun untuk melawan pasukan Belanda. Ia dan kawan-kawannya menerapkan strategi perang gerilya didaerah Tegal dan Pekalongan Jawa Tengah.

Pasukan Belanda akhirnya dapat dipukul mundur oleh mereka. Setelah pertempuran selesai. RE Martadinata dan kawan-kawannya mendirikan Sekolah Perwira Basic Operational School di Sarangan Magetan, Jawa Timur.

Pada 1 Desember 1948, ia bersama KSAL R.Soebijakto mendirikan Tentara Angkatan Laut Daerah Aceh(ALDA).

Setelah Belanda mundur dari Indonesia, mereka menyerahkan 2 korvet pada pihak Indonesia. Salah satunya kapal RI Hang Tuah, RE Martadinata kemudian diberi mandat menjadi Komandan Kapal tersebut.

Kemudian beliau dipercaya sebagai Komandan Kesatuan Angkatan Laut Republik Indonesia(ALRI) di Italia, disana mereka bertugas mengawasai pembuatan dua kapal korvet dan dua kapal fregat.

Dengan kontribusinya yang cukup besar mengawal serta mempertahankan wilayah perairan Indonesia, pada 17 Juli 1959 ia pun diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Laut.
Dibawah pimpinan RE. Martadinata, Angkatan Laut semakin berkembang dan kuat dengan pengadaan kapal perang, pesawat udara, pembentukan pasukan komando khusus serta penyediaan pangkalan.

Pada 1 September 1966, beliau diangkat menjadi Duta Besar Indonesia untuk negara Pakistan. Tidak berselang lama, pada 5 Oktober 1966, RE. Martadinata resmi menerima kenaikan pangkat menjadi Laksamana(Perwira Tinggi) yang bertempat di Istana Negara.

KEMATIAAN RE MARTADINATA
Berselang sehari setelah kenaikan pangkat, RE. Martadinata bersama koleganya dari Pakistan yaitu Kolonel Syed Mazhar Ahmed dan istrinya Begum Salma serta Magda Elizabeth pergi ke Puncak menggunakan Helikopter Alloute  A IV 422 untuk berlibur dipiloti oleh Letnan Willy.

Setelah kembali dari puncak menuju Jakarta,  kemudi diambil alih oleh RE. Martadinata. Awalnya semua berjalan baik-baik saja, namun belum jauh dari daerah Riung Gunung, Purwakarta Jawa Barat, tiba-tiba terjadi cuaca buruk, helikopter pun hilang kendali, tak lama kemudian helikopter langsung menghantam bukit dan meledak seketika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun