Hampir setiap selesai mandi dan berpakaian rapi, apalagi saat hendak pergi, kepada sebagian tubuh ini, tak lupa menyemprotkan, minyak wangi.
Tidak saja mengharumkan diri, minyak ini, boleh jadi, menawarkan bau sedap kepada siapapun, yang menghirupnya.
Bayangkan saja, jika di tengah keramaian manusia, ada orang yang berhari-hari tak mandi. Atau, berminggu-minggu pakaian tak diganti.
Bau bagi diri sendiri, mungkin tidak jadi soal. Tapi, bau bagi diri yang lain, bisa jadi membuat hati kesal.
:::.
Pagi itu, ritual semprot minyak wangi hampir tak terlaksana. Pasalnya, cairan minyak dalam botol, mungkin tersisa hanya satu-dua tetes saja.
Masih ada suara, semburan minyak yang keluar. Masih ada harapan, bau wangi menyebar. Berkehendak menebar, segarr.
Minyak wangi habis, yang tersida hanya suara angin, kembang-kempis.
:::.
Kupandangi, botol minyak wangi kosong itu, sembari hati bicara...
Botol kosong ini, adalah diri saya, manusia. Dan, isi botol itu, cairan minyak wangi itu, adalah usia saya. Usia yang setiap hari terpakai, setiap waktu menguap, dan hilang begitu saja.