Pergaulan merupakan bagian penting dari kehidupan sosial, khususnya selama masa remaja yang sedang mengeksplorasi identitas diri. Dalam tahap ini, remaja berusaha memahami lingkungan, menjalin hubungan, dan mengeksplorasi hal-hal baru. Akan tetapi, tidak semua pergaulan memberikan dampak yang baik. Saat ini, fenomena pergaulan bebas menjadi salah satu isu sosial yang cukup mengkhawatirkan di kalangan siswa. Pergaulan bebas dapat diartikan sebagai jenis interaksi sosial yang melanggar norma agama, etika, dan moral, termasuk penyalahgunaan narkoba, konsumsi alkohol, serta perilaku seksual yang tidak terikat.
Berdasarkan studi yang dipublikasikan dalam Jurnal Servire (Widya Agape, 2022), faktor utama yang mendorong pergaulan bebas di kalangan anak muda adalah minimnya pengawasan orang tua, lemahnya pendidikan karakter, serta dampak negatif dari media sosial. Banyak anak muda yang mencontoh gaya hidup bebas dari media sosial tanpa menyadari risiko dan efek jangka panjangnya. Situasi ini semakin buruk akibat tekanan dari lingkungan pertemanan yang toxic, membuat remaja rentan untuk terpengaruh melakukan tindakan yang menyimpang. Sebaliknya, rasa ingin tahu yang besar dan keinginan untuk diakui oleh teman sebaya juga mendorong remaja untuk lebih berani mencoba hal-hal baru tanpa memikirkan konsekuensinya.
Di sisi lain, laporan dari Badan Kebijakan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (2021) mengindikasikan bahwa interaksi sosial yang bebas dapat memiliki konsekuensi serius bagi kesehatan fisik dan mental remaja. Berbagai dampak yang sering muncul antara lain meningkatnya kasus penyalahgunaan narkoba, infeksi menular seksual, kehamilan remaja, serta masalah psikologis seperti stres, kecemasan, dan depresi. Di samping itu, remaja yang terlibat dalam pergaulan bebas cenderung mengalami penurunan akademis dan kehilangan semangat untuk meraih masa depan yang lebih cerah. Dalam jangka panjang, perilaku ini dapat merusak citra, relasi dengan keluarga, serta menghalangi pertumbuhan pribadi.
Untuk menghindari dampak tersebut, peran lingkungan dan keluarga sangatlah krusial. Orang tua harus meningkatkan komunikasi dengan anak, memberikan pendidikan moral dari usia dini, dan menjadi contoh dalam bertindak. Sekolah diharapkan dapat mengajarkan pendidikan karakter dan memberikan edukasi mengenai risiko pergaulan bebas. Di samping itu, penggunaan media sosial perlu dilakukan dengan cermat dengan memilih informasi dan konten yang bermanfaat. Dengan cara ini, anak muda bisa mengembangkan kepribadian yang kokoh dan dapat menolak pengaruh buruk dari sekitarnya.
Pergaulan yang tidak terkontrol menjadi tantangan besar bagi generasi muda di zaman sekarang. Pencegahan tidak dapat dilakukan secara terpisah, melainkan harus melibatkan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara kolaboratif. Melalui pengembangan karakter, arahan etika, dan pengawasan yang tepat, remaja dapat berkembang menjadi generasi yang sehat, cerdas, dan berakhlak. Apabila setiap orang dapat merawat diri dan memilih lingkungan sosial yang mendukung, maka masa depan negara akan menjadi lebih cerah.
Sumber:
Jurnal Servire. (2022). Dampak Pergaulan Bebas di Kalangan Pelajar: Studi Kasus di Desa Toineke. Widya Agape. https://jurnal.widyaagape.ac.id/index.php/servire/article/download/97/77
Badan Kebijakan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2021). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Berisiko pada Remaja.
 https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/1427/1/72-133-1-SM.pdf
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI