Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ahok Sang "Whistle-Blower", Sempritannya Memekakkan Telinga!

18 September 2020   23:07 Diperbarui: 11 Oktober 2020   00:12 1717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pritttt...!!! Ahok jadi peniup peluit, ada yang off-side! Ia pun jadi whistle-blower.

Pertama soal direksi dan komisaris 'titipan'.

Jelas bahwa semua komisaris dan direksi suatu korporasi adalah "titipan". Apa masalahnya?

Tak perlu dipersoalkan. Memang begitulah kepengurusan suatu korporasi bisnis (BUMN, Swasta maupun Korporasi).

Titipan siapa? Ya titipan dari pemegang saham, maupun "stake-holder terkuat". Kalau perusahaan negara yang titipan dari penguasa negara (pemerintah). Kalau swasta ya lewat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Korporasi bisnis bukan dikelola oleh pengurus yang dipilih lewat pemilu ala pilpres, pileg, pilkada atau pilkades. Dalam korporasi bisnis, ya pemegang saham adalah pemegang keputusan tertinggi (lewat RUPS) untuk menentukan jajaran Komisaris atau Direksi.

Yang jadi soal adalah manakala terjadi apa yang dinamakan 'office-politics' (kasak-kusuk di belakang layar yang tidak transparan) untuk mendudukan seseorang bukan berdasarkan kompetensi dan rekam jejak yang bagus.

Yah semata demi KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) di dunia korporasi. Istilahnya adalah 'office-politics', kegiatan kasak-kusuknya disebut 'politicking'.

'Office-Politics' ini memang menyebalkan dan merusak spirit profesionalisme. Dimana spirit profesionalisme selalu dilandasi etos kerja yang tinggi, transparansi dan akuntabilitas.

Dan suatu 'office-politics' itu selalu melabrak prinsip-prinsip profesionalisme itu (etos kerja tinggi, transparansi dan akuntabilitas).

Itulah yang dipersoalkan oleh Ahok. Bahwa adanya sementara direksi yang kasak-kusuk di belakang layar melobi Menteri. Untuk urusan apa? Dan mengapa tidak dalam koordinasi dewan direksi dan dewan komisaris?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun