Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Masyarakat Tissue-Basah, Sekali Pakai Dibuang para Petualang Politik

11 Juni 2020   01:20 Diperbarui: 11 Juni 2020   06:47 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Harapannya, agar dengan proses politik demokrasi yang sejati sedemikian itu, bakal munculah pemimpin-pemimpin politik yang berkualitas. Mereka-mereka yang hasrat kekuasaannya bersifat altruistik-mulia.

Bukan pemimpin politik yang egoistik-korup yang muncul lantaran proses jurdil-luber tadi sudah dikhianati pada instansi pertamanya.

Dikhianatinya sejak proses rekrutmen oleh partai politik yang penuh dengan intrik KKN, yang kemudian disambung dengan siasat 'serangan fajar' dewa mamon (uang) semalam sebelum hari pencoblosan.

Alhasil yang diperoleh adalah para pemimpin politik yang seperti kita rasakan sekarang di banyak provinsi, kabupaten/kota, maupun di DPR-RI dan DPRD.

Sudah kinerjanya buruk, masih pula tanpa ada rasa malu merekayasa sedemikian rupa agar keluarga besarnya duduk di posisi atau jabatan yang ada dibawah hegemoninya. Nepotisme tanpa tedeng aling-aling. Politik dinasti yang brutal.

Bagaimana kita sebagai masyarakat sipil mesti menyikapi itu semua?

Paling tidak ada tiga sasaran. Pertama kritik kepada administrasi kekuasaan di berbagai daerah (maupun pusat). Kedua, terus menerus berupaya menyadarkan (konsientisasi) masyarakat agar sadar-politik.

Dan ketiga, tak putusnya memotivasi diri sendiri agar pantang menyerah dalam partisipasi politik yang kerap hanya menyisakan pilihan-pilihan yang buruk.

Untuk kritik kepada kekuasaan di berbagai daerah dan upaya pendidikan politik masyarakat luas bisa dilakukan di ruang-ruang publik yang tersedia. Media-massa dan media-sosial menjadi wahana yang bisa didayagunakan.

Banjiri ruang-ruang publik dengan narasi politik yang bermutu. Lawan setiap hoaks yang narasi yang membodohi/membohongi publik. Kita tidak bisa tinggal diam.

Ini proses yang terus menerus, berkepanjangan dan memang tidak akan pernah berhenti. Selama hayat masih dikandung badan maka hasrat yang baik maupun yang buruk akan tetap berdenyut.

Bahkan sampai pada saat pemilihan berlangsung, kita bakal kerap dihadapkan pada pilihan-pilihan yang buruk. Terhadap itu, kita pun tidak bisa cuek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun