Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Defisit APBN, Dividen BUMN, dan Etos Bisnis ala James Baker dan Jack Welch

19 April 2020   15:20 Diperbarui: 19 April 2020   17:46 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walau dalam keterseokannya akibat prahara Covid-19, toh kenyataanya BUMN masih bisa setor dividen ke kas negara (APBN). Lumayanlah, salut juga.

Lalu 'what we can do' untuk memperkuat otot BUMN selanjutnya? Supaya BUMN ini langgeng dan bisa setor dividen lebih banyak lagi nantinya ke kas negara.

Masa krisis selalu adalah momen terbaik untuk melakukan suatu perubahan. Bahkan yang radikal sekali pun. Kondisinya kondusif, paling tidak secara mental sudah ada kepasrahan, change or die.

Dari 142 perusahaan di bawah naungan Kementerian BUMN, termasuk 800-an anak dan cucu perusahaannya jelas mesti dipetakan. Disegmentasi mana yang kontributif, mana yang masih potensial dan mana yang sudah impoten. Ini kerja besar, kategorinya urgent and important. Genting dan penting serentak.

Artinya mesti segera dipilah dan dipilih mana yang masih menghasilkan pemasukan untuk negara, dan mana yang cuma menggerogoti APBN tanpa harapan untuk sembuh dari impotensinya.

Ternyata, menurut Menteri Erick, hanya 10% BUMN saja yang siap dan dinilai masih ada kemampuan berdiri sendiri dan berkontribusi.

Sedangkan 90% lainnya terbagi lagi, ada yang di kategori BDPP (BUMN Dalam Pemantauan dan Perawatan), alias ada harapan bisa berdiri tegak walau perlu bantuan. Dan ada juga yang sudah BTHH (BUMN Tanpa Harapan Hidup), lemas total tak mampu berdiri lagi. Mengecewakan lahir batin, ini bisa merusak rumah tangga.

Yang terakhir ini ibaratnya tinggal menunggu dicabut selang infusnya. Selama ini ternyata gizi untuk bertahan hidupnya cuma mengandalkan aliran dari kantung infus APBN.

Yang kategori BTHH (BUMN Tanpa Harapan Hidup) seperti ini bisalah segera dibereskan. Segera itu artinya ya segera... kalau bisa dari kemarin! Ini cuma parasit, mirip virus Corona, sekedar numpang hidup sambil menebar toxic petantang-petenteng.

Yang kategori BDPP (BUMN Dalam Pemantauan dan Perawatan) mesti dipilah dan dipilih mana yang model-bisnisnya masih bakal kontributif di era persaingan global.

Katanya ada sekitar 68 - 70% yang perlu dikonsolidasikan. Maka segeralah dimerger, dan sisa lemaknya dijadikan bahan bakar saja. Likuidasi untuk memperkuat posisi kas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun