Mohon tunggu...
andre dwi surya permana
andre dwi surya permana Mohon Tunggu... Duta Besar - mahasiswa

assalamualaikum

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Merangkul Papua

10 Oktober 2019   21:18 Diperbarui: 10 Oktober 2019   21:35 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Melihat keadaan Indonesia sekarang yang telah di bombardir dari segala arah. Kerusuhan di Papua sendiri muncul sebagai bentuk reaksi terhadap insiden yang melibatkan mahasiswa Papua dan organisasi masyarakat (ormas) serta aparat di Surabaya dan Malang. Peristiwa tersebut telah mengakibatkan kerugian tidak hanya bagi masyarakat non papua tetapi juga bagi masyarakat asli Papua yang bermukim di Manokwari, Sorong, Jayapura, Fakfak, serta kota lainnya di Papua dan Papua Barat.  Situasi ini tentu mengusik dan mengganggu rasa nasionalisme dalam semangat memperingati hari kemerdekaan yang baru saja dirayakan. 

Kita ambil contoh masalah rasisme yang terjadi di Surabaya, dimana terjadi permasalahan yaitu terjadinya salah paham yang menyebabkan terjadinya pengepungan asrama Papua di Surabaya.  

Terjadinya salah paham tentang perusakan bendera yang terjadi di asrama mahasiswa Papua di Surabaya.  Terjadinya kesalah pahaman yang menyatakan bahwa mahasiswa Papua melakukan perusakan bendera yang ada di depan asrama, padahal belum diketahui pasti terjadinya perusakan bendera yang ada di depan asrama. 

Pengepungan yang terjadi didepan asrama Surabaya menyebabkan berbagai kekacauan contohnya kerusakan fasilitas umum disekitar asrama Surabaya, kemudian menyebabkan 5 mahasiswa Papua terluka , terjadinya kesalah pahaman yang mengakibatkan pemikiran mahasiswa Papua merasa di diskriminasi, selain itu terjadi perpecahan belah antara ras satu dengan ras yang lain. 

Berdasarkan hal ini mahasiswa Papua merasa di anak tirikan karena pada saat terjadinya pengepungan mahasiswa Papua banyak yang dihina dengan perkataan kotor yang membuat hati mahasiswa Papua terluka.  Kemudian mahasiswa papua diseret langsung ke kantor polisi tanpa evaluasi lebih lanjut.  Kemudian banyak aparat pemerintahan yang meminta maaf secara terbuka dan pers atas kejadian pengepungan yang terjadi di asrama Papua. 

Selama ini pemerintah provinsi Papua dan Papua Barat belum mampu mewujudkan fungsi pemerintahan sesuai harapan rakyat Papua. Tingkat pengangguran yang tinggi , meningkatnya beban ekonomi,  ditambah dominasi pendatang yang menutup ruang bagi orang asli Papua.  Tokoh Papua dari generasi pertama ini seolah menegaskan bahwa selama ini konflik akan terus terjadi. 

Sekarang adalah zaman kemerdekaan.  Bangsa Papua termasuk bangsa Indonesia.  Bangsa Indonesia dan bangsa Papua berdiri ssma tinggi dan duduk sama remdah.  jika pemerintah konsisten dengan hasil tersebut , maka kemungkinan konflik akan bisa diminimalisir. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun