Mohon tunggu...
Andreas Ardianto
Andreas Ardianto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - satu tujuan

Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana FK Pertanian Dan Bisnis Prodi Agribisnis

Selanjutnya

Tutup

Nature

Budidaya Tanaman Sawi Hijau (Caisin) dengan Hidroponik dan Ikan Nila

23 September 2019   03:53 Diperbarui: 23 September 2019   04:11 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Konsumsi sayuran masyarakat di indonesia masih tergolong rendah atau masih di bawah standar food and agriculture organization of united nations (FAO) yaitu sebesar 73 KG/kapital/tahun sementara standar kecukupan untuk sehat sebesar 91,25 KG/kapital/tahun (Anomin, 2014).

Menanggapi hal tersebut, belum bisa di pastikan apa penyebab masyarakat masih enggan untuk mengonsumsi sayuran. Masyarakat kini lebih tertarik dengan makanan yang serba instan, misalnya KFC, humberger,dan makanan cepat saji lainnya yang tanpa mengandung sayuran.

Kurangnya konsumsi sayuran oleh masyarakat salah satunya adalah kurangnya akses pengetahuan berkaitan dengan pentingnya sayuran dala tubuh individu. selain itu, adanya keraguan lantaran ada sayuran yang mengandung pupuk kimia berbahaya juga menjadi alasan enggannya masyarakat untuk mengonsumsi sayuran.

Selain alasan tersebut, kurangnya waktu untuk memasak, baik memasak sayur ataupun makanan sehat yang lain karena kesibukan bekerja juga mendukung untuk masyarakat lebih memilih masakan yang instan karena di anggap lebih menghemat waktu. selain keterbatasan waktu yang dimiliki oleh masyarakat indonesia khusunya masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan, keterbatasan lahan juga menjadi salah satu faaktor penghambat untuk mengonsumsi sayuran.

permasalahan berkaitan dengan tidak adanya lahan untuk  bercocok tanam bukanlah masalah yang sederhana. Faktanya lingkungan perkotaan memang sempit lantaran lebih banyak tempat atau lahan yang di pakai  untuk berindustri.

Menanggapi permasalahan di atas, dengan kurangnya ketesediaan lahan  untuk bercocok tanam, ada cara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Bercocok tanam tanpa memerlukan lahan yang luas yaitu dengan bercocok tanam hidroponik.

Bercocok tanam dengan hidroponik sangat efektif untuk menanam sawi. Hidroponik merupakan salah satu cara bercocok tanam yang memanfaatkan air sebagai media nutrisi yang akan langsung di serap oleh tanaman sebagai penunjang tumbuh tanaman (Rakhman dkk, 2015) 

Sayuran sawi merupakan sayuran yang bermanfaat bagi tubuh manusia karena kandungan gizinya. Maka dari itu, meski dengan kendala kurangnya lahan untuk bercocok tanam sawi, masih ada cara lain untuk menanam sawi  atau bercocok tanam sawi.

Salah satu caranya adalah dengan hidroponik yang di singgung di atas. Kurangnya akses untuk kelengkapan hidroponik seperti bahan untuk nutrisi pertumbuhan tanaman hidroponik khusnya dalam hal ini adalah tanaman sawi menjadi hambatan sulitnya melakukan teknik hidroponik.

Memperoleh sumber nutrisi  untuk tanaman hidroponik khusunya tanaman sawi, memelihara ikan nila sebagai sumber nutrisi tanaman adalah salah satu teknik yang bisa di terapkan. Ikan nila mampu mengeluarkan kotoran, kotoran dari ikan nila tersebut yang nantinya menjadi pupuk yang akan di ubah menjadikan  nutrisi   bagi tanaman sawi dalam hidroponik.

Mengapa harus menggunakan ikan nila dalam hidroponik, karena ikan nila sendi bukan termasuk ikan hias yang tetap berukuran kecil. Ikan nila bisa berukuran besar apabila di beri makan itu sebabnya kotoran yang dikeluarkan akan lebih banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun