Mohon tunggu...
Andreas Neke
Andreas Neke Mohon Tunggu... Pegiat media sosial

Andreas Neke lahir di Sobo (Mangulewa) pada 08/03/80. Pendidikan Dasar di SDI Waruwaja. Pendidikan Menengah di SMPN 2 Bajawa dan SMAN Bajawa. Selanjutnya ke Seminari KPA St. Paulus Mataloko (2 tahun) , dan Pendidikan Calon Imam Kapusin (OFM Cap) di Sibolga (1 tahun), Parapat (1 tahun) , Nias (1 tahun), STFT St. Yohanes Pematangsiantar (4 tahun), TOP di Paroki St. Fransiskus Xaverius Ndondo (10 bulan), serta Pasca Sarjana (2 tahun). Pernah mengajar di SMA St. Clemens Boawae (2010-2017). Saat ini mengajar di SMK Sanjaya Bajawa. Aktif menulis media sosial. Sudah menulis 3 buah buku yang berjudul REMAJA DAN PERGUMULAN JATI DIRINYA (2015), IMAN YANG MEMBUMI (2016), dan MENATA BANGSA YANG BERADAB (2025) . Tinggal di Padhawoli, Kel. Trikora, Bajawa, Flores, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadi Guru Toxic itu Menakutkan

15 Oktober 2025   07:36 Diperbarui: 15 Oktober 2025   07:49 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Gambar:AI) 

Guru juga manusia. Namun demikian, kemarahan pribadi yang di bawa ke dalam kelas dalam suasana belajar dapat menciptakan situasi belajar yang menegangkan.
Murid menjadi takut, bukan termotivasi. Sebaliknya, guru yang profesional tahu kapan harus menenangkan diri sebelum melangkah ke depan kelas agar menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

4. Tidak Adil dan Pilih Kasih

Sikap pilih kasih dapat menghancurkan semangat belajar peserta didik. Dalam kondisi ini, murid yang merasa diperlakukan tidak adil akan kehilangan rasa hormat. Sebaliknya, guru yang bijak berusaha untuk bersikap adil kepada semua murid, tanpa memandang latar belakangnya.

5. Menolak Inovasi dan Perubahan

Perlu disadari bahwa zaman berubah dan dunia pendidikan berkembang dengan pesatnya. Guru yang menolak beradaptasi bisa membuat murid kehilangan semangat belajar, tetapi guru yang hebat adalah pembelajar seumur hidup. Dia tidak hanya mengajar, tetapi juga terus belajar.

6. Suka Gosip dan Menyebar Negativitas

Membicarakan rekan kerja atau murid secara diam-diam atau suka "main belakang" hanya akan memperkeruh suasana dan menular kepada orang lain. Sebaliknya, seorang guru yang positif menyebarkan semangat, saling mendukung, dan membangun kerja sama yang sehat.

7. Kurang Empati dan Tidak Peduli

Guru kategori ini cenderung mengabaikan sisi manusiawi murid. Mereka hanya fokus pada nilai dan kedisiplinan tanpa mau tahu apa yang sebenarnya sedang murid rasakan. Padahal, perhatian sekecil apapun dapat menjadi hal besar yang membekas di hati para murid.

Delapan kategori guru toxic di atas mengajarkan para guru untuk menjadi guru yang menumbuhkan dan memberikan perhatian bagi para murid.

Disadari bahwa tidak ada guru yang sempurna. Namun demikian, guru yang baik adalah mereka yang sadar, mau berubah, dan terus memperbaiki diri dari hari ke hari seturut perkembangan zaman dan perubahan paradigma pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun