Saya tertarik dengan ulasan Yuni Karisma di beranda FB-nya sehingga saya mengutip dan membagikannya kepada teman-teman sekalian.
Ulasannya adalah tentang kategori guru yang toxic. Guru toxic merujuk pada guru yang membawa suasana negatif dalam lingkungan belajar. Suasana negatif dapat terjadi bukan karena niat jahat, melainkan karena kebiasaan dan sikap yang tidak atau kurang disadari oleh para guru sendiri.
Yuni Karisma menjelaskan bahwa menjadi guru adalah panggilan hati, dalam mana setiap hari para guru berhadapan dengan berbagai karakter murid, tantangan pembelajaran, dan tekanan administrasi yang terkadang membuat emosi mereka tak terkontrol dengan baik.
Namun demikian, kiranya para guru perlu berhenti sejenak dan bertanya pada diri sendiri, dalam hubungannya menjadi guru; entah telah menjadi guru yang menumbuhkan, atau  tanpa sadar telah menjadi guru toxic.
Lebih lanjut  Yuni Karisma mengkategorikan beberapa ciri guru toxic sebagai berikut ini:
1. Merendahkan dan Membandingkan Murid
Guru yang merendahkan dan membandingkan murid adalah guru yang sering mengucapkan kata-kata yang menjatuhkan.
Kata-kata menjatuhkan dapat membuat murid kehilangan kepercayaan diri, yang berakibat kehilangan semangat belajar.
2. Tidak Mau Dikritik atau Ditegur
Guru dalam kategori ini sulit untuk menerima masukan, merasa paling tahu, dan menolak perubahan; padahal guru yang baik justru terbuka terhadap kritik, mau belajar, dan mampu mencontohkan sikap rendah hati di depan murid.
3. Mengajar dengan Emosi