Mohon tunggu...
Andreas Sihotang
Andreas Sihotang Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti dan Pekerja Sosial

Pekerja sosial di organisasi non pemerintah, bekerja di bidang pengembangan masyarakat dan pengembangan perdamaian, saat ini sedang studi S3 Public Affairs di Amerika.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Konflik Israel-Palestina dan Game Theory

16 Mei 2021   19:16 Diperbarui: 16 Mei 2021   19:21 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Salahsatu teori yang biasa digunakan dalam menganalisa pengambilan keputusan adalah game theory. Suatu permainan (game) biasanya memiliki paling sedikit dua pemain. Keputusan yang diambil oleh para pemain ini biasanya tergantung dari keputusan pemain lainnya. Dalam permainan gunting-batu-kertas misalnya, si A akan menunjukkan gunting kalau dia berpikir bahwa si B akan menunjukkan kertas. Dalam permainan catur, para pemain biasanya mengantisipasi langkah lawannya yang akan dilakukan ke depan. Game theory bisa dilihat sebagai model matematika dalam menganalisa interaksi strategis antara dua pihak atau lebih dan memprediksi outcome atau hasil dari interaksi ini.

Ada beberapa 'permainan' yang terkenal yang biasanya digunakan dalam game theory. Yang paling umum dikenal barangkali adalah 'prisonners' dilemma'. Permaianan lainnya yang sebenarnya juga terkenal, paling tidak bagi mereka yang mempelajari game theory, adalah 'chicken run' dan 'battle of the sexes'.

Konflik Israel-Palestina yang kembali memanas saat ini -- dan entah kapan akan berakhir -- mengingatkan saya pada permainan chicken run dalam game theory. Dalam permainan ini, dua pemain mengendarai mobil masing-masing dengan kecepatan tinggi dan saling berhadapan (untuk ditabrakkan). Pemain pertama yang menyimpang terlebih dahulu adalah chicken atau pengecut, dan kalah dalam permainan ini. Dengan asumsi bahwa kedua pemain adalah pemain yang rasional atau pemain yang ingin memperoleh keuntungan maksimal, maka prediksi hasil atau outcome dari permainan ini -- yang dalam game theory disebut 'Nash Equilibrium' -- adalah kondisi di mana salahsatu pemain mengambil keputusan untuk menyimpang dan pemain lainnya tidak.

Salahsatu contoh klasik yang biasanya digunakan dalam mengilustrasikan permainan chicken run dalam dunia politik dan hubungan internasional adalah krisis rudal Kuba pada jaman perang dingin di tahun 1962. Soviet pada waktu itu harus menghentikan rencananya untuk menempatkan rudalnya di Kuba  setelah mendapat ancaman serangan dari Amerika.

Konflik Israel-Palestina juga mirip dengan permainan chicken run ini, sehingga permaianan ini bisa digunakan dalam melihat outcome dari konflik Israel-Palestina ini. Salahsatu pihak pada akhirnya akan mengambil keputusan untuk menyimpang atau mundur, jika pihak tersebut melihat adanya 'credible threat' atau ancaman nyata dari pihak lainnya.

Salahsatu modifikasi dari permainan chicken run ini adalah hawk-dove (elang-merpati). Kalau kedua pihak (seperti Israel dan Palestina) menggunakan strategi hawk, maka perang akan terus berlanjut dan keduanya akan sama-sama mengalami kerugian yang besar. Kalau keduanya menggunakan strategi dove, maka aka nada negosiasi dan mendapat keuntungan yang sama. Masalahnya, dalam permainan ini, Nash Equilibrium tercapai ketika salahsatu pihak menggunakan strategi hawk dan lainnya mengambil keputusan untuk menggunakan strategi dove, atau mundur.

Jadi kalau menggunakan analisa game theory, konflik Israel-Palestina bisa diprediksi berakhir dengan kondisi di mana salah satu pihak terus menekan dan pihak lainnya mundur, walaupun kedua pihak sebenarnya akan mendapat keuntungan yang lebih fair kalau keduanya sama-sama mengambil keputusan untuk mundur dan bernegosiasi. Terlepas dari Nash Equilibrium ini, dalam konflik Israel-Palestina, dan tentunya dalam konflik kekerasan lainnya, kita tentu berharap kedua pihak memutuskan untuk berunding daripada terus berperang satu sama lainnya. Karena keputusan untuk tetap saling menyerang akan memberikan manfaat yang paling sedikit -- atau kerugian paling besar -- kepada kedua pihak.         

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun