Mohon tunggu...
FIRITRI
FIRITRI Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Disuling Menjadi Spirit, Beracun Jadi Spiritus (Seri Pabrik gula di Mojokerto-2)

19 Januari 2022   08:16 Diperbarui: 19 Januari 2022   21:43 1425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Saya menulis Gula di Mojokerto. Ternyata kok ceritanya panjaaaaang sekali. Ya sudah....saya menyerah, biar tidak panjang, ceritanya akan saya buat berseri.
1. Teknologi pembuatan
2. Pabrik Gula dan Turunannya
3. Pengairan
4. transportasi
5. sosial ekonomi
Sekarang saya menulis di seri ke-2 yaitu Pabrik Gula dan turunannya di Mojokerto. Untuk itu.........Berfoto dulu di Tangunan.
Kebetulan kan saya asli Puri. Sekolah saya dulu juga di SMPN 1 Puri yang letaknya di tangunan. Jadi sedikit banyak saya mendengar cerita tentang pabrik gula tangunan ini. Pabrik ini tergolong kecil kapasitasnya. Keungulannya adalah efisiensi dan pemanfaatan hasil sampingnya.
Naaah....hasil samping,ya.
Jelas keberadaan pabrik gula ini menimbulkan hasil samping berupa ampas tebu........blothong........tetes......sedangkan yang lainnya, saya tidak menemukan catatannya.


AMPAS TEBU
------------------
Sekarang, Ampas tebu dulu. Sebelumnya pabrik gula memasak dengan pemanasan uap. Air di panaskan, setelah panas akan menjadi uap bertekanan tinggi dengan suhu sekitar suhu 400C. Uap ini dikirim melalui pipa ke paci super besar. Pancinya diberi jaket, dalam jaket ini dialiri uap pamnas tadi. Jadinya air tebu di dalam panci akan mendidih.
Nah...di sini jelas. Pemanasnya adalah uap air yang panaaaas sekali dan bahan bakarnya adalah kayu bakar. Setelah beberapa lama, dirasa kayu bakar kok mahal. Ampas tebu menjadi alternatif lain. Tebu yang sudah diperas, agak lembab dikeringkan dulu. Setelah kering akan dijadikan bahan bakar. Lumayan lho jadi lebih hemat.
Industrialisasi ini ada masalah. Mojokerto mulai kedatangan hama Kwangwung/Kumbang Badak (Oryctes Rhinoceros). Bagaimana lagi.....saat menumpuk ampas tebu dalam jumlah banyak untuk dikeringkan, pasti ada pembusukan. Pembusukan itu karena lembab dan bakteri. Ampas tebu ada rasa manisnya (sisa air tebu) menjadi kompos...hangat lagi....Sippp, ini adalah tempat perkembangbiakan Kwangwung.


Ampas tebu yang banyak menumpuk, menjadikan kwangwung juga banyak berkembang biak. Kwangwung yang menetas di ampas tebu, terlatih di kondisi tidak enak. Keluar dari tempat itu, menjadikan kwangwung militant yang tahan banting melihat semua di sekitarnya adalah bahan makanan yang enak. Terutama Pohon Kelapa. Pasti kressss.
Pohon kelapa dimakan pada bagian tunas barunya. Daun baru tidak akan muncul karena saat berupa tunas langsung dimakan oleh Kwangwung. Daun lama semakin menua dan gugur. Sedangkan daun baru tidak kunjung keluar karena selalu dimakan Kwangwung. Pohon kelapa tidak dapat berfotosintesis/memasak makanan karena tidak ada daun. Akibatnya kelaparan dan mati........inilah awal mula Mojokerto mulai rusak Pohon Kelapanya.
Ampas ini menjadi komoditas yang diperjual belikan bahkan sampai pabrik spiritus yang nanti akan saya ceritakan.
Industri Lilin di Mojokerto


Lilin ya......dipakai untuk umat Kristiani, umat Konghucu beribadah selain menjadi alat penerangan. Kalau untuk alat penerangan, banyak memakai lampu templek dan lampu ublik. Lilin untuk beribadah karena dianggap tidak ekonomis.
Tapi dengan adanya pabrik gula, Industri lilin di Mojokerto berdiri. Bahannya siap....apa bahannya? Blothong!!
Pada waktu lalu saya kan bercerita tentang proses pembuatan gula. Dengan memanaskan air tebu ditambahkan dengan kapur tohor. Jadinya reaksi kimia asam + basa = garam + air. Garamnya ini mengendap dan disaring dengan rotary drum vacuum filter. Hasilnya adalah air tebu bening dan endapan seperti lumpur yang dinamakan Blothong.


Ada percobaan blothong dijadikan pupuk. Saat itu belum cangih teknologi seperti saat ini. Blothong yang seperti lumpur dianggap seperti tanah dan pasti bagus untuk pupuk. Naaaah......akhirnya banyak tanaman gagal panen karena mati terkena blothong ini. Kok bisaaaaaa..Kan Blothong mengandung protein, gula dan lemak. Itu karena masih berupa organic yang artinya jika diperumpamakan adalah blothong seperti makanan yang besarnya seperti genggaman orang dewasa. Sedangkan pori-pori akar yang menyerap makanan sebesar mulut bayi. Jelas tidak dapat masuk, kalua dipaksakan ya pasti mati.
Jaman itu kan belum ada bakteri seperti EM4 yang mendegradasi blothong menjadi unsur anorganik. Jadinya yaaaaa....gagal menjadi pupuk.


Blothong ini selain mengandung garam, juga mengandung protein dan lemak. Sipp...cukup untuk dibakar juga. Jadilah bahan baku lilin. Ada dua industry lilin di Jl Mojopahit Mojokerto dengan menggunakan bahan Blothong ini juga dengan penambahan paraffin. Aroma lilin ini disukai karena harum seperti tebu.
TETES ADALAH IDAMAN


Saat akhir pembuatan gula, ada tiga jenis gula yaitu Sukrosa (gula pasir), glukosa dan fruktosa (gula cair) yang menempel pada gula pasir. Untuk memisahkannya dengan cara disemprot air dan akhirnya gula cair menetes...test test tes..bewarna cokelat kehitaman. Rasanya manis agak pahit karena memang ada gosong akibat pemanasan. Karena tes tes tes...disebut dengan mudah ini adalah tetes Tebu...Molase.
Masih ada manis walaupun ada pahitnya......


Kecap dan bumbu bentuk baru
----------------------
Kecap menjadi jalan mudah. Industri kecap Mojokerto sudah ada sejak awal 1800-an dengan orang Tionghoa sebagai pemainnya. Dengan bahan baku Koji (kedelai yang ditempekan, dijemur dan direndam air garam sampai 2 bulan).
Air garam kemudian ditambahkan gula merah dan bumbu. Jadilah Kecap. Jika gula merahnya sedikit, akan menjadi kecap asin dan jika gula merahnya banyak dan kental akan menjadi kecap manis. Karena ada tetes, industri kecap menjadi bertambah lagi bahan baku alternatifnya.


Cumaaaaa....jika kecap No 1 adalah Air garam rendaman Koji + bumbu + gule merah....sekarang akan muncul Kecap No 2. Bahannya air garam rendaman koji + bumbu + tetes.....rasanya beda. Ada yang suka ada pula yang tidak suka. Karena kurang gurih dan ada rasa pahitnya.
Besok-besok....akan ada pemurnian tetes untuk menjadi hilang pahitnya. Jadinya bumbu semakin banyak yang menggunakan tetes. Pabrik Kecap ini juga membuat produk beragam dengan cara tetes difermentasi dengan bumbu yang banyak rempahnya...hasilnya menjadi Kecap Inggris...mungkin yang senang masakan Saus Inggris paham ini ya...


Pada pabrik kecap selain membuat kecap manis, kecap asin dan kecap inggris..Ada pula yang memberi bakteri Corynebactetrium sehingga menjadi rasa umami...dibotolkan...Sudah..menjadi bumbu dapur mungkin di pasaran saat ini adalah merk "Raja Ra*a" karena teknologi masih belum canggih jadi MSG dalam bentuk cairan. Pengemasannya sulit sih butuh biaya. Kelak saat jaman modern MSG cair ini akan dicampur dengan garam dan disemprotkan ke atas bersamaan disemprot udara panas....jadilah kristal MSG yang dinamakan "Micin"..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun