Tapi, Dubois kecewa kembali...Manusia Wajak masih manusia modern..menjadi fosil karena reaksi dengan gunung kapur. Tulungagung kan banyak kapur.
Dalam kebingungannya dia meneliti Bengawan solo, di tebing sungai didapatkan fosil fauna yang aneh-aneh. Sampai dia mengaku salah, orientasi tidak di gua tapi di sungai2 purba di tebing-tebingnya..
Hingga dia menemukan fosil Trinil ngawi 1891 pitechantropus erectus...fosil semuanya berubah menjadi mineral..tidak ada organic. 900cc otak..
Kelak 1980 sudah ketemu semua fosil-fosil di seluruh dunia ....ternyata sama semua di china di afrika dll. Namanyua disamakan menjadi Homo Erectus.
Terusssss,
bagaimana Mojokerto?
Tjokrohandojo anggota dari institusi survey geologi Hindia Belanda di Bandung meneliti daerah perning Mojokerto. Dalam penelitiannya dia mempunyai temuan berupa atap tengkorak. Dia menyurati Duyfjes dengan sangat detail sampai digambarkan sketsanya.
Susahnya jaman itu belum ada Whatsapp.
Duyfjes dan Gjlr Von Koenigswald segera datang ke Mojokerto. Saya tidak tahu mereka naik apa, kereta api atau kuda ya.
Mereka takjub dengan temuan Tjokrohandoyo. Fosil itu anak-anak usia 5-7 tahun sudah bereaksi dengan pasir krikilan bewarna merah mengandung oksida besi yang artinya sudah menjadi fosil. Sangat tua usianya.
Volume otak 700cc
Pada tahun 1970an Prof T Jacob menamakan Pithecantropus Mojokertensis. Pada lokasi temuan itu di Bukit batu berpasir pasir. Tengkorak ini sekarang disimpan di Universitas Gajah Mada.
Saya pun ingin melihat langsung keadaan lokasi temuannya ini. Menurut penduduk sekitar ini dulu merupakan gunung. Ya, gunung yang tinggi. Namanya gunung Kendil. DUlu tempat bermain anak-anak sekitar hingga berburu burung. banyak tumbuhan merambat. Jika membidik buruan anak-anak memakai ketapekl atau tembak angin tanpa menyentuh tanah.