Mohon tunggu...
FIRITRI
FIRITRI Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dharr, Petasan, Mercon, dan Lebaran

26 Mei 2020   08:18 Diperbarui: 26 Mei 2020   08:19 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami tidak bisa tidur karena terlalu gembira menunggu besok solat ied. Waktunya pamer baju , sandal baru yang dari semalam sudah disiapkan ibu di tempat tidur masing msing.

Daannn.....

Baju baju tersebut belum dicuci karena bau kain adalah bukti kalau saya pake baju baru hehehhe.

Pagi pagi benar masjid bertalu talu bedug mengiringi takbir. Kami bersaudara berebut mandi menuju solat ied. Solat digelar sampai memenuhi jalan karena semua sanak saudara hampir semua penduduk kampung datang dari perantauan. Inilah suasana yang paling dirindukan.. bersuka cita merayakan kemenangan setelah puasa 1 bulan penuh. Solat ied diakhiri dengan bersalaman saling memaafkan....

Keseruan belum berakhir disini .. waktunya pertunjukaannnn . Beberapa pemuda sibuk memasang untaian petasan di perempatan , pertugaan sampai pos kamling. Masih memakai baju shalat kami bersiap menyaksikan ledakan petasan seperti rentetan tembakan .

Petasan di sulut dari untaian paling bawah dengan ukuran kecil. Sambung menyambung sampai atas . Terkadang ada yang tidak meledak alias busung karena tersumbat.. tapi petasan tetap berentetan saling menyulut . Kami melihat dengan gembira kertas hancur berhamburan disertai asap dan bunyi yang memekakkan telinga.

Saya yang perempuan ini dianggap aneh karena lebih memilih mercon bumbung dari kaleng yang saya pendam atau bambu....
Alasannya adalah saya ini penakut dan kalau kaget bisa latah kemana mana hehe. Tapi tetap saja saya suka mercon

Semua bersiap menutup telinga ketika petasan sampai di untaian terakhir di atas...

Blaarrrrr bunyi yang sangat kami nanti nanti menggoncang kaca kaca rumah. Kami berhamburan bersorak sorai lari berebut asab yang mengepul di bekas ledakan. Bau lebaran sekali sambil sesekali berebut serpihan kertas bak hujan turun dari langit. Ini baru yang nanya lebaran ketika itu ....

Sekarang sudah tidak saya temui lagi peristiwa peristiwa semacam itu. Pemerintah melarangnya karena banyak korban berjatuhan akibat petasan.

Sesekali saya masih menyulut kembang api atau kembang tetes yang silau dimata. Semata mata mengembalikan rasa ketika kecil saya dulu..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun