Mohon tunggu...
Andre90210
Andre90210 Mohon Tunggu... profesional -

Damai Sejahtera Selalu Bangsaku Indonesia, NKRI titik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Trump or Hilly, Momentum Presiden Jokowi

8 November 2016   22:08 Diperbarui: 8 November 2016   22:43 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam hitungan mundur beberapa jam lagi, masyarakat Amerika Serikat menentukan pilihannya pada seorang Presiden baru, Trump atau Hilly. Hasil jajak pendapat sementara silih berganti mengunggulkan kedua capres tersebut, sehingga besar kemungkinan selisihnya akan sedikit diantara keduanya, dibawah 5%. Seperti biasanya, di dalam negeri kita banyak pengamat dan politisi yang memberikan pendapat/ analisanya terhadap figur kedua capres tersebut. Singkatnya, hampir semuanya mendukung Hilly sebagai pemenangnya. 

Mengapa bisa? Ya, jelas sekali penyebabnya karena sikap Trump dianggap terlalu ekstrim terhadap para imigran dan warga muslim. Sikap/ pandangan ini dinyatakan langsung oleh Trump ketika berkampanye yang sontak sempat membuat dunia internasional khususnya kaum hispanik dan muslim mengecamnya, Trump dianggap rasis!

Bagi Trump, sikapnya itu sangat wajar / fair enough karena didasari berbagai pengalaman yang terjadi selama ini di dunia, khususnya Amerika. Trump menyatakan dia tidak anti Islam, namun semata mata untuk menegaskan bahwa ada banyak kelompok Islam di dunia yang terbukti menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan terorisme yang sangat mengancam dunia khususnya negara barat. Sebagai contoh; kelompok Al Qaeda dan yang paling baru adalah kelompok ISIS. Mereka memiliki pengikut diseantero dunia yang konon siap beraksi dimanapun ditugaskan. Oleh karena itu, Trump merasa sudah saatnya negara bersikap tegas terhadap segala upaya yang akan melakukan teror di Amerika khususnya dan sekutu-sekutunya.

Lantas, bagaimana halnya dengan Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Jokowi? Indonesia memiliki Dasar Negara yaitu Pancasila, yang terbukti sakti dari ancaman ideologi asing dan ekstrim/ radikal. Inilah modal dasar bagi siapapun pemimpin di negeri yang memiliki ribuan pulau, etnis dan budaya serta ditunjang kekayaan alamnya yang melimpah ini. Mungkin tidak ada negara lain di dunia yang memiliki segala sesuatunya sebanyak dan seindah Indonesia. 

Sebagai bangsa yang begitu diberkahi sang Illahi, kita wajib mensyukuri tidak hanya sebatas perkataan saja, melainkan dengan tindakan nyata yang mencerminkan kebhinekaan bangsa. Jangan sia-siakan apa yang sudah dikorbankan oleh para pendiri bangsa dan para pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia, kita wajib meneruskan pengorbanan mereka dengan menjadikan Indonesia negara yang berdaulat, adil, makmur, dan yang penting berKetuhanan yang maha esa.

Sesuai NawaCita Pemerintahan Jokowi JK, selama 2 tahun ini diakui banyak perubahan  telah ditorehkan ke arah yang lebih baik. Semua ini memang bukan seluruhnya sebagai program baru, namun setidaknya pemerintah berhasil melanjutkan dan merealisasikannya alias tidak sebatas pencitraan semata ataupun wacana. Itulah yang membedakan kwalitas pemerintahan kini dibanding pendahulu pendahulunya. Memang sebagai insan manusia apalagi politisi, umumnya lebih mudah mengumbar janji dibandingkan merealisasikannya, namun baru kali ini Indonesia memiliki seorang pemimpin yang memberi contoh dengan tak segan segannya turun melayani masyarakat. 

Model sikap kepedulian dan kesungguhan menjadi 'pelayan masyarakat' telah berangsur namun pasti menginspirasi banyak pemimpin daerah lainnya di Indonesia untuk juga mau turun menyapa dan melayani warganya. Bahkan 'virus pelayan' ini juga menular hingga kalangan pembantu presiden / menteri dan pejabat pemerintahan lainnya. Sungguh hal ini sangat baik adanya untuk cepatnya kemajuan bangsa tercinta ini. Kata kuncinya dalam membangun bangsa adalah PENEGAKAN HUKUM, tegas tanpa pandang bulu! Salut buat bapak Presiden Jokowi, yang sangat memahami prioritas ini, yang penting sebagai landasannya harus taat sistem dan prosedur maka segala yang melanggar otomatis akan berhadapan dengan sanksi hukum yang tegas! Itu pula mengapa para pendiri bangsa sejak kemerdekaan telah berusaha merumuskan UUD 1945 dan Pancasila sebagai dasar negara.

Mengevaluasi kegaduhan yang terjadi belakangan terkait Ahok dan Al Maidah 51, terutama pasca demo 411 yang lalu, selaku pemimpin negara Presiden Jokowi telah berupaya mendinginkan suasana dengan berbagai safari politik mulai dari Hambalang, pemimpin NU, Muhammadiyah, dan MUI. Hal ini tentunya tidak sebagai upaya melindungi Ahok, karena kepala negara harus bersikap negarawan, arif dan bijaksana. Sudah sepatutnya segala yang berkaitan dengan pidana/ hukum ya harus diproses secara hukum. 

Sayangnya yang terjadi justru adanya beberapa kelompok yang ingin memaksakan kehendaknya bahkan disertai ancaman akan melengserkan presiden hanya karena anggapan bahwa presiden melindungi Ahok? Sesuai pandangan beberapa tokoh nasional dan pengamat, kasus ini sudah pasti bukan urusan agama tok, melainkan ada agenda lain yang memang dirancang sedemikian rupa untuk sang presiden. Beruntung presiden tanggap dan paham dengan pola permainan busuk ini yang konon diduga adalah politisi! Siapa gerangan? 

Kita tunggu saatnya, pasti dibuka. Memang aneh, ada pejabat yang dianggap menista agama Islam hanya karena ulah seorang Buni Yani yang melakukan fitnah penyebaran transkrip yang telah diedit atas penggalan video pidato sang pejabat, justru langsung di respon oleh MUI bahkan langsung mengeluarkan fatwa tanpa menyelidiki seksama sumbernya terlebih dahulu. Ketika perwakilan MUI tersebut berbicara di ILC maka sontak membuat gaduh negeri ini. Sebagian umat muslim seolah langsung terbangun ketika ada pejabat yang katanya menghina Al Quran, mereka berpatokan pada fatwa MUI tersebut. Selanjutnya sudah bisa ditebak, pasti akan banyak reaksi terhadap Ahok yang kebetulan non muslim dan etnis cina. Demikian seterusnya hingga hari H 411, ratusan ribu umat muslim bergerak menuntut Ahok diproses hukum. 

Namun anehnya, mereka kan sudah tahu bahwa proses hukum sedang berjalan di Kepolisian RI, lantas mengapa mereka kini justru menuntut Presiden untuk menangkap dan memenjarakan Ahok? Aneh berikutnya, demo tersebut diklaim sebagai Aksi Bela Islam, lho koq bergeser lagi? Dimulai dari Menghina Al Quran, lalu ketika sadar bahwa Buni Yani yang salah, mereka pindah tema lagi Menghina Ulama dan Menghina Islam, lalu pada demo terakhir Ahok dicap sebagai Penista Agama! Wajarlah kalau Presiden berkata ada aktor aktor politik dibelakang aksi ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun