Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cermin | Hari Ini Hujan, Kita Tak Akan Pergi ke Mana-mana

11 Oktober 2017   05:11 Diperbarui: 11 Oktober 2017   21:14 2628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita tak akan pergi ke mana-mana. Kau selalu bilang mendambakan aroma tubuh apel yang menempel pada diriku. Karena hanya dengan berada di dekatku kau merasa bisa mencium segala sesuatunya dari pada yang kau pikirkan.

Apa yang kau pikirkan ketika jauh dariku, kau berkata, kau kesepian. Bahkan saat dirimu merasa ramai. Padahal kau juga sama sekali tak punya alasan untuk mengingkarinya.

Kita memang tidak akan pergi ke mana-mana. Itu lebih baik. Karena sekalipun kita berhasil mengambil jarak, apa yang akan kita peroleh ialah sama saja.

Merelakan diri mengunjungi taman, mal, museum, atau sekedar menonton galeri lukisan-lukisan, atau menanamkan kaki di pasir putih pantai, kau tahu, kita hanya akan mendapati diri kita yang kesepian di tempat lain; kita hanya akan menemukan diri kita yang terjebak kesepian di tubuh orang lain.

Jadi sudah kuputuskan hari ini kita tidak akan pergi ke mana-mana. Dulu aku datang padamu sebagai seorang kesepian, dan kau menghampiriku layaknya seorang yang putus asa. Jadi tetaplah bersamaku. Karena dengan begitu kau tak perlu merasa dirimu sedang berpaling pada orang lain. Dan begitu juga aku.

Aku tak akan meninggalkanmu. Maka aku pun seperti yang telah kukatakan padamu, tidak akan ke mana-mana seperti seharusnya sebelum dirimu sendiri urung membuat keputusan.

Aku tak akan meninggalkanmu. Sedetik pun tidak. Iya kalo pun kau menganggap aku teman setiamu, itulah aku. Tidak apa-apa. Sekalipun kau lebih sering bersikap kasar padaku dan menganggap diriku hanya sebuah produk pikiranmu. Yang mudah sekali diprogram, disusupi, dimanupulasi, dan rawan mabuk setiap kau turut serta membawaku dalam rangkaian perjalanan-perjalananmu. Yang mudah sekali kau abaikan nasehat-nasehatnya. Yang tak lagi kau percayai kata-katanya. Yang jika bukan bagian dari tubuhmu sendiri, mungkin, kau sudah meninggalkanku di setiap tempat perjalanan yang menjadi persinggahanmu.

Namun karena boleh jadi manusia itu bersifat tunggal tapi kesepiannya justru membuatnya berlipat ganda, kau tak pernah bisa benar-benar meninggalkanku. Karena dengan meninggalkanku, sebagian dirimu yang lain, akan memugutnya lagi. Begitu terus sampai kau sendiri tak punya alasan menolak alih-alih menerimanya dan mulai memeliharanya kembali. Dan apa yang akan kau lakukan saat sadar dirimu hanya kutipan bagi orang lain?

Lalu mengapa kita harus pergi? Jika menuju sama dengan melihat sisi baiknya. Adalah kita bisa tetap bersama. Karena bagiku, bersamamu adalah unsur kebahagiaanku.

Hari ini hujan, dan kau tak perlu berpikir: aku adalah dirimu yang lain. Jangan sekali-kali mengira begitu. Karena aku tak mau jadi orang-orang di luar sana. Yang merasa dirinya basah kuyup, yang memperoleh kenikmatan hidup sekali tapi justru sanggup mati berkali-kali.

Aku tak ingin jadi benda-benda yang terjebak hujan di luar jangkauan kita. Jika boleh aku hanya ingin jadi benda kesayanganmu yang senantiasa berada di dekatmu. Yang sanggup menenangkan semua kecemasanmu, melipur rahasia laramu, mengajakmu hidup lebih dari sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun