Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Ayah Menulis Ibu, Saya Menulis Kamu

23 Oktober 2016   00:54 Diperbarui: 24 Oktober 2016   09:47 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: www.nyoozee.com

Beliau menjawab sambil memasukan tumisan ke dalam wajan penggorengan dari atas talenan kayu. Beliau memandang saya beberapa detik, dan di sela-sela ibu melirik, mungkin beliau sempat berpikir, betapa malang nasib putranya, karena tentu saja ia tak bisa berlama-lama memandang saya alih-alih memandang penggorengan yang lebih menarik.

“Cerita ayahmu, asal kau tahu, tapi ini rahasia kita berdua ya? Janji?”

Saya mengangguk. Jarak kami hanya satu lengan orang dewasa. Masih menggenggam susuk, ibu mendekati saya, dan kata ibu, ayah tidak suka jika kejadian ini diungkit dan diceritakan pada siapa pun termasuk putranya sendiri, karena menurut ayah, itu adalah perbuatan yang memalukan sepanjang hidupnya.

Aroma meriah bawang goreng menyeruak masuk ke dalam hidung saya. Ingin sekali terpejam dan menghirupnya dalam-dalam. Tapi rahasia besar yang ingin ibu bagikan menghalangi itu semua.

“Ayahmu,” ia terbatuk kecil, “pernah menyatakan cintanya pada saya sebanyak 10.000.049 kali.”

Saya tahu Ayah. Ia adalah jenis manusia idealis dan dapat menerima kenyataan. Saya tidak percaya.

“Kau percaya tidak?”

“Entahlah, Bu!”

“Caius...?!”

“Saya Bu. Sebentar..., memang ibu benar-benar telah menghitungnya?” Saya bertanya sekaligus meragukan fakta itu.

“Oh, tentu, tentu saja. Ibu bilang pada ayahmu kalau ia bersungguh-sungguh mencintai saya, ia harus sepakat buatkan sebuah kitab –karena kalau saya minta candi sudah tidak zaman-- , dan di dalam kitab tersebut yang harus di tulis tangannya sendiri, menyatakan bahwa: ‘Saya Emmanuel Kavila Pakel mencintai Emmily Bestari dengan kekayaan dan kemiskinan dan kekurangan dan kelebihan yang nyata melekat pada dirinya.'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun