“Cobalah,” ia menyobek daging ular itu, dan mengulurkannya padaku. Aromanya aduhai sekali.
Manusia purba yang berada di dalam tubuhku meraihnya dan mulai mengunyah. Enak? Tak ada rasanya, tak ada rasa asin, manis dan lain-lain. Aku tahu ia bukan koki profesional tapi ular itu enak, jika kau tanya pendapatku. Tekstur dagingnya halus, lembut nyaris seperti daging kepiting, jika kau pernah makan kepiting masakan ibumu. Setiap hari ibu selalu mamasak dengan rasa lezat dan bersemangat. Menurut mitologi Yunani Kuno, Prometheus, menciptakan perempuan dari lumpur dan menambahkan api di dalamnya supaya mereka memiliki jiwa yang hangat dan pandai memasak. Sementara, Bumi, memasak ular itu, hanya karena, yah, kelewat bersemangat saja. Tapi percayalah, rasanya tidak terlalu buruk untuk ukuran manusia purba di dalam tubuhku, tubuhmu yang lapar. Nyam! Nyam! Nyam!
__
(*) Catatan: Ini adalah proyek novel saya. Beberapa bab dan sub-bab telah saya rampungkan dan masih ada bagian-bagian yang perlu diedit ulang, dan catatan-catatan yang barangkali mesti saya baca ulang untuk--dengan penuh maklum atas diri saya sendiri, yang miskin pengetahuan.
(*) Catatan kedua: Sebagai seorang yang miskin pengetahuan dan pesimistik yang baik, awal ketika saya mempublish ini, jika minat pembaca naskah cukup membuat saya minder--untuk tidak menyebutnya sedikit, maka ini adalah naskah awal dan juga terakhir--mungkin--saya akan berhenti mempublishnya lagi, khususnya di sini.
(*) Catatan ketiga: Untuk pembaca karya-karya saya terimakasih banyak. Kalian adalah wah.