Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat dan Paradigma Ilmu Sosial Budaya, Sebuah Pengantar

27 Desember 2023   14:49 Diperbarui: 27 Desember 2023   14:54 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Filsafat dan Paradigma Ilmu Sosial Budaya, Sebuah Pengantar

(Andi Samsu Rijal)

Asumsi-asumsi dasar (basic assumption); yaitu pandangan mengenai sesuatu hal (benda material, ilmu pengetahun, tujuan sebuah disiplin, dan sebagainya) yang tidak diragukan lagi kebenarannya. 

Dalam ranah keilmiahan bahwa segala sesuatu harus diawali dengan definisi ilmiah tentang sesuatu itu. Asumsi dasar tentang jawaban definisi ilmiah ini akan menjadi pondasi dasar dari sebuah bangunan pengetahuan bagi siapa saja khususnya ilmuwan. 

Jika asumsi ini berasal dari pandangan filosofis dan reflektif, pandangan ini biasanya lantas mirip dengan 'ideologi' si ilmuwan, dan ini tentu saja bersifat subyektif. 

Oleh karena itu, muncul kini pendapat yang mengatakan bahwa tidak ada "obyektivitas" dalam ilmu sosial-budaya, sebab apa yang selama ini dianggap sebagai "obyektivitas" ternyata juga didasarkan pada asumsi-asumsi filosofis tertentu, yang tidak berbeda dengan 'ideologi'. 


Ahimsa-Putra (2009, p.4) juga menuturkan bahwa asumsi-asumsi dasar yang terpenting adalah keterkaitan dengan hakekat ilmu pengetahuan, hakekat ilmu sosial-budaya, dan hakekat gejala sosial-budaya. Ia menegaskan bahwa tentang penggunaan terminologi "asumsi" bukan dengan terminologi yang lain seperti dalil, hukum, atau yang sudah teruji kebenarannya. 

Asumsi dimaksudkan sebagai anggapan sementara yang mungkin belum benar secara definitif dan masih butuh penjelasan lebih ilmiah lagi hingga pada akhirnya menemukan titik temu atau kebenaran ilmiah. Sehingga tidak sedikit ilmuwan sosial-budaya lebih cenderung menggunakan asumsi yang diartikan sebagai jalan atau upaya untuk mengetahui sesuatu persoalan (kontekstual) dengan pendekatan ilmiah tanpa lebih menitikberatkan pada hal-hal yang tersurat (tekstual).

Nilai-niai (values); Nilai-nilai selalu diidentikkan dengan sesuatu yang didasarkan pada kriteria benar atau salah, bermanfaat atau tidak, berkontribusi atau tidak atas apa yang dilakukan. 

Adapun nilai-nilai paradigma yaitu; ilmu pengetahuan, ilmu sosial budaya, penelitian ilmiah, analisis ilmiah, dan hasil penelitian. Kesemua unsur nilai-nilai tersebut terdapat pada setiap cabang ilmu pengetahuan dimana nilainya lebih menekankan pada manfaat ilmu tetapi lebih bersifat implisit sementara pada disiplin lain, nilai ini dibuat sangat eksplisit. 

Nilai budaya suatu komunitas masyarakat, sangat menentukan nilai ilmuwan dalam menjalankan aktivitas keilmuan mereka karena lingkungan sangat mempengaruhinya. 

Ia menambahkan bahwa "ilmu pengetahuan yang baik itu adalah yang bermanfaat bagi kehidupan manusia"; "ilmu pengetahuna yang baik adalah ilmu-ilmu yang menggunakan teori universal"; "Ilmu pengetahuan yang baik adalah ilmu yang diperoleh dengan menggunakan metode dan prosedur tertentu yang dapat mencegah masuknya subyektivitas peneliti". Sehingga ilmu sosial-budaya yang baik adalah ilmu yang dapat membuat masyarakat dan budayanya lebih baik keadaannya dari waktu ke waktu serta dapat memperluas wawasan kemanusiaan masyarakat pada umumnya.

Model-model (models); adalah perumpamaan, analogi atau kiasan gejala yang dipelajari, seringkali model juga terlihat seperti asumsi dasar. Model dapat dibagi atas dua bagian yakni; model utama (primary model) dan model pembantu (secondary model). Primary model dapat berupa kata-kata, gambar, namun umumnya berupa gambar. 

Sementara secondary model dapat berupa diagram, skema, bagan, atau sebuah gambar. Model utama menjadi petunjuk bagi seorang ilmuwan atau peneliti, model harus ada sebelum penelitian dilakukan. 

Model sangat membantu peneliti dalam menyederhanakan suatu gejala atau realitas tertentu. Sebuah model akan muncul karena adanya persamaan-persamaan tertentu antara fenomena yang satu dengan yang lainnya. 

Perbedaan cara pandang pada persamaan-persamaan tersebut kemudian membuat ilmuwan berbeda dalam menginterpretasinya, dari interpretasi itu melahirkan model yang produktif. 

Dengan model-model pula maka akan dirangkum keseluruhan gejala, unsur-unsurnya dapat diketahui serta keterkaitan antar unsur-unsur tersebut, lalu pada akhirnya gejela tersebut dapat dipelajari.

Masalah yang diteliti/ masalah yang ingin dijawab; bahwa setiap paradigma memiliki masalah, dan sangat erat kaitannya dengan asumsi-asumsi dasar dan nilai-niali. 

Olehnya itu rumusan masalah dan hipotesa harus dipikirkan dengan seksama dalam setiap penelitian dalam memperoleh jawaban atas pertanyaan dan untuk membuktikan kebenaran dugaan-dugaan atau pernyataan-pernyataan tertentu secara empiris. 

Adapun kebutuhan pertama yang harus dipenuhi berawal dari sejumlah pertanyaan mengenai gejala-gejala tertentu yang dianggap menarik, aneh, asing, menggelisahkan, menakutkan, merugikan, dan seterusnya. Sedang penelitian kedua selalu berawal dari sejumlah pernyataan yang masih perlu dan ingin dibuktikan kebenarannya (hyphotesis).

Konsep-konsep pokok (main concept, key words); menurut Ahimsa-Putra (2009) bahwa konsep merupakan istilah-istilah untuk menganalisis, memahami, menafsirkan dan menjelaskan peristiwa atau gejala sosial budaya yang dipelajari. 

Adapun contoh konsep di dalam ilmu sosial-budaya diantaranya; masyarakat, kebudayaan, pendidikan, sekolah, konflik, sukubangsa, kepribadian, kerjasama dan sebagainya.

Konsep menduduki posisi penting dalam dunia ilmiah, sebab konsep adalah pikiran-pikiran, pandangan-pandangan dari manusia yag bisa diwujudkan, dinyatakan, sementara asumsi dan model adalah pikiran, pandangan, pendapat, gagasan, ide, yang belum tentu dinyatakan secara eskplisit, dan dalam kehidupan manusia pandangan, gagasan, pendapat yang tidak dapat dinyatakan selalu muncul lebih dahulu. 

Dalam hal ini perlu diingat bahwa tidak ada difinisi yang paling benar, karena setiap konsep dapat diberi definisi dari sudut pandang tertentu dan dengan cara tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun