Mohon tunggu...
Andi Ronaldo Marbun
Andi Ronaldo Marbun Mohon Tunggu... Lainnya - Detektif informasi, pemintal cerita, dan pemuja mise-en-scène

Everyone says that words can hurt. But have they ever been hurt by the deafening silence? It lingers like the awkward echo after a bad joke, leaving you wondering if you've been forgotten, ostracized, or simply become so utterly uninteresting that even crickets find your company unbearable.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Serial "The People v. O.J. Simpson": Warisan yang Melampaui Persidangan, Menginspirasi Pencarian Keadilan

12 April 2024   17:58 Diperbarui: 12 April 2024   18:01 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pengadilan Kasus Pembuhunan dengan Terdakwa O.J. Simpson di Pengadilan Tinggi Los Angeles (Sky News)

Sebagai seseorang tanpa latar belakang hukum yang luas, "The People v. O.J. Simpson" juga menjadi awal pengenalan bagi saya terhadap dunia hukum persidangan yang berisiko tinggi. Istilah-istilah seperti "admissibility", "objection", dan "burden of proof" memiliki arti yang dapat saya hadapi saat saya menyaksikan kedua belah pihak berjuang mati-matian atas setiap bukti. Hal ini menyoroti pentingnya penyajian yang cermat dan cara-cara dari pengacara yang terampil dalam memanipulasi narasi. Pertandingan "catur" berbasis hukum inilah yang mendorong minat saya pada drama hukum lainnya. 

"Suits", dengan fokusnya pada hukum korporasi, membuka mata saya pada kompleksitas dan strategi yang terlibat dalam menangani kasus-kasus bisnis berisiko tinggi. Serial ini menunjukkan aksi dari pengacara korporasi dalam menggunakan kecerdasan, ketajaman, dan bahkan taktik licik untuk memenangkan kasus bagi klien mereka. 

Saya terpesona oleh cara pengacara membangun argumen mereka, meneliti celah hukum, dan bernegosiasi dengan pihak lawan. "How to Get Away with Murder", di sisi lain, menyelami moralitas yang abu-abu dan dilema etika yang dihadapi oleh para pengacara pembela kriminal. Serial ini menunjukkan bahwa pengacara terkadang harus melanggar batas etika untuk melindungi klien mereka, bahkan jika itu berarti memanipulasi bukti atau berbohong di pengadilan. 

Pergulatan moral yang kompleks ini membuat saya mempertanyakan peran pengacara dalam sistem peradilan dan batas-batas yang harus mereka patuhi. Meskipun "Suits" dan "How to Get Away with Murder" merupakan karya fiksi, kedua serial ini membantu saya memahami konsep-konsep seperti negosiasi, teknik pemeriksaan silang, dan tarian halus antara etika dengan kesuksesan yang harus dinavigasi oleh para pengacara. Pengetahuan ini telah meningkatkan apresiasi saya terhadap kompleksitas sistem hukum dan peran penting yang dimainkan oleh para pengacara dalam menegakkan keadilan.

Pengalaman saya dalam menonton "The People v. O.J. Simpson", "Suits", dan "How to Get Away with Murder" telah menginspirasi saya untuk mempelajari lebih lanjut tentang hukum dan sistem peradilan, bukan hanya yang ada di AS tetapi juga Indonesia. Saya belajar tentang cara hukum bekerja, peran yang diterapkan dalam kasus-kasus nyata, dan peluang berbagai teori hukum untuk dapat digunakan untuk mencapai keadilan bagi semua orang. Saya percaya bahwa pengetahuan ini sangat penting untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan terlibat dalam masyarakat.

Peran Lintas-Budaya: Perbandingan dengan Hukum Indonesia

Meski mengakar kuat pada sistem peradilan di AS, "The People v. O.J. Simpson" mau tidak mau menarik perhatian saya pada perbedaan mendasar antara sistem hukum AS dengan kerangka hukum Indonesia. Perbedaan-perbedaan mendasar menjadi semakin jelas seiring saya meneliti lebih jauh. 

Sebagai contoh, AS menganut sistem adversarial, dengan jaksa dan pembela secara aktif bertarung untuk meyakinkan hakim atau juri. Sementara, Indonesia menerapkan sistem inkuisitorial, dengan pengadilan berperan lebih aktif dalam menyelidiki fakta dan menentukan kebenaran. Kontras ini membuat saya terpesona, terutama cara kedua sistem hukum tersebut dapat memengaruhi dinamika dan hasil persidangan. 

Persidangan Simpson terkenal dengan pengaruh yang dimiliki para juri, sedangkan Indonesia tidak menggunakan sistem yang cukup lazim di AS tersebut. Hal ini memunculkan pertanyaan bagi saya tentang cara putusan dapat dicapai di Indonesia dan bobot opini publik dibandingkan dengan peran hakim dalam memberikan keputusan. Sistem hukum AS juga berakar pada common law yang utamanya berasal dari Inggris, yang sangat bergantung pada preseden dan putusan lampau sebagai basis pembelaan/pendakwaan. 

Di sisi lain, kerangka hukum Indonesia berakar pada civil law, suatu sistem yang terkodifikasi dengan penekanan lebih besar pada undang-undang ataupun produk hukum tertulis. Perbedaan mendasar ini membuat saya tertarik, mengarahkan saya untuk mempertimbangkan cara undang-undang diciptakan dan ditafsirkan, serta peran sistem ini dalam menangani perubahan sosial yang ada. Dengan kata lain, "The People v. O. J. Simpson" memicu ketertarikan dalam perbandingan hukum lintas budaya, menyoroti betapa berbedanya struktur hukum, sekaligus menekankan tema universal berupa pembuktian, keadilan, dan upaya penegakan hukum yang mendasari semua sistem hukum di berbagai negara.

Melampaui Ruang Sidang -- Menganjurkan Pemikiran Kritis di Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun