Mohon tunggu...
Andi Ronaldo Marbun
Andi Ronaldo Marbun Mohon Tunggu... Lainnya - Detektif informasi, pemintal cerita, dan pemuja mise-en-scène

Everyone says that words can hurt. But have they ever been hurt by the deafening silence? It lingers like the awkward echo after a bad joke, leaving you wondering if you've been forgotten, ostracized, or simply become so utterly uninteresting that even crickets find your company unbearable.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Mengapa Transportasi Udara Belum Menjadi Pilihan Utama untuk Mudik Lebaran di Indonesia?

11 April 2024   17:52 Diperbarui: 12 April 2024   11:40 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situasi jelang Hari Raya Idul Fitri di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (18/4/2023). (KOMPAS.com/NABILLA TASHANDRA)

Menurut web-japan.org, jumlah wisatawan selama liburan musim panas Obon diperkirakan mencapai 80,45 juta orang, dengan 52,3% pemudik mengendarai mobil pribadi.

Sebagai catatan, menurut World Population Review, Indonesia merupakan salah satu pasar terbesar (posisi 14) untuk industri penerbangan di dunia dengan jumlah penumpang tahunan mencapai 91,32 pada tahun 2019 (sebelum pandemi COVID-19). 

Dalam statistik tersebut, Amerika Serikat menjadi negara terbesar dengan jumlah penumpang tahunan mencapai 926,74 juta pada periode yang sama, diikuti oleh Tiongkok sebanyak 659,63 juta penumpang, Irlandia dengan 170,16 juta penumpang, India dengan 167,50 juta penumpang, Inggris dengan 142,39 juta penumpang, dan Jepang dengan 130,23 juta penumpang. 

Dengan kata lain, meskipun negara-negara dengan industri penerbangan besar seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Jepang memiliki jaringan penerbangan yang lebih luas dan tertata, perjalanan darat masih menjadi raja selama musim liburan. Fenomena ini serupa dengan tradisi mudik yang terjadi di Indonesia.

Distribusi Geografis dan Aksesibilitas Bandara

Data menunjukkan bahwa mayoritas pemudik selama masa libur dan cuti bersama Lebaran 2024 berasal dari Pulau Jawa (59,54%) dengan tujuan utama mudik juga di Pulau Jawa (80,2%).

Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi tinggi pemudik di Pulau Jawa menyebabkan kebutuhan terhadap pilihan transportasi udara menjadi minim dikarenakan jarak tempuh antar-kota pada seluruh provinsi di Pulau Jawa masih relatif terjangkau dengan moda transportasi darat, khususnya mobil dan motor.

Selain itu, pergerakan penumpang dengan moda transportasi udara pada musim mudik Lebaran menurut Kementerian Perhubungan meningkat antara 54,98% (H-1) hingga 98,05% (H-4) dibanding pergerakan normal harian. 

Kondisi ini membuat bandara-bandara menjadi lebih ramai dan tidak nyaman. Apalagi bagi sebagian masyarakat, tradisi mudik Lebaran identik dengan perjalanan pulang kampung bersama keluarga atau dalam kelompok yang ramai.

Selain itu, tingginya permintaan pada periode mudik Lebaran seringkali menyebabkan keterbatasan tiket pesawat, sekalipun maskapai-maskapai penerbangan di Indonesia selalu menambah kapasitas penumpang harian mereka. Hal ini membuat masyarakat yang ingin menggunakan transportasi udara harus memesan jauh-jauh hari atau yang lebih sering terjadi, beralih ke moda transportasi lain.

Biaya Tinggi: Batu Sandungan Utama Penggunaan Transportasi Udara untuk Mudik Lebaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun