Mohon tunggu...
Andi Rahmanto
Andi Rahmanto Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara

Hanya seorang anak manusia yang ingin hidup bahagia dengan caranya sendiri. email: andirahmanto2807@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manusia adalah Makhluk yang Berpikir dan Bernafsu

10 Oktober 2015   00:10 Diperbarui: 10 Oktober 2015   09:58 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manusia merupakan sebuah gambaran makhluk hidup yang memiliki unsur pembentuk yang kompleks. Ia bukanlah seperti malaikat yang tidak memiliki nafsu dan bukan seperti binatang yang tak mampu berpikir. Dalam melakukan suatu ketaatan pada suatu aturan atau norma, manusia membutuhkan perjuangan. Ia harus mampu mengalahkan nafsunya yang cenderung mendorongnya pada pembangkangan dan perlawanan. Sebagai makhluk yang berpikir, manusia tidaklah mudah untuk tunduk dan patuh pada norma yang ditemuinya. Pergejolakan muncul ketika nafsu berhadapan dengan norma. Keberadaan norma cenderung menghambat dan menghalangi kesenangan nafsu manusia. Disitulah fungsi akal, yaitu untuk memikirkan agar nafsu tidak bertabrakan dengan norma. Boleh bernafsu, namun tidak melanggar aturan.

Nafsu dalam berbagai dimensinya, sebenarnya memiliki fungsi inti supaya manusia dapat survive, mempertahankan eksistensinya dalam kehidupan. Dalam teori Sigmund Freud, perilaku disebabkan dorongan libido serta selalu diasosiasikan dengan seks. Dan seks harus dipenuhi. Seks merupakan bagian dari id, nafsu, tabiat binatang yang ada dalam diri manusia. Ia akan selalu menuntut manusia untuk memenuhinya. Bila tidak terpenuhi, maka berakibat pada efek kecemasan. Akan tetapi super ego, norma-aturan, membatasi keinginan id. Namun manusia memiliki ego- akal, nurani, atau iman yang berfungsi untuk meregulasi atau mengatur peran yang saling berlawanan antara id dengan super ego. Oleh karenanya, manusia harus memperkuat kemampuan ego, terutama dalam mengatur benturan kepentingan antara id dan super ego. Jika ego tidak mampu menjadi regulator yang seimbang antara id dan super ego, maka akan menyebabkan munculnya ketidaknyamanan dalam diri manusia. 

Nafsu memang tidak mungkin dihilangkan, namun bisa diredam dan dikendalikan. Ia akan selalu menjadi bagian dari diri manusia untuk selamanya. Justru karena adanya nafsu itulah, peradaban manusia terus berkembang seiring perkembangan zaman. Ketika akal dan nafsu berkolaborasi, maka akan selalu muncul perasaan ingin tahu dalam diri manusia. Hal itu akan memunculkan hal-hal baru atau inovasi yang mendukung perkembangan sains, teknologi atau ilmu pengetahuan. Dan sebaliknya, ketika nafsu diumbar secara liar, maka yang timbul adalah kerusakan dan kehancuran yang mengancam runtuhnya suatu peradaban. 

Alam ini diciptakan Tuhan dalam keadaan yang seimbang. Demikian pula dalam proses penciptaan manusia, terdapat unsur keseimbangan di dalamnya. Nafsu menjadi penyeimbang dari unsur pembentuk manusia yang lain. Nafsu merupakan penggerak, pendorong, motivator dari setiap aktivitas manusia. Tanpa nafsu, manusia akan hidup dalam kehampaan, stagnan, mapan, dan stabil. Hal itu justru membuat manusia menjadi jenuh, merasakan kebosanan karena tidak adanya serba-serbi ataupun warna-warni kehidupan yang mendorongnya untuk mencicipi situasi yang menantang. Kita tidak bisa melulu menyalahkan keberadaan nafsu yang bersemayam dalam diri kita. Namun nafsu tetap harus dikendalikan, karena jika ia dibiarkan liar, berdampak pada hancurnya eksistensi hidup seseorang baik dari sisi harkat maupun martabatnya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun