Mohon tunggu...
Andito Perwira
Andito Perwira Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Wong Resik, Kali Apik

1 Oktober 2017   15:21 Diperbarui: 1 Oktober 2017   15:31 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia didunia ini pasti tidak bisa hidup tanpa adanya alam, dan begitu juga alam tidak akan tumbuh berkembang tanpa adanya manusia. Karena manusia dan alam saling memberikan keuntungan satu sama lainnya, yang dapat dikatakan alam memberikan tempat tinggal bagi manusia tersebut untuk hidup. Maka jika manusia didunia ini tidak dapat merawat dan menjaga alam disekitarnya yang terjadi manusia akan kehilangan berbagai kekayaan yang dimiliki alam ini untuk bertahan hidup dan tempat tinggal mereka.

Alam ini harus benar-benar dijaga mulai dari hal terkecil, seperti membuang sampah pada tempatnya karena berangkat dari hal kecil kita sudah membantu alam ini menjadi lebih baik dan bersih. Namun, jika hal tersebut diabaikan maka akan terjadi bencana yang dapat merugikan kehidupan manusia dan sekitarnya. Lalu bagaimana cara untuk menangguangi hal tersebut? Pasti dengan cara sosialisasi pada setiap masyarakat yang belum mengerti sebab dan akibat yang mereka lakukan. 

Peran komunikasi kepada masyrakat sangat penting pada hal ini, karna dimana komunikasi adalah suatu proses interaksi kepada individu, kelompok, organisasi bahkan masyarakat untuk menciptakan sebuah informasi baru dengan lingkungan dan semua orang disekitar. Lingkungan juga merupakan salah satu aspek terpenting bagi kehidupan manusia, namun seseorang kadang kurang sadar pada apa yang dia lakukan pada lingkungannya. Menurut Emil Salim, kesadaran lingkungan adalah upaya untuk menumbuhkan kesadaran agar tidak hanya tahu tentang sampah, pencemaran, penghijauan dan perlindungan satwa langka, tetapi lebih dari itu semua ( Emil Salim, 2008 ).

Bahwa yang kita tahu kesadaran manusia pada lingkungan sekitar sangatlah sulit untuk dijalankan, membahas mengenai komunikasi dan lingkungan bahwa dua hal tersebut saling berkaitan. Pada pembahasan kali ini saya mengangkat topik mengenai " Luapan Sungai Gajah Wong " yang menyebabkan bencana banjir disekitar area sungai tersebut. Sungai merupakan tempat aliran peairan yang harus kita jaga kebersihannya, karena sungai juga merupakan tempat manusia untuk hidup. Seperti sungai Gajah Wong, yang perlu diketahui sungai Gajah Wong merupakan salah satu 3 sungai terpanjang di kota Yogyakarta, yang membelah kota Yogyakarta ini. 

Sungai Gajah Wong memiliki bagian hulu yang bertempat di lereng merapi ( Sleman ) dan bagian hilirnya sampai di Kabupaten Bantul. Sungai ini sering kali terjadi banjir yang meluap sampai ke area permukiman warga dan hingga kejalan raya, yang sangat merugikan orang sekitar padahal sungai ini juga menjadi jatung kota Yogyakarta. Pada tahun 2015 lalu, sungai gajah wong meluap kepermukiman warga dan kejalan raya karena meningginya air dari sungai tersebut. Air disungai gajah wong tersebut mencapai 1,8 meter dan akhirnya terjadi luapan, dari luapan tersebut akhirnya membuat 27 rumah warga dan di dua titik aliran sungan terendam ( sumber : tempo.co ). 

Bencana banjir tersebut terjadi disetiap tahunnya karena curah hujan yang sangat deras dan permasalah yang di buat oleh perbuatan masyarakat disekitar sendiri seperti membuang sampah sembarangan, limbah dan lain-lain yang merusak ekosistem sungai gajah wong. Pembuangan sampah secara terus menerus dan tidak ada kesadaran dari masyarakat sekitar, dan yang terjadi dampak bagi masyakat telah terlihat dari meluapnya suangi gajah wong tersebut.


Lalu pada bulan Januari tahun 2017 lalu bencana banjir dan luapan air masih terjadi di area sungai gajah wong, pada keterangan yang diberitakan oleh tribunjogja.com mengenai luapan banjir sungai gajah wong tersebut, hal tersebut mengakibatkan air sungai naik cukup tinggi dan pada saat itu terlihat warna air sungai tersebut cokelat dan membawa banyak sampah saat air luapan terjadi ( sumber : tribunjogja.com ). 

Menurut saya, sungai gajah wong dapat meluap karena adanya banyak sampah yang dibuang oleh masyarakat sekitar, semestinya aliran sungai yang tidak ada sampahnya atau bersih dari sampah tidak akan meluap besar dan sampai terjadi bajir. Dari berita tersebut terlihat sekali belum ada kesadaran masyarakat sekitar dan bahkan masyrakat Yogyakarta atas menumpuknya sampah pada sungai gajah wong.

Pemerintah sempat juga memeberikan sosialisasi pada masyrakat sekitar untuk tidak membuang sampah ke sungai gajah wong, dan selain itu memberikan sosialisasi pada warga yang tinggal di permukiman sungai gajah wong. Pada tahun 2016 salah satu cara untuk mengedukasi masyarakat disekitar sungai gajah wong dengan adanya kerja bakti bersama seratus orang yang didalamnya meliputi mahasiswa, dosen dan berbagai komunitas bersama-sama untuk membersihkan kali gajah wong. 

Aksi ini dilakukan sebagai bentuk rasa peduli kepada lingkungan sekitar dan salah satu cara yang mungkin dapat berhasil untuk mengedukasi masyarakat sekitar sungai gajah wong untuk meningkatkan dan menumbuhkan rasa kesadaran akan membuang sampah pada tempatnya, selain itu aksi ini juga untuk ajang sosialisasi yang dilakukan pemerintah DIY pada masyarakat akan kesadaran diri dan aksi tersebut dalam rangka menyambut bakti ke-71 Kementrian Pekerjan Umum dan Perumahan Rakyat "Kempupera" ( sumber : beritasatu.com ). 

Pemerintah DIY juga menilai bahwa sudut pandang sebuah sungai yang dipandang sebagai tempat sampah, tempat mck dan tempat yang kotor harus dirubah menjadi tempat yang bersih dan mengasyikan bagi masyarakat, maka dari itu masyarakat sendiri yang harus terus menjaga sungai untuk tetap baik. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta meminta warganya yang tinggal dibantaran sungai tetap waspada, karena berpontesi air naik saat turun hujan deras ( sumber : metrotvnews.com ). 

Menurut saya, pemerintah seharusnya tegas pada masyarakat yang masih "nakal" untuk membangun tata ruang di sepanjang sungai gajah wong, karena dengan adanya warga yang tinggal di bantaran sungai gajah wong atau sungai ada di Yogyakarta akan berpotensi adanya sampah yang akan dibuang oleh warga tersebut dan menjadikan endapan lalu terjadi luapan air. Pemerintah tidak hanya sekali atau dua kali mengedukasi masyarakat saja, namun harus terus menerus diberikan edukasi terhadap kebersihan lingkungan sekitar. 

Program pemerintah sudah sering dilakukan dengan menurunkan komunitas-komunitas yang peduli akan lingkungan untuk membersihkan bersama-sama sungai gajah wong tersebut, lalu program lain yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah menanam pohon dan membersihkan sungai yang dilakukan disekitar area sungai gajah wong. Letkol Inf Rudi Firmansyah sebagai satuan komando kewilayahan mengatakan bahwa program ini menjadi salah satu tugas untuk membantu pemerintah sebagai cara untuk mengedukasi dan mengajak masyarakat untuk bersama-sama menciptakan lingkungan yang hijau, bersih dan sehat ( sumber : tribunnews.com ). Cara seperti ini harus berlanjut terus-menerus agar masyarakat terus menjaga kebesihan lingkungan pada lingkungan sungai gajah wong, jika perlu edukasi pada masyarakat dilakukan setiap tahunnya.

Dalam pembahasan ini saya mencoba mengetahui lebih dalam dan mengetahu apa penyebab luapan air dari sungai gajah wong tersebut dan tentang permasalah bencana banjir yang dialami oleh warga sungai gajah wong, dengan wewawancari 5 narasumber yang tinggal di bantaran sungai gajah wong. Menurut 5 narasumber yang saya wawancari, saya menyimpulkan bahwa " mereka berpendapat bahwa, sungai gajah wong mengalami luapan disaat curah hujan sedang deras dan apalagi disaat musim hujan seperti ini. 

Mereka juga mengatakan bahwa sampah adalah faktor utama terjadi luapan air, disaat curah hujan deras air dari " hulu " mengalir sangat deras dan membawa banyak sampah plastik dan sampah lain yang menggenang di air sungai gajah wong , disaat sampah menggenang akan menjadi endapan di aliran sungai atau di " gorong-gorong " apalagi jika ada ranting-ranting pohon yang jatuh hal tersebut juga dapat menyebabkan sampah semakin menumpuk di aliran sungainya. 

3 dari 5 narasumber yang saya wawancari mengatakan juga bahwa sampah yang menumpuk di sungai kali gajah wong tidak hanya dari warga yang tinggal di bantaran sungai gajah wong saya namun dari orang-orang yang melintasi jembatan gajah wong tersebut. Masih banyak orang yang tidak sadar akan lingkungan, mereka masih seenaknya membuang sampah disungai yang mungkin berfikir bahwa sampah akan hilang begitu saja jika dibuang disungai. 

Narasumber yang saya wawancari juga mengatakan bahwa sungai gajah wong seharusnya bebas dari sampah-sampah yang dapat menimbulkan banjir, dan mereka pun sempat menceritakan bahwa beberapa waktu lalu pemerintah DIY juga telah memberikan sosialisasi dengan cara menanam bibit pohon di sungai gajah wong namun cara tersebut juga masig belum menyadarkan kesadaran masyarakat akan kebersihan sungai. Saat saya mengunjungi sungai gajah wong didaerah Umbulharjo Yogyakarta saya menemukan peringatan dari pengurus RT setempat untuk tidak membuang sampah sembarangan didaerah sungai gajah wong, tertulis bahwa " apabila buang sampah sembarangan akan dikenakan denda sebesar Rp1.000.000 ( satu juta rupiah ) " dan peringatan tersebut juga tertulis " bagi warga yang mengetahui dan bisa menangkap yang membuang sampah akan mendapatkan hadiah Rp 500.000 ( lima ratus ribu rupiah ) " namun apa yang saya lihat tidak sesuai dan tidak dijalankan sesuai peringatan yang berlaku, masih banyak sampah yang menggenang dan saya melihat ada satu platik sampah besar yang dibuang di sungai gajah wong. Di daerah sungai gajah wong yang bertempat didaerah Umbulharjo telah dibangun Gajah Wong Edupark yang didirikan oleh pemerintah setempat untuk tempat rekreasi dan bentuk penggambaran bahwa sungai gajah wong bersih dan sungai yang tidak kumuh. Namun saya fokuskan bukan pada taman tersebut tapi berfokus pada kebersihan pada sungai gajah wong, masih terlihat jelas sampah-sampah yang dapat membuat luapan banjir.

Pada gambar yang saya ambil sewaktu saya mengunjungi sungai gajah wong, nampak masih ada sampah yang menggenang disekitar sungai tersebut dan yang saya tidak habis fikir ada warga yang membuang sampah ke sungai tersebut tanpa merasa berdosa. Karena air disungai gajah wong tidak hanya dimiliki oleh warga dibantaran sungai gajah wong saja, namun air sungai tersebut akan mengalir ke berbagai daerah di Yogyakerta. Sosialisasi pemerintah memang sudah pernah dijalankan pada warga setempat namun sosialisasi tersebut dinilai kurang untuk menyadarkan masyarakat akan kebersihan lingkungan.

Masyarakat kurang memahami arti dari kebersihan lingkungan dan menjaga lingkungan disekitarnya agar tetap bersih, fenomena yang terjadi masih banyak masyarakat yang kurang paham dampak yang akan terjadi jika mereka terus menerus membuang sampah ke sungai. Gajah wong merupakan sungai yang cukup banyak ditemukan sampah, masyarakat masih saja membuang sampah rumah tangga dan lain-lain kedalam sungai tersebut. Namun sosialisasi pemerintah kepada masyarakat tersebut masih saja kurang dan tidak berdampak apa-apa. 

Faktor lain adalah masih ada warga yang tinggal di bantaran sungai gajah wong, penyempitan airan air, penumpukan sampah, curah hujan yang begitu deras, kiriman air dari hulu dan lain-lain. Pemerintah masih kurang tegas menindak masyarakat yang membuang sampah pada sungai gajah wong atau tempat yang seharusnya bukan tempat membuang sampah, dan perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang lebih.

Menurut saya program yang harus dijalankan oleh pemerintah harus terus-menerus dilakukan untuk menciptakan kebiasaan dan rasa tanggung jawab atas lingkungan sekitar, bila perlu terus kaitkan atau mengikut sertakan komunitas pecinta kebersihan dijogja untuk berpartisipasi dalam program pemerintah. Hal tersebut kemungkinan akan menambah kesadaran warga atau masyarakat untuk sadar akan lingkungan sekitar, terutama warga dibantaran sungai gajah wong. 

Kemungkina pengetahuan masyarakat dibantaran sungai gajah wong masih belum paham dampak yang akan terjadi apabila masih terus menerus membuang sampah di sungai tersebut, maka dari itu sosialisai pemerintah harus terus-menerus agar masyarakat lebih paham. Mungkin pemerintah dapat memulai sosialisasi masyarakat dari lingkup yang terkecil terlebih dahulu, yang pertama pemerintah dapat meminta bantuan dari ketua RT/RW untuk mensosialisasikan pada warganya untuk menjaga lingkungan dimulai dari cara yang mudah yaitu kerja bakti bersama-sama. 

Dari hal tersebut setiap individu akan tumbuh rasa kepedulian akan lingkungan, selain itu pemerintah juga harus tegas pada masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Pemerintah juga harus memberikan pendekatan akan lingkungan yang bersih kepada masyarakat dan menindak tegas masyarakat yang membuang sampah disungai gajah wong atau membuang sampah bukan pada tempatnya. Pemerintah perlu memberikan sosialisasi lebih atau terus menerus kepada masyarakat dengan menggandeng para komunitas pencinta alam atau komunitas lainnya untuk ikut serta dalam menjaga lingkungan, dan pendekatan kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui dampak dan arti kebersihan lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun