Mohon tunggu...
Andini Okka W.
Andini Okka W. Mohon Tunggu... Guru - -Work for a cause not for an applause-

- a teacher, a humanist, and a lifetime learner -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aku Suka Singkong Kau Suka Keju, Bagaimana Kita Bersatu?

20 Agustus 2023   01:27 Diperbarui: 20 Agustus 2023   01:35 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/5255003/3-resep-singkong-keju-yang-cocok-untuk-buka-puasa 

Beberapa bulan yang lalu, saya memposting foto saya dengan seorang teman yang sedang berulang tahun di laman story platform Facebook saya. Siangnya, notifikasi message dari platform tersebut berbunyi. Sepintas saya baca namanya, ternyata salah seorang teman lama yang menanggapi story ulang tahun. Alih-alih mengucapkan selamat ulang tahun ke teman saya yang kebetulan juga dikenalnya. Seseorang tersebut mengucapkan, "Semoga cepat laku."  Saya tahu maksudnya adalah karena teman saya memang belum menikah di usia matang. Namun demikian, apakah pernyataan tersebut laik untuk diucapkan?

Hal yang serupa pernah saya alami beberapa tahun lalu. Saya merupakan tipe manusia pembelajar. Bukan karena pintar, justru karena tidak pintar saya suka belajar. Suatu saat saya bercerita bahwa sampai umur berapapun kalau ada kesempatan untuk belajar lagi, saya pasti akan belajar terus. Bukan dukungan, namun perkataan, "Buat apa tambah pintar? Buat apa belajar terus? Hidup itu ujung-ujungnya mencari materi. Percuma kalau kamu pintar, tapi gak bisa mencari materi. Daripada belajar, mending belajar jadi pengusaha kaya aku. Belajar usaha, dapat materi, hidupnya gak sia-sia."

Kata seseorang yang pernah saya bantu penyusunan isi skripsinya.

Lain hari, seorang teman bercerita pernah ditegur oleh seseorang yang tidak dikenal di tempat umum. Beliau ditegur oleh seorang bapak-bapak yang menanyakan umur anaknya. Setelah tahu umur anaknya, bapak tersebut berkata, "Wah sama kaya anak saya ya, tapi kok badannya kecil ya. Sebaiknya....bla bla bla." Bapak tersebut memberikan berbagai petuah agar anak teman saya bisa segemoy badan anaknya.

Lebaran tahun ini, saya membaca berita berjudul Viral Wanita Mendadak Pingsan Diduga gegara Pertanyaan 'Menyeramkan' Lebaran dari laman https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-6697590/viral-wanita-mendadak-pingsan-diduga-gegara-pertanyaan-menyeramkan-lebaran. 

Singkatnya, ada sebuah video yang menunjukkan seorang wanita yang tergeletak pingsan saat momen berkumpul bersama keluarga kala merayakan lebaran. Dari video yang beredar itu, wanita tersebut terlihat terus-terusan dilontarkan pertanyaan yang membanding-bandingkannya dan membuat dirinya tertekan serta cemas hingga akhirnya jatuh pingsan. Wanita tersebut mengalami serangan panik atau panic attack.

Dijelaskan dalam berita oleh salah seorang psikiater dari RS Siloam Bogor dr Lahargo Kembaren, SpKJ menjelaskan bahwa serangan panik adalah bagian dari gangguan cemas (ansietas) yang memiliki intensitas paling berat dan berlangsung episodik. Gejala yang muncul bisa berupa gejala psikologis ataupun gejala fisik. Salah satunya adalah mengalami pingsan seperti yang dialami wanita tersebut.

Benang merah dari seluruh peristiwa yang saya ceritakan adalah masalah preferensi dan pentingnya menjaga lidah kita yang tak bertulang ini saat berkomunikasi dengan orang lain.

Saya mengerti bahwa kita notabene hidup di Indonesia yang begitu mengagungkan nilai perkawinan. Pernikahan menjadi salah satu indikator kesuksesan seseorang selain pekerjaan di masyarakat. Pasti kita sering mendengar kelakar di masyarakat, "Pekerjaan udah mapan tapi belum ada gandengan. Truk aja gandengan." (Kalimat terakhir ini bahkan menjadi jargon sebuah iklan produk minuman)

Namun demikian, bila memutuskan untuk belum menikah di usia produktif. Apakah hal itu menjadi bahan yang patut untuk dicemooh, diungkit, atau disindir?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun