Budaya luar digandrungi, budaya sendiri malah dilupakan. Fenomena ini makin sering kita temui, terutama di kalangan anak muda. Kita hafal nama-nama grup K-pop, tahu tren fashion Korea terbaru, dan mengikuti gaya hidup dari berbagai negara. Tapi saat ditanya arti tarian daerah sendiri, kita cuma bisa diam atau menjawab seadanya.
Mengapa bisa begitu? Ini bukan soal kita tidak bangga, tapi mungkin kita terlalu sibuk mengejar hal-hal baru dan menarik yang datang dari luar. Media sosial dan teknologi membuat budaya asing terasa dekat dan mudah diakses. Kita sering melihat hal-hal yang dianggap keren dan modern, sementara budaya lokal dianggap biasa-biasa saja, bahkan terkadang membosankan.
Padahal budaya sendiri adalah akar kita. Budaya bukan sekadar pakaian adat, tarian, atau lagu daerah. Budaya adalah cermin dari siapa kita sebenarnya, cara kita berinteraksi, nilai-nilai yang kita pegang, dan identitas yang membedakan kita dari orang lain. Ketika kita melupakan budaya sendiri, kita kehilangan bagian penting dari jati diri.
Lebih jauh lagi, budaya adalah warisan dari nenek moyang yang penuh dengan makna dan filosofi. Misalnya, di berbagai daerah Indonesia, setiap tarian memiliki cerita yang mengajarkan tentang keberanian, kerja sama, atau rasa syukur. Lagu-lagu daerah menyimpan kisah sejarah dan perjuangan masyarakat. Jika kita tidak mengenal dan menghargainya, maka semua itu akan hilang begitu saja, tanpa pernah diteruskan.
Sayangnya, banyak generasi muda yang merasa budaya tradisional itu "ketinggalan zaman" atau "tidak keren". Padahal, justru budaya yang membuat kita unik di tengah globalisasi. Kita bisa belajar dan mengadopsi budaya asing, tapi jangan sampai kita kehilangan keunikan dan kekayaan budaya asli kita.
Melestarikan budaya tidak harus dengan cara besar. Mulai dari hal kecil seperti memakai batik, mendengarkan musik tradisional, atau belajar bahasa daerah. Dengan cara sederhana itu, kita sudah ikut menjaga agar budaya tidak punah. Kita juga bisa mengenalkan budaya kita ke teman-teman dari luar, agar mereka tahu keindahan budaya Indonesia yang sebenarnya.
Lebih penting lagi, mencintai budaya sendiri membuat kita lebih percaya diri. Kita tahu siapa kita, dari mana asal kita, dan nilai apa yang kita bawa. Ini akan membuat kita kuat menghadapi tantangan zaman dan tetap bisa berdiri tegak di dunia yang semakin luas.
Saat ini, dunia memang penuh dengan perubahan cepat dan berbagai pengaruh budaya global. Tapi justru saat itulah kita harus lebih mencintai dan menghargai budaya kita sendiri. Jangan sampai budaya kita hanya jadi cerita lama yang dikenang tanpa pernah dijalani.
Jangan tunggu sampai budaya kita punah atau hanya jadi pajangan museum sebelum kita sadar betapa berharganya budaya tersebut. Mari kita mulai sekarang, dari diri kita sendiri, dari hal kecil yang kita bisa lakukan setiap hari.
Karena budaya bukan hanya masa lalu, tapi juga masa depan kita.
Kalimat ini diharapkan bisa mengajak pembaca lebih sadar dan termotivasi untuk mulai menghargai dan melestarikan budaya sendiri dengan cara yang sederhana dan menyenangkan.