Apa yang terlitas dalam benak kita ketika mendengar kata kepatuhan dan kedisiplinan? merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia Kepatuhan identik dengan suatu sikap tunduk dan taat terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan, sedangkan disiplin merupakan sikap dan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya menjadi tanggungjawabnya. Jadi Kepatuhan dan Kedisiplinan di sekolah sangat erat kaitannya dengan ketaatan peserta didik dalam menjalankan aturan-aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Patuh dan disiplin pada anak akan muncul dikarenakan beberapa faktor. Ada faktor yang berasal dari dalam diri yang disebut dengan faktor internal dan ada juga faktor-faktor yang muncul dari luar diri peserta didik yang disebut dengan faktor eksternal.
Faktor eksternal atau faktor dari luar yang mendorong peserta didik untuk mematuhi peraturan-peraturan atau tata tertib sekolah memiliki peranan yang sangat besar terhadap kepatuhan peserta didik dalam mematuhi aturan-aturan sekolah. Walaupun begitu kepatuhan anak dalam menaati aturan sekolah yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar atau faktor eksternal itu sifatnya tidaklah absolut atau hanya bersifat sementara, jika faktor atau motivasi dari luar itu hilang atau berkurang maka tingkat kepatuhan anak terhadap tata tertib sekolah juga akan hilang atau berkurang. Contoh beberapa faktor-faktor ekternal yang mempengaruhi kepatuhan dan kedisiplinan anak dalam menaati aturan atau tata tertib sekolah antara lain:
1. Sanksi atau hukuman
Adanya sanksi atau hukuman terhadapat peserta didik yang melanggar tata tertib sekolah seperti terlambat masuk sekolah, memakai seragam tidak sesuai ketentuan dan lain-lain terbukti dapat memberikan efek jera pada peserta didik yang melanggar aturan tersebut. Tetapi, terkadang justru akan memeberikan efek yang kurang baik terhadap perkembangan psikologis peserta didik. Akan muncul perasaan marah, benci atau bahkan dendam. Bahkan untuk anak-anak tertentu yang sudah terbiasa dengan hukuman yang diberikan hukuman atau sanksi tersebut justru tidak membuat anak menjadi jera dan justru mereka akan terus melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap aturan sekolah. Terkadang sanksi atau hukuman yang berlebihan justru akan menimbulkan efek yang tidak baik bagi guru atau pihak sekolah seperti adanya hukuman fisik atau hukuman yang menyebabkan trauma fisik maupun psikis peserta didik.
2. Reward atau hadiah
Reward atau hadiah juga dapat mempengaruhi seorang anak untuk patuh terhadap aturan atau tata tertib yang berlaku. Anak akan berusaha berperilaku sebaik mungkin agar dapat menerima penghargaan yang diinginkannya. Penghargaan yang diberikan tidak harus berupa materi. Ucapan selamat, sanjungan dan pujian juga merupakan bagian dari penghargaan yang dapat diberikan pada anak yang paling patuh dan taat pada peraturan sekolah. Sebagaiman dengan hukuman, reward atau hadiah juga tidaklah absolut atau tidak akan berlangsung lama bagi peserta didik tersebut dalam mematuhi tata tertib atau aturan sekolah. Ketika reward atau hadiah itu tidak ada maka motivasi yang dulunya sangat besar untuk mematuhi tata tertib atau aturan sekolah juga akan hilang dengan sendirinya. Bisa juga karena penghargaan itu sudah menjadi suatu hal yang biasa dan tidak istimewa bagi anak seperti ucapan selamat, pujian dan sanjungan yang sering diberikan akan membuat anak menganggap reward atau hadiah itu bukan lagi suatu hal yang istimewa sehingga anak mulai jenuh dan enggan lagi berlomba-lomba mematuhi aturan atau tata tertib yang berlaku.
3. Ketokohan atau adanya orang yang komitmen menegakkan aturan
Ketokohan atau figur seseorang disini diartikan sebagai orang yang selalu komitmen untuk melaksanakan aturan atau tata tertib yang berlaku di sekolah. Biasanya di setiap sekolah ada guru yang ditakuti anak karena ketegasan dan kedisiplinannya dalam menegakkan aturan atau tata tertib sekolah, sehingga anak akan merasa takut jika harus berurusan dengan guru tersebut misalnya Guru BK atau Urusan Kesiswaan. Tokoh tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap motivasi anak dalam menaati atau mematuhi peraturan sekolah. Tetapi sama halnya dengan hukuman dan hadiah ketakutan anak pada guru-guru tertentu dalam menaati aturan juga bukanlah suatu yang bersifat absolut atau tetap. Ketika hal yang menyebabkan ketakutan itu tidak ada misalnya guru BK atau kesiswaan tersebut sedang berhalangan hadir bahkan pindah tugas dan disekolah tersebut tidak ada guru atau tokoh lain yang menggantikan perannya sebagai orang yang selalu komitmen dalam menegakkan aturan sekolah, lama kelamaan ketakutan anak untuk tidak melanggaran aturan-aturan sekolah juga akan hilang atau minimal berkurang dengan sendirinya.
Walaupun faktor eksternal memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kepatuhan dan kedisiplinan peserta didik dalam menaati tata tertib dan aturan yang berlaku di sekolah, tetapi karena tidak bersifat absolut atau tetap maka sebaiknya sekolah tidak terlalu mengandalkan faktor ekternal untuk membentuk karakter anak yang patuh dan disiplin. Jika faktor eksternal bersifat sementara maka ada faktor internal yang dapat menumbuhkan karakter patuh dan disiplin peserta didik dalam menaati aturan dan tata tertib sekolah. Faktor internal itu adalah kesadaran penuh anak pada dirinya sendiri dalam upaya bertanggung jawab terhadap nilai-nilai yang diyakininya sebagai suatu kebenaran. Kesadaran diri anak tersebut dapat dimunculkan dari kebiasaan-kebiasan yang baik yang selalu ditanamkan pada anak tersebut. Selain itu memberikan contoh atau tauladan yang baik pada anak juga akan menumbuhkan karakter patuh dan disiplin pada anak-anak.
Salahsatu kebiasaan positif yang sudah banyak dilaksanakan dibeberapa sekolah dan perlu untuk terus dilestarikan adalah menyambut kedatangan anak setiap pagi. Tanpa disadari kebiasaan tersebut ternyata memiliki arti yang mendalam bahkan memiliki nilai-nilai kepatuhan dan kedisiplinan pada anak. Apa saja makna yang terkandung pada kegiatan menyambut dan bersalaman dengan anak setiap pagi? perhatikan uraian berikut ini:
1. Keteladanan
Bapak ibu guru memberikan contoh untuk datang lebih awal kemudian menaruh tas atau barang-barang bawaan ke kantor, selanjutnya menuju ke gerbang untuk menyambut peserta didik yang datang. Kegiatan tersebut jika dilakukan secara terus menerus akan menjadi teladan baik bagi peserta didik, hingga peserta didik akan berusaha untuk mencontoh budaya positif yang ditampilkan oleh bapak/ibu guru tersebut.
2. Saling menghormati
Bapak ibu guru menunggu kedatangan peserta didik dengan senyum ramahnya. Peserta didik datang kemudian menyalami dan mencium tangan guru-gurunya. Tanpa disadari jika hal tersebut terus berlanjut maka akan tubuh sikap saling menghormati diantara guru dan peserta didik di sekolah tersebut.
3. Kedisiplinan
Budaya kedisiplinan tampak jelas pada kegiatan ini karena guru-guru dan peserta didik hadir ke sekolah sebelum bel masuk berbunyi. Walupun kadang ada beberapa guru dan peserta didik lain yang datang terlambat, lama kelamaan kalau kegiatan tersebut dijalankan dengan baik maka kedisiplinan akan dapat terus ditingkatkan.
4. Keramahan
Sambutan ramah guru yang dibalas dengan salam ramah dari peserta didik akan memberikan suasana kehangatan hubungan antara guru dan peserta didik sehingga dapat memunculkan aura positif sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Keramahan antara guru dan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik lainnya sangat dibutuhkan dalam membentuk suatu ekosistem pembelajaran yang ideal dan bebas dari pembulian. Yang akhirnya dapat memberikan imej sebagai sekolah ramah anak.
5. Menumbuhkan rasa empati
Terkadang saat guru menyapa juga diselingi dengan bertanya "Apa kabar?", "Sudah sarapan apa belum?", "Kamu tadi berangkat diantar siapa?", "Tadi pagi bangun jam berapa?", dan pertanyaan-pertanyaan lain yang dapat memunculkan sikap empati antar guru dan peserta didik dan juga antara perserta didik dengan peserta didik yang lain.
Dari uraian di atas maka sangat dianjurkan untuk sekolah yang belum melaksanakan kegiatan menyambut kedatangan peserta didik di pagi hari untuk dapat melaksanakannya dan bagi sekolah yang sudah melaksanakan kegiatan tersebut untuk dapat terus melestarikannya. Karena kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi sekolah, guru, dan peserta didik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI