Mohon tunggu...
Andi Hermawan
Andi Hermawan Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Saya tidak harus menunggu semuanya baik dulu, sebelum saya memulai. Tugas saya adalah untuk memperbaiki dan agar semuanya menjadi baik karna saya memulai. itu saja. !!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ahmad Pejuang Inspirasi

15 Februari 2016   17:12 Diperbarui: 15 Februari 2016   18:19 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang yang berjiwa besar memiliki dua hati, satu hati menangis satu lagi bersabar (Kahlil Gibran)

 Dan benar saja, seorang lelaki kesatria ini tidak pernah lumpuh dari pergulatan hidup yang warna-warni. Ada bahagia, kecewa, penderitaan, senang, dan air mata.

Di antara banyak sosok inpirasi yang telah sukses, tentu dengan pengalaman, usaha, kerja keras dan do’a yang mengantar mereka pada titik puncak yang telah di anugrahkan. Namun tidak dengan yang satu ini, diumurnya yang menua tak pantas untuk berada pada posisinya yang sangat rendah dihadapan teman-temannya. Sering kali ia bangkit dan berusaha namun terkendala dengan persoalan ekonomi keluarga.

Ahmad, lelaki rendah hati kelahiran Dompu, 5 Mei 1989 adalah anak ke Tiga dari Enam saudara. Sejak kecil ia sudah diajarkan berproses menanggung beban dikehidupan yang fana ini, sering kali sesaat pulang sekolah di umurnya 10 thn pada saat duduk Sekolah Dasar kelas IV (Empat) SD sudah diajarkan bagaiamana cara mendapatkan uang tambahan untuk jajan sekolah, sehingga ia berpikir untuk kenyang tentu harus bekerja. Hal apa saja ia kerjakan, tidak malu terima cemoohan dari orang sekitar, teman-temannya dan Guru Sekolah.

Pulang sekolah ia berjualan Es-jajan di parkiran Bus antar kota, 1 Kilo meter dari jarak rumahnya. Ia jalan kaki, pulang dan pergi. Kadang juga Es jualanl bisa habis juga bisa tidak tergantung rezki yang ia timpa.

Said dan Nurmala adalah orang tuanya. Ibu seorang pedangang rempah-rempah di pasar bawah kota Dompu, sedangkan ayah tidak memiliki pekerjaan yang tepat, kadang membantu ibu, mengurus bibitan ikan yang dikelolah ditanahnya yang berada di Woja, juga membuka berbisnis kecil-kecilan.

Dewasa ini dari maraknya pergaulan bebas yang kita jumpai bersama, banyak anak yang menikah di Usia Dini, Mengenal Alhokol, Obat-Obatan juga Narkotika. Orang tua hebat bisa mengasuh, merawat, mendidik dan mengantarkan anak-anaknya dipintu yang benar. Alhasil ada yang menjadi perawat, bidang juga Aparat Brimob, Dua dari tiga yang sukses masih menggangur dan sekolah.

Ahmad sendiri masih bersabar, bergelut dengan keinginan dan harapan menjadi anak yang lebih produktif, berkembang, pola pikir sehat, mengurangi kebiasaan hidup dalam kelelaian menghabiskan waktu tanpa arti. Semangatnya tanpa pamrih, tetap berlanjut pada cita-cita menjadi seorang sukses besar.

Dan kini, setelah sekian tahun menggangur. Ahmad masuk kuliah pada tahun 2015. Tahun 2011 lalu ia pernah ke makasar mengikuti seleksi SMPTN di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Ia di terima, dengan jurusan Bahasa Inggris yang diambil sesuai dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pariwisata Negri Dompu yang di pelajarinya dulu.

Selama tiga bulan di makasar hingga menunggu detik-detik akan Daftar Ulang, tetapi terhenti karna banyak biaya yang harus dikeluarkan, belum dipikirkan adiknya yang sekarang telah menjadi perawat. Tahun 2011 lalu Jumrah adalah nama Adiknya Ahmad yang sedang mengurus Penelitian Praktek untuk bahan Wisuda. Tentu dengan biaya yang maha Dahsyat.

Orang tua menelpon juga adik dan kakanya untuk menjalaskan tentang masalah yang sedang menimpah. Setelah penjelasan panjang lebar, Ahmad dapat memahami suatu kondisi yang belum memungkinkan. Ahmad pun berpikir, untuk tidak melanjutkan masuk ke Perguruan Tinggi. Ia pulang kembali ke kampung, dan selama 3 tahun dari 2011 – 2014 menggangur tidak ada kegiatan, hanya bisa mencari upah lewat kerja angkut barang di pasar, membantu temanya menggarus kelapa, kadang membantu bekerja di Lembaga Kemanusia (LSM) sebagai tukang Officeboy dll.

Dunia berkelanjut, Ahmad juga berkelanjut pada cita-citanya itu. Namun beda cerita, di makasar ia ikut teks seleksi mengambil Bahasa Inggris, tetapi di Universitas Mataram ia berpikir lain melainkan mengambil di Fakultas Hukum. Entah apa yang ada dalam benaknya, ia tidak mengungkapkan biarlah tuhan dan aku yang tau. Ungkapnya dengan nada rendah.

Di universitas mataram Ahmad semester I berjumpa dengan adik-adiknya yang bedah usia hampir 10 tahun, ia tidak apa-apa. Sebab kemaluan ia tidak mengenal kata-kata itu. ia terus memompa, menanam benih-benih intelektual, moralitas, dan Emosional. Ahmad tetap berkiprah dalam mencari sekerdip ilmu pengetahuan untuk mengantarnya ke kehidupan selanjutnya meskipun esok adalah misteri baginya, namun ahmad percaya pada relativisme ada sebab ada akibat, ada kausalitas tentang hidup ini.

Setelah usai ujian akhir semester, dengan meyakinkan dirinya bahwa semuanya berjalan dengan baik, aku kuliah selanyaknya para pelajar yang sungguh-sugguh belajar, tidak pernah absen disetiap mata kuliah, hanya ada kegiatan organisasi maka aku akan menulis surat pemberitauan ijin. Begitu setiap waktu, hingga berakhir pada semester 1. Lanjutnya.

Masalah masih belum kurung usai, pembayaran SPP kuliah belum disiapkan oleh orang taunya, biaya kuliah Rp 2.700.000.00 (Dua Juta Tujuh Ratus Ribu Rupiah), uang belum ada. Sudah 14 hari sebelum pembatasan sudah di informasihkan, tetapi belum juga ada. Ahmad pun terpaksa mencari kenalan untuk bisa membantunya. Terus mencari, berusaha, hingga menemukan seseorang.

Ia adalah seniornya tempat dulu dimana ia bekerja sebagai officeboy di LSM, diberikan pinjaman, tetapi sore hari pada tgl 30/1. Uangnya sudah rampung, Rp 2.700.000.00. setelah itu ia ke kantor pos, pergi membayar SPP kuliah. Di kantor, terjadi perdebatan yang cukup hebat. Ia bingung dan kaget. Mukanya sedikit pucat mendengar kata-kata karyawan bahwa seharusnya yang dibayar sejumlah Rp 4.500.000.00 (Empat Juta Lima Ratus Ribu Rupiah), sebab uang pembangunan belum selesai. Masih ada tahap II.

Ahmad tidak tahu informasi itu, ia hanya tau pada saat daftar ulang sudah rampung. Hingga menghabiskan uang Rp 4.600.000.00, ia berpikir panjang, kebingungan, cemas, takut, dan khawatir. Semua sudah berakhir katanya dalam hati. Sebab tersisah satu hari penetu dirinya akan Cuti, meninggalkan kuliah beberapa waktu untuk istirahat.

Namun, tuhan masih mengiginkannya. Temanya-temanya semua bergegas, mencari cara untuk celah, agar ahmad tidak cuti. Teman-temanya membantu dengan apa adanya, mengumpulkan uang sealah kadarnya, ada yang 200, 400, 100, dan 500. Semua ikut terlibat supaya ahmad tetap berlanjut berpendidikan.

Gemuruh senja sudah menghilang esok akan ada harapan gemilang, tetap semangat, jangan terlalu berpikir pada kondisi yang menyekat batin, orang kaya tidak selalu sukses dan orang miskin tidak selalu di tindas. Masih ada harapan, masih ada hari-hari esok untuk kita kejar kesuksesan itu. timpal temanya-temanya memberi semangat.

Dan selamat berjuang Ahmad, engkau telah mewarnai dunia ini dengan segala tangisan dan kesabaran-Mu. Terbanglah lebih tinggi agar engkau dapat memetik bintang. Dan ingatlah bahwa di atas langit ada langit. Maka merunduk-Lah seperti padi setelah kelak engkau SUKSES.. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun