Mohon tunggu...
Andi Darlis
Andi Darlis Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Hari Air Borne Indonesia

17 Oktober 2017   10:30 Diperbarui: 17 Oktober 2017   10:59 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

(17 Oktober 1947 -- 17 Oktober 2017)

Fajar diatas Kotawaringin belum menyingsing deru pesawat memecah kasunyian dibalik awan. 13 orang kesatria muda TNI AU bersiap  akan meloncat dari pesawat untuk tugas operasi militer sebagai bagian dari misi rahasia membentuk basis dan menyemangati perlawanan rakyat dI Kalimantan Timur melawan pasukan Belanda. Dari sinilah cikal bakal pasukan payung (airborne) TNI AU lahir sebagai bagian dari strategi militer Tentara Nasional Indonesia dalam melaksanakan operasi-operasi militer selanjutnya. Berbekal pesawat C-47 Dakota yang diterbangkan oleh Bob Freeberg  warga negara Inggris, co-pilot Opsir (U) III Suhodo, dan jump master Opsir Muda (U) III Amir Hamzah serta Tjilik Riwut (putra Kalimantan) sebagai penunjuk jalan bagi peterjun melaksanakan tugas negara .

Peristiwa itu terjadi pada 17 Oktober 1947 ketika usia TNI masih sangat dini namun semangat, patriotisme dan naluri untuk menjadi negara kuat bebas dari kekuasaan asing menjadi tekad untuk melakukan operasi airborne (Lintas Udara /Linud) pertama kali dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.   Peristiwa heroik 17 Oktober 1947 tersebut memiliki peran penting dalam mendorong semangat dan motivasi rakyat untuk ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan. Para penerjun muda periode awal TNI AU tersebut memiliki nilai moral tinggi bagi spirit bangsa sehingga mampu memengaruhi psikologis Belanda saat itu.

Sejarah tidak lain adalah kontinyuitas kehidupan yang terus berjalan dalam ruang dan waktu yang akan terus berdialektika. Perjalanan sejarah antar generasi dari masa ke masa merupakan proses sejarah yang akan memberikan kesan dan gambaran di masa datang. Sejarah masa lalu dapat menjadikan gambaran masa depan. Masa depan suatu bangsa merupakan milik generasi muda, masa depan itu tidaklah berdiri sendiri karena merupakan kelanjutan dari dari masa lalu yang telah ditorehkan oleh pendahulu, masa depan merupakan representasi dari masa lalu. Oleh karena itu perlu adanya penyampaian catatan kepeloporan yang pernah dilakukan oleh generasi pendahulu khususnya yang telah menghasilkan sesuatu yang berguna dan monumental bagi kehidupan bangsa dan negara.

Pasukan payung dalam catatan sejarah.

Berdasarkan catatan sejarah bahwa 1 Maret 1912 Kapten Albert Berry dari Angkatan Darat AS melakukan lompatan pertama dari pesawat udara diatas Jefferson Barrack,St Louis Missouri AS. Sebelumnya Albert Berry telah melakukan beberapa kali lompatan dengan payung udara melalui balon udara. Pada lompatan pertama dengan parasut ia menggunakan pesawat biplane (sayap ganda) diatas ketinggian 450 meter dengan kecepatan 80 km/jam dan dipiloti oleh Anthony Jannus. Loncatan perdana ini menjadi menjadi penanda awal lahirnya strategi militer khususnya dalam melakukan invasi/serbuan militer ke daerah sasaran melalui udara.  

Pasukan payung ini kemudian berkembang menjadi kekuatan pemukul strategis karena mampu memobilisasi pasukan dengan cepat melalui udara untuk perebutan sasaran militer. Serbuan melalui udara ini sangat masif dan efektif karena dapat langsung memasuki jantung pertahanan lawan maupun di garis belakang pertahanan musuh. Fakta sejarah membuktikan bahwa serbuan pasukan melalui udara sangat efektif hal itu dapat dilihat dari Operasi Market Garden, suatu Operasi Linud yang di pimpin oleh Jenderal Bernard Montgomery dari Inggris untuk menduduki garis belakangn pertahanan Jerman pada  September 1944.

Ribuan pasukan diterjunkan dari udara dan menjadi operasi Linud terbesar sepanjang sejarah. Operasi Linud Merupakan operasi untuk melakukan pendadakan strategis karena daerah sasaran jaraknya jauh dari titik daerah pasukan dan dilakukan secara cepat melalui udara merupakan salah satu sifat dari operasi Linud. Operasi Linud ini pun menjadi salah satu bentuk operasi militer yang sering dilakukan oleh militrer asing maupun Indonesia dalam melakukan operasi militer. Operasi Trikora, Dwikora, PRRI/Permesta dan Operasi Seroja adalah contoh operasi Linud yang pernah dilakukan oleh TNI.

Setiap bangsa memiliki kaitan dengan suatu budaya historis yang khas, cara tunggal dalam berpikir, bertindak, dan berkomunikasi yang menjadi milik bersama bagi suatu bangsa dan tidak dimiliki oleh bangsa lain dan apabila budaya khas itu dilupakan atau tenggelam, maka ia harus ditemukan, diingat dan dimunculkan kembali (Anthony Smith,2003). 

Jadi sejarah nasional berfungsi untuk melambangkan identitas bangsa serta untuk melegitimasikan eksistensi negara nasional (Kartodirdjo,1999). Oleh sebab itu ingatan sejarah sangat penting untuk membangun kesadaran bersama untuk terus mengingat agar dimensi-dimensi sejarah tetap melekat dalam ingatan kolektif sebagai bangsa. 

Menurut Cliiford Geertz bahwa diperlukan lembaga-lembaga persatuan melalui state building sehingga ketika the founding fathers sudah tidak ada, negara bangsa tetap bertahan dan tidak pecah.  Salah satu hal yang penting dperhatikan adalah bagaimana pelestarian nilai-niai kejuangan tetap terpelihara dan terpatri dalam diri bangsa kita. Catatan sejarah banyak menorehkan heroisme yang semestinya dapat terwariskan menjadi spirit nasional dalam konteks kekinian.

Latarbelakang lahirnya Pasukan Payung Indonesia

Pada 10 oktober 1945 para peminpin rakyat di Kalimantan berhasil membentuk Pemerintahan Daerah di Banjarmasin yang merupakan bagian dari RI. Dalam waktu yang sangat singkat yaitu pada 24 Oktober 1945, tentara sekutu berhasil menduduki Kalimantan dan menyerahkan Pemerintahan Sipil di Kalimantan kepada NICA (Belanda). Hal ini memicu kemarahan para pejuang di Kalimantan. Para pejuang kemudian menyusun kekuatan dan pemerintah RI berusaha mengirim pasukan ke Kalimantan namun selalu berhasil digagalkan oleh  blokade Belanda. Kegagalan demi kegagalan kemudian melahirkan gagasan untuk  melakukan penerjunan secara rahasia yang akan dilakukan putra-putra Kalimantan.

Untuk mengatasi blokade tersebut dan memberikan motivasi serta semangat juang bagi masyarakat Kalimantan Timur dalam usaha mempertahankan  Kemerdekaan, maka pada tanggal 25 Juli 1947 Gubernur Kalimantan Ir. Pangeran Mohammad Noor mengirimkan surat kepada KSAU Komodor Udara S. Suryadarma untuk menerjunkan Pasukan Payung ke Kalimantan. Gagasan dari Gubernur Kalimantan Ir. Pangeran Moh. Noer kemudian ditanggapi oleh KSAU dengan menyusun staf khusus dalam rangka membentuk pasukan payung.

Memenuhi permohonan tersebut, KSAU membentuk Staf Khusus dengan tugas mempersiapkan dan melatih pemuda yang akan menjadi Pasukan Payung.  Mayor Tjilik Riwut ditunjuk menjadi Komandan merangkap Staf Sekretaris Bagian Siasat KSAU, disamping tugasnya sebagai Perwira MBT (Markas Besar Tentara).  Sebanyak 60 Pemuda yang berasal dari Kalimantan, Sulawesi dan Jawa dipersiapkan untuk tugas tersebut. Selama seminggu mereka berlatih (ground training) dan setelah dilakukan seleksi sebanyak 13 orang pemuda dinyatakan memenuhi syarat untuk tugas tersebut. 

Mereka bertugas untuk melakukan misi : Membawa alat pemancar Radio dan bahan bakar, Membangun pemancar induk untuk menghubungkan wilayah Kalimantan, Sumatera dan Jawa, Menghimpun dan mengkoordinir perlawanan setempat dan  menyiapkan daerah drooping.  Sementara ke 13 anggota Pasukan Payung yang akan diterjunkan tersebut masing-masing : Iskandar, Bitak, Dachlan,C. Willems, Darius, Achmad Kosasih,  Ali Akbar, Amiruddin,  Emanuel,  Marawi, Suyoto,  Harry Hadi Sumantri dan  Bachri. 

Lokasi penerjunan di Sepanipa Kotawaringin. Berdasarkan briefing yang diterima sebelum penerjunan bahwa setelah mendarat mereka harus segera mengadakan hubungan dengan pimpinan perjuangan setempat paling lambat 3 hari setelah mendarat dan mengadakan kontak radio dengan Jogyakarta, apabila lewat dari waktu yang ditentukan mereka dianggap gugur.

Pelopor Pasukan Payung Indonesia.

Gagasan dari  Gubernur Kalimantan Ir. Pangeran Mohammad Noor untuk menerjunkan prajurit di Kalimantan berhasil diwujudkan oleh KSAU, Komodor  Udara S. Suryadarma. Usaha tersebut dapat dipandang sebagai gagasan cemerlang yang kemudian melahirkan embrio pasukan payung Indonesia. Kedua tokoh nasional tersebut merupakan primus interpares bagi perjuangan kebangsaan Indonesia khususnya bagi kelahiran Pasukan Payung Indonesia. Berbekal semangat juang yang tinggi, fasilitas seadanya dan waktu yang sangat singkat, Suryadarma mampu melatih secara baik bagi pemuda-pemuda pejuang untuk melaksanakan tugas yang sama sekali baru dan menantang. 

Terjun payung dari pesawat bukanlah urusan mudah, apalagi mereka belum memiliki pengalaman dan latihan yang memadai. Hal ini menjadi sesuatu yang sangat bersejarah karena 2 orang pejuang yang memiliki karakter kuat untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa. Bertemunya ide/gagasan dengan keinginan kuat untuk mewujudkannya merupakan catatan tersendiri bagi kedua tokoh sejarah nasional tersebut. Maka ketika kita berbicara tentang paratroops Indonesia tidak bisa lepas untuk tidak mengulas kedua tokoh tersebut. Kepada merekalah patut dijuluki sebagai peletak dasar lahirnya prajurit Airborne(Linud) Indonesia. 

Selain kedua nama diatas, Marsda Udara A. Wiriadinata juga merupakan nama yang sangat penting bagi perjalanan sejarah paratroops Indonesia. Reputasi Wiriadinata cukup membanggakan sehingga diangkat menjadi komandan Pertempurana Panembahan Senopati di Jogyakarta. Pada 1950 Wiriadinata mengikuti sekolah Para Dasar  angkatan II di Bandung kemudian  diangkat menjadi komandan PGT (Pasukan Gerak Tjepat) pertama pada 1952. Pernah menjadi Panglima Gabungan Pendidikan Paratroops di Margahayu. Dalam masa kepemimpinan Wiriadinta satun-satuan TNI lainnya ikut dilatih dan berlatih terjun payung di Margahayu. 

Jenderal (Purn) Soeharto sebelum memimpin Operasi Trikora sebagai Panglima Operasi Mandala pernah dilatih di Margahayu Bandung. Marsda Udara  A. Wiriadinata melengkapi TNI AU sebagai tokoh paratroops Indonesia.  Kini saatnya TNI AU untuk menetapkan  bahwa setiap 17 Otober adalah hari lahirnya Airborne Indonesia yang juga sebagai embrio lahirnya Korps Paskhas dan mengukuhkan S.Suryadarma dan A. Wiriadinata juga ditetapkan sebagai bapak Airborne Indonesia.

----

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun