Mohon tunggu...
Andi Andur
Andi Andur Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Seorang pemimpi yang berharap agar tidak pernah terbangun dari tidur...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Filosofi Jari Telunjuk

28 November 2015   09:38 Diperbarui: 28 November 2015   09:38 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernahkan terbesita dalam benak kita tentang filosofi jari telunjuk? Ya, jari telunjuk. Entah siapa dan mengapa jari telunjuk hingga sekarang masih kita percayai sebagai salah satu organ tubuh yang dipakai untuk menunjuk objek lain. Tetapi, jika kita memaksakan diri untuk menemukan orang dan alasan mengapa dia seperti itu, maaf saja sampai kapan pun kita tidak akan menemukan jawaban yang pasti. Anonim. Dulu waktu saya masih kecil saya sering menonton video lagu yang penciptanya bernama NN. Saya pun bercita-cita ingin menjadi seperti beliau. Menghasilkan banyak karya dalam berbagai bidang dan kategori. Sampai pada saat saya masuk SMP saya belajar bahasa Latin, NN pun ada juga disitu. Tetapi, karena terlalu sulit menghafal Kasus-kasus maka saya pun kurang memahami siapa itu NN. Tibalah suatu hal yang memalukan sekali terjadi. Saya menceritakan apa yang telah lama saya pendam dalam hati, saya ditertawakan mereka semua lalu kemudian saya paham ternyata NN yang telah sejak lama saya banggakan itu ternyata bernama lengkap No Name. Belajar dari kesalahan, itu luar biasa tetapi dendam karena telah ditertawakan belum hilang sama sekali. Mereka kini belajar di STFK Ledalero dan Biara SVD Batu, Malang.

Jadi, akan sia-sia jika kita ngotot mencari jawaban. Maka kemungkinnan jawaban yang anda dapatkan adalah: semua yang ada dibumi ini terjadi berdasarkan kesepakatan. Pemberian nama, adat istiadat, norma dan berbagai hal lain itu atas dasar kesepakatan bersama lalu menjadi seperti sebuah kebiasaan secara turun temurun hingga pada jaman kita sekarang, termasuk siapa dan mengapa jari didekat ibu jari itu dipakai untuk menunjuk orang lain.

Filosofi lima jari. Apa itu? 

Berbicara tentang filosofi, menurut saya kita membicarakan makna atau kilas balik dari apa yang menjadi subjek filosofi tersebut. Lalu, makna apa yang terpendam dibalik jari telunjuk yang kita gunakan untuk menunjuk orang itu. Menunjuk berarti kita secara tidak langsung memilih, menuduh dan meminta penjelasan tentang apa yang bisa kita dapat dari objek yang kita tunjuk itu. Tetapi, pernahkah kita menyadari bahwa ketika kita menunjuk orang lain sebenarnya kita tengah menunjuk diri kita sendiri.

Coba perhatikan tangan kita saat menunjuk orang lain. Saat jari telunjuk kita menunjuk orang lain, jari tengah, jari manis dan jari kelingking menunjuk kedalam diri kita. Sementara ibu jari lebih memilih untuk tidak menentukan pilihannya. Inilah yang disebut filosofi jari telunjuk. Kita tidak pernah menyadari bahwa ketika kita menunjuk orang lain, hati kita memerintahkan jari tengah, jari manis dan jari kelingking yang mengisyaratkan agar kita bisa mengintropeksi diri agar sebelum kita menunjuk orang lain kita diminta untuk melihat diri kita sendiri, sudah pantas tidak kita melakukan hal tersebut?

Filosofi jari telunjuk juga mengajarkan kita untuk bijaksana. Ibu jari, ya ia adalah pengajar kebijasanaan dalam filosofi jari telunjuk. Dalam menyikapi masalah, ia memilih untuk menjadi jalan tengah. Kita jangan berpikir bahwa keputusan ibu jari tidak memilih adalah sebuah keputusan yang tidak gentle, atau tidak berani, pecundang. Coba perhatikan baik-baik ibu jari tampak merenungi apa yang dilakukan anak-anaknya, si jari telunjuk tanpa rasa takut menunjuk orang lain, sementara ketiga saudaranya dengan di rasuki rasa malu memberanikan diri menunjuk diri sendiri.

Apa yang terjadi selanjutnya kembali kapada apa yang kita pikirkan tentang filosofi jari telunjuk ini.

Lihat dan maknai apa yang anda pikirkan oleh anggota tubuhmu karena dengan itu engkau akan bijaksana seperti ibu jari kepada dirimu sendiri.

Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun