Mohon tunggu...
Andi Asri
Andi Asri Mohon Tunggu... -

Sebagai dosen pada FKM UVRI Makassar dan juga peneliti pada lembaga swadaya kesehatan masyarakat. Tercatat sebagai pengurus IKA FKM UNHAS. Dilahirkan di Tanahberu Bulukumba tahun 1968. Saat ini konsen untuk meneliti tanaman obat dalam persfektif alternatif solusi kesehatan pada masyarakat untuk pencegahan penyakit

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Air Susu Ibu

1 November 2012   02:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:08 1615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Studi Kennel tentang close contact serta studi yang lain tentang skin to skin contact saat awal kelahiran anak dihubungkan dengan tingginya prevalensi dan durasi breastfeeding. Kontak fisik antara ibu dan anak bukan hanya memberi efek positip pada masa neonatal tetapi kontak fisik sesudah masa itu memberi efek serupa. Kontak ketika anak dipeluk, kontak saat anak diberi ciuman, saat menyusu di mana mulutnya, mukanya yang terletak di dada ibu, tak bisa digantikan oleh hubungan dengan susu botol (de Andraca dan Uauy, 1995, dalam Bahar Burhanuddin, 2002 )).

Dari praktek ibu, aspek menyusui meliputi perawatan payudara, dan masalah yang mungkin timbul pada payudara serta masalah dalam pemberian ASI.

a) Merawat payudara sebagai sumber ASI.

Sabun, alkohol, atau bahan kimia lainnya karena dapat mengganggu payudara. Mandi pagi dan sore serta berpakaian bersih (baik pakaian luar maupun pakaian dalam) sudah cukup dalam merawat payudara, dan cuci tangan sebelum ibu memberi ASI pada anak. Masase payudara pada bulan-bulan terakhir kehamilan membantu pembentukan puting agar lebih menonjol (Suryabudhi, 1994; King,1993 dan Pryor, 1973 dalam Bahar , 2002 ).

b) Masalah yang mungkin timbul.

Masalah yang dapat timbul pada ibu dapat berupa payudara terasa nyeri karena bendungan ASI, dapat diatasi dengan memberi kesempatan anak mengisap dengan posisi mulut yang betul sesering mungkin. Dapat juga dilakukan pemompaan payudara, atau payudara dikompres air hangat. Cara lain adalah dengan usapan kulit payudara terutama sekitar puting. Bendungan ASI bisa berlanjut, dan mungkin terjadi infeksi pada payudara (mastitis). Infeksi bisa berkembang menjadi abses payudara. Baik pada mastitis maupun abses, anak tetap disusui. Bila kondisi payudara membaik, anak disusui segera pada payudara yang pernah meradang agar pasokan ASI kembali seperti semula (Ebrahim,1994 serta Stanfield dan Jelliffe,1994, dalam Bahar , 2002 ).

Masalah lain yang mungkin timbul adalah kulit puting pecah. Hal ini dapat dirawat dengan memperbaiki posisi isap anak. Cara yang lain dalam merawat puting pecah ini adalah dengan meninggalkan setetes susu akhir pada permukaan puting yang bisa membantu penyembuhan (Akre, 1994 dan King,1993, dalam Bahar , 2002).

Dapat pula ditemukan kelenturan puting yang rendah. Merawatnya dengan meletakkan kedua telunjuk pada sisi berlawanan di luar area puting kemudian regang keluar beberapa kali, lakukan 2 kali 5 menit setiap hari (King,1993). Gangguan proses menyusui dapat disebabkan oleh puting yang tertarik ke dalam. Hal ini bisa diatasi dengan penarikan manual atau menggunakan pompa (Suryabudhi, 1994 dan Barness,1992).

Problem yang ibu dapat temukan bisa berupa anak yang tidak mau menyusu. Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh candidiasis, hidung tersumbat akibat ISPA, tetanus, kehilangan nafsu makan akibat adanya penyakit tertentu. Cacat jantung (kendati jarang), bayi berat badan lahir rendah juga menjadi penyebab anak tak mau menyusu (Ebrahim, 1994, Jelliffe, 1994, Bahar , 2002). Saat menyusui bayi, ibu bisa dalam posisi duduk atau baring santai. Lambung bayi menempel pada ibu, ibu memegang belakang bahu bayi dengan leher bayi sedikit teregang. Ibu menyentuh pipi atau sisi mulut bayi dengan puting. Tanda posisi menyusui telah tepat bila anak terlihat santai dan senang saat menyusu. Bila posisi mengisap tak benar, puting bisa nyeri, dan bayi jadi gelisah (IDAI Jatim,1996, Suryabudhi, 1994; King, 1993; Barness,1992, Bahar , 2002).

Bayi perlu menyusu sesegera mungkin. Pemberian kesempatan isap pada anak akan merangsang proses lactogenesis dan selanjutnya galactopoiesis. Frekuensi menyusui sesuai permintaan bayi dan tiap kali diberikan 5-10 menit per payudara. Yang lain menganjurkan pemberian ASI pada anak dilakukan satu sisi payudara ibu sampai selesai kemudian berpindah pada sisi lainnya. Produksi ASI bisa maksimum bila anak diberi menyusu kedua payudara saat minggu-minggu pertama. Praktek yang baik bila ibu hanya memberi ASI semata sampai usia anak 4-6 bulan. Pemberian ASI selanjutnya sampai usia anak 2 tahun amat menunjang pertumbuhan yang baik (IDAI Jatim,1996, Livingstone, 1995, King,1993,Barness, 1992, Bahar , 2002).

Setelah ibu bersalin, bayi secara alamiah mencari puting payudara ibu dan mengisap secara naluriah. Kemampuan alamiah ini menjadi berkurang bila sesuatu objek lain dimasukkan ke dalam mulut bayi setelah kelahirannya. Isapan awal adalah kondisi kritis yang perlu mendapat perhatian karena bayi baru mengenal dan belajar mengisap secara efektif. Masa awal menyusu bagi anak adalah kesempatan untuk menelan kolostrum yang kaya Ig-A (yang merupakan imunisasi awal anak) dan isapan bayi menstimulasi prolactin dan hormon hypophyse lainnya yang dibutuhkan untuk inisiasi produksi ASI. Kelanjutan produksi ASI bisa terhalang bila drainase terganggu oleh tidak frekuennya isapan atau kurang efektifnya teknik breast feeding (BF). Perawatan yang memisahkan ibu dan anak menyebabkan drainase yang kurang baik. Stimulasi yang rendah pada payudara ibu merupakan pemicu rendahnya produksi prolactin untuk maintenance laktasi, dan saat seperti itu adalah awal involusi payudara (Livingstone, 1995, Bahar , 2002 ).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun