Dalam dunia yang serba cepat ini, kita terutama generasi Z sering merasa terdesak, atau takut tertinggal untuk mengejar segala hal dengan tergesa-gesa, termasuk dalam urusan cinta. Kita melihat orang lain memamerkan hubungan mereka di media sosial, dan tiba-tiba merasa tertinggal, seolah ada kereta yang harus kita kejar.
Namun, Allah SWT dalam kebijaksanaan-Nya telah mengatur waktu dengan sempurna. Tak perlu terburu-buru, karena Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan termasuk pendamping hidup di saat kita sudah benar-benar layak untuk memilikinya.
Kesabaran dalam Islam
Islam mengajarkan kita tentang kesabaran sebagai kekuatan, bukan kelemahan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
"Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah: 153)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa kesabaran bukanlah sekadar menunggu pasif, melainkan sebuah perjuangan aktif dengan tetap berpegang pada ketaatan dan doa. Ketika kita sabar, Allah menjamin kehadiran-Nya bersama kita.
Sebagai Muslim, kita dituntun untuk menjaga kesucian hubungan. Meskipun budaya pacaran menjadi norma di sekitar kita, Islam memberikan alternatif yang lebih baik: ta'aruf dan khitbah (perkenalan dan lamaran) yang diiringi dengan niat yang tulus untuk menikah.
Mengapa? Karena Allah ingin melindungi hati dan kehormatan kita. Pacaran sering kali membawa pada situasi yang mendekatkan pada zina, baik secara fisik maupun emosional, yang bisa meninggalkan luka dalam bila hubungan itu tidak berakhir dalam pernikahan.
Proses Penantian yang Bermakna
Sembari menunggu jodoh yang Allah siapkan, gunakan waktu ini untuk:
- Memperbaiki hubungan dengan Allah - Sempurnakan ibadah dan perkuat spiritualitas.
- Mengembangkan diri - Tingkatkan ilmu, keterampilan, dan kemandirian finansial.
- Mempersiapkan mental - Pelajari tentang tanggung jawab dalam pernikahan.
- Menjaga hati dan pikiran - Hindari konten yang memicu keinginan untuk berpacaran.