Mohon tunggu...
Andhika Maulana.T
Andhika Maulana.T Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa aktif di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, program study Hubungan Internasional. Saya tartarik di bidang olahraga, lifestyle dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Kontrbusi Dan Pengelolaan Sampah Di Kota Tasikmalaya

11 Juli 2025   07:39 Diperbarui: 11 Juli 2025   07:39 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampah Di Kota Tasikmalaya, Sumber Gambar (ANTARA foto)

Kota Tasikmalaya menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah yang berdampak pada lingkungan dan kenyamanan masyarakat. Produksi sampah di kota ini cukup besar, dengan estimasi mencapai 300 ton per hari. Namun, upaya pengurangan sampah masih berjalan lambat, baru mencapai sekitar 16% pada tahun 2024 dan ditargetkan meningkat menjadi 30% pada 2025.

Sampah yang menumpuk di berbagai titik di Tasikmalaya, seperti di Pasar Padayungan, Jalan Pemda Singaparna, dan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Alun-Alun Dadaha, menjadi pemandangan yang sering dikeluhkan warga. Penumpukan ini tidak hanya menimbulkan bau tidak sedap tetapi juga mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat sekitar. Salah satu penyebab utama adalah kerusakan fasilitas pengangkutan sampah, seperti container di Pasar Padayungan yang rusak sehingga pengangkutan harus dilakukan secara mobile menggunakan truk. Hal ini menyebabkan tumpukan sampah di lokasi tersebut hingga menimbulkan keluhan warga. Selain itu, di beberapa lokasi seperti Jalan Pemda Singaparna, tumpukan sampah liar terus bermunculan meskipun sudah dilakukan pembersihan rutin. Camat Singaparna menduga sampah tersebut dibuang oleh oknum dari luar wilayah secara sembunyi-sembunyi pada malam hari, yang menambah beban pengelolaan sampah di daerah tersebut.

Upaya dan pengelolaan sampah oleh dinas Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya terus berupaya meningkatkan efektivitas pengelolaan sampah dengan memperpanjang jam operasional pengangkutan dan menambah jumlah sopir truk sampah. Namun, keterbatasan armada dan personil menjadi kendala utama, karena dari 28 unit truk sampah yang ada, beberapa sudah mengalami kerusakan sehingga tidak optimal digunakan. Untuk mengurangi beban sampah di pasar Padayungan, pemerintah berencana menggunakan Becak Motor (Cator) untuk mengangkut sampah ke pasar Cikurubuk, diharapkan dapat mencegah penumpukan kembali di area tersebut. Selain itu, pemerintah juga mengajak masyarakat untuk mengubah pola pikir dan kebiasaan dalam pengelolaan sampah dengan cara Mengurangi penggunaan plastik dan kemasan sekali pakai, Memilah sampah basah dan kering, Menghabiskan makanan untuk mengurangi sampah organik, Mengolah sampah organik menjadi kompos untuk tanaman pekarangan.

Kontribusi sampah di Tasikmalaya masih menjadi persoalan yang kompleks dan memerlukan sinergi antara pemerintah dan masyarakat. Penanganan yang belum optimal, kerusakan fasilitas, serta perilaku pembuangan sampah sembarangan menjadi tantangan utama. Penguatan edukasi, peningkatan fasilitas pengelolaan, serta partisipasi aktif warga sangat dibutuhkan agar pengurangan produksi sampah dapat tercapai dan lingkungan Tasikmalaya menjadi lebih bersih dan sehat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun